Mr Killer's Girl |✔|

By mecx-zack

4M 181K 12.7K

[ BOOK 2 ] -•-•-•-•- [ C O M P L E T E D ] ... More

CAST
PROLOG
🍁 - [1]
🍁 - [2]
🍁 - [3]
🍁 - [4]
🍁 - [5]
🍁 - [6]
🍁 - [7]
🍁 - [8]
🍁 - [9]
🍁 - [10]
🍁 - [11]
🍁 - [12]
🍁 - [13]
🍁 - [14]
🍁 - [15]
🍁 - [16]
🍁 - [17]
🍁 - [18]
🍁 - [19]
🍁 - [20]
🍁 - [21]
🍁 - [22]
🍁 - [23]
🍁 - [24]
🍁 - [25]
🍁 - [26]
🍁 - [27]
🍁 - [28]
🍁 - [29]
🍁 - [30]
🍁 - [31]
🍁 - [32]
🍁 - [33]
🍁 - [34]
🍁 - [35]
🍁 - [36]
🍁 - [37]
🍁 - [38]
🍁 - [39]
🍁 - [40]
🍁 - [41]
🍁 - [42]
🍁 - [43]
🍁 - [44]
🍁 - [45]
🍁 - [46]
🍁 - [47]
🍁 - [48]
🍁 - [49]
🍁 - [50]
🍁 - [51]
🍁 - [52]
🍁 - [53]
🍁 - [54]
🍁 - [55]
🍁 - [56] - LA TORTURA (I)
🍁 - [58] LA TORTURA (III)
🍁 - [59]
🍁 - [60]
🍁 - [61]
🍁 - [62]
🍁 - [63]
🍁 - [64]
🍁 - [65]
🍁 - [66]
EPILOG
SPECIAL CHAPTER : HANS & DAMIA
SPECIAL CHAPTER : BLACK & ARESSA
SPECIAL CHAPTER : CARL'S & THE GANG
AUTHOR'S NOTE.
[ SEQUEL IS UP! ]

🍁 - [57] LA TORTURA (II)

38.1K 1.7K 168
By mecx-zack

WARNING:

ABUSE/TORMENT
MATURE CONTENT/LANGUANGE
MAY NOT SUITABLE FOR SOME READERS!

Carl Que Alexander menghembus asap rokok perlahan, asap putih pekat keluar dari hidung dan mulutnya.

Manakala mereka yang lain hanya berbual kosong sementara menunggu tindakan Carl Que Alexander yang seterusnya.

Kini, giliran Joe pula untuk diseksa oleh mereka. Serasa tidak sabar saja, lelaki itu sudah lama bermain api tanpa dia tahu bahawa—

Api tersebut yang menjadi lawannya.

"Lagi sikit." ujarnya perlahan sambil tersenyum sinis.

Bunyi pecahan kaca dalam bilik kecil yang tersedia dalam bilik seksaan tersebut kedengaran dan juga didihan minyak panas yang menggelegak memenuhi ruang bilik itu.

Semestinya khas untuk mangsa mereka yang satu itu.

Carl Hans Mikael melangkah keluar daripada bilik kecil tersebut sambil membawa sebekas kaca yang sudah dihancurkan lalu diletakkan ke atas meja. Jam yang berada di tangan kirinya dilihat sesaat sebelum tersengih kecil.

"Cominciamo!" (Let's start) tangan ditepuk sekali.

Kesemua mereka yang berada di dalam bilik itu mula mempamerkan wajah yang penuh teruja terselit kejahatan.

Seksaan adalah salah satu perkara kegemaran mereka. Ianya menarik dan menyeronokkan.

Giovvani mengangkat sebelah keningnya pada Carl Que Alexander sambil tersenyum senget sebelum bangun dari duduknya lalu dia berjalan menghampiri Joe yang terbaring di atas meja kayu itu.

Wajah kusam dan juga terdapat kesan lebam kebiruan Joe dipandangnya kosong.

Dagu Joe dicengkam, ketawa halus keluar dari bibirnya saat Joe mencuba untuk melarikan wajahnya.

Masakan tidak, lelaki itu tahu bahawa penyeksaannya belum lagi tamat dan menunggu masa untuk diriwayatkan talian hidupnya.

"Non vuoi dirmi cosa ne pensi?" (Don't want to tell me what you think) bisiknya sinis lalu tergelak kecil.

Joe merenung tajam wajah mengejek Giovvani. Cengkaman pada dagu Joe dilepaskan perlahan sebelum bersandar di dinding berdekatan dengan meja yang menempatkan Joe.

Seorang anak buah Carl Que Alexander yang berada di situ memberikan sebuah bekas kecil yang mengandungi beberapa ekor kala jengking di dalamnya pada Giovvani.

Carl Ayden hanya memerhati tanpa masuk campur.

Kini, giliran anaknya pula untuk melakukan penyeksaan. Mahu melihat bagaimana reaksi Joe bila apa yang dia lakukan dari dulu hingga sekarang akhirnya memakan diri sendiri.

Carl Que Alexander memberi isyarat mata pada anak buahnya, diperhati tubuh Joe yang dipenuhi dengan kesan darah kering itu dengan senyuman sinis di bibir.

Kulit tubuh Joe yang sedikit terkoyak akibat seksaan tempoh hari. Betis kanan Joe yang berlubang dengan tikaman yang dilakukan oleh adiknya, Carl Hans Mikael.

Tapi ianya masih belum puaskan hatinya untuk terus menyeksa lelaki itu.

Seketika, sebuah kerusi ditolak ke arahnya oleh anak buahnya. Di atas kerusi tersebut terdapat bekas besi yang menggelegak dengan minyak panas di dalamnya. Peralatan yang diperlukan sudah tersedia.

"Tiga jam dari sekarang."

Masa untuk mereka menyeksa Joe hanya tiga jam sebelum lelaki itu dibunuh. Tiga jam untuk Joe rasakan kesakitan yang tak henti sebelum nyawanya terputus.

Carl Hans Mikael tersengih kecil, Giovvani hanya mengangguk sambil memerhati kala jengking dalam bekas yang dipegangnya itu.

Carl Ayden pula hanya menunggu langkah mereka yang seterusnya dengan riak tenang.

Joe meronta saat Carl Que Alexander mencengkam kuat rahangnya lalu memaksa mulutnya terbuka luas.

Seketika, mata Joe terbuntang melihat serpihan kaca halus dalam bekas yang berada di tangan Carl Que Alexander.

Dalam masa yang sama, Carl Ayden mencedok minyak yang menggelegak yang berada berdekatan dengan katil Joe lalu dengan senyuman jahatnya— minyak panas tersebut dituang ke atas perut Joe.

Serentak itu kedengaran raungan Joe yang bergema menahan pedih dan panas di perutnya. Airmata jantannya mula mengalir dihujung mata.

Kulit perutnya terasa seakan dikoyak-koyak dan isinya yang terkena minyak panas itu seakan direbus.

Panas. Pedih. Perit. Tak tahu bagaimana mahu dia nyatakan kesakitan yang dirasakan tika itu.

Raungan Joe tak berhenti apabila Carl Ayden terus-terusan menuang minyak panas ke serata perutnya hingga mengena ke arah kawasan peribadinya.

Saat minyak panas tersebut terkena pada kulit tubuhnya, serentak itu badannya menggigil kesakitan.

Wajah Joe juga pucat dengan manik-manik peluh yang mula timbul. Nafasnya kasar dan termengah-termengah.

Mereka yang melihat semuanya mempamerkan riak wajah lucu melihat kesakitan Joe. Carl Que Alexander tertawa, tapi riaknya kosong.

"Kau lapar, kan? Eat." ujar Carl Que Alexander sinis.

Mulut Joe yang terbuka luas dalam cengkamannya dikuatkan hingga membuat Joe tak berdaya untuk menutup mulutnya dan serentak itu serpihan kaca yang halus dan hancur itu dituang ke dalam mulut Joe.

Joe cuba memuntahkan kembali kaca yang dimasukkan ke dalam mulutnya tapi tak berjaya memandangkan posisinya yang berbaring.

Ianya sukar untuk dia memuntahkan kaca tersebut.

Tambah lagi bila perutnya yang melecur tak berdaya untuk dia gerakkan. Gusi dan lelangit mulutnya mula terasa pedih.

"TELAN!"

Makin Joe cuba meluah segala sepihan kaca itu, makin sakit seluruh lelangit dan gusinya. Darah mula menitik sedikit demi sedikit saat serpihan kaca terlekat di sekitar mulutnya.

Dapat dia rasa darahnya mengalir ke dalam anak tekaknya.

Carl Hans Mikael mengambil pengepit besi nipis lalu kulit perut Joe yang menggelembung kesan daripada minyak panas itu dikepit dan ditarik hinggat terkoyak kulit perutnya menampakkan putih isi perut Joe.

"ARGHH!"

Serentak itu Joe menjerit kesakitan dengan badan yang menggeletar dan kaca yang berada dalam mulutnya mula ditelan secara tak sengaja, airmata laju keluar dihujung matanya.

Saat kaca ditelan, seluruh laluan kerongkongnya pedih dan mula menghasilkan kelaran kecil akibat daripada tajaman kaca tersebut.

Mulut Joe kini menghasilkan titisan darah yang meleleh keluar di tepi bibirnya.

Tanpa memberi ruang untuk lelaki itu bernafas, Giovvani mengeluarkan seekor kala jengking lalu diletakkan ke atas perut Joe yang menampakkan isi putihnya tanpa kulit itu.

Kini, Joe tak mampu bersuara untuk meraung dan hanya tubuhnya saja yang menggigil kuat.

Kala jengking tersebut mula berjalan di atas perutnya dan itu membuatkan isi putih perut Joe terkeluar sedikit demi sedikit.

Kala jengking tersebut hanya membuatkan perut Joe berlubang dengan gerakan kakinya.

Joe meraung kuat disebalik suaranya yang tersekat dikerongkong saat terasa ekor kala jengking tersebut menusuk ke dalam perutnya lalu mengeluarkan bisanya.

Kesakitan yang dirasakan tak dapat dia ungkapkan.

Mata Joe terbuntang luas dengan mulut yang ternganga. Sekitar mulutnya dipenuhi darah yang menitik, perutnya terkeluar isi daging bewarna putih bercampur dengan darah.

Dan dengan itu, sepihan kaca yang hancur tersebut dimasukkan ke dalam mulut Joe yang terbuka luas hingga memenuhi mulut lelaki itu.

Joe tak berdaya untuk meronta lagi saat tubuhnya lemah tak bermaya.

Terasa urat sendinya lumpuh akibat daripada bisa kala jengking tersebut. Nafasnya makin tak sekata dengan tubuh yang makin kuat menggigil— lebih tepat lagi menggelupur.

Mulut Joe yang dipenuhi dengan kaca tersebut dipaksa tutup dengan tangannya dan jelas di telinga Carl Que Alexander bunyi serpihan kaca tersebut dalam mulut Joe.

Carl Que Alexander tergelak kecil melihat wajah Joe yang mula berubah pucat kebiruan itu.

Darah yak henti mengalir bagai ditepi bibir Joe, malah disekitar perutnya yang diletakkan kala jengking tersebut seraya mengeluarkan isi putih perutnya dan samar-samar kelihatan usus dalam perutnya.

"Come on! Kau kan tak puas hati dengan aku! Tak nak ugut aku lagi ke?"

Carl Ayden mencedok minyak panas untuk kali terakhirnya lalu dituang ke atas perut Joe sekaligus mengalir masuk ke dalam perutnya dan mengena usus perutnya.

Kala jengking tersebut mula bergerak masuk ke dalam perut Joe setelah lubang di perut Joe makin membesar sekaligus memuatkan laluan kala jengking itu untuk meneroka ke dalam tubuh lunyai Joe.

Joe hanya mampu merenung siling bilik itu dengan mata yang digenangi dengan airmata. Mulutnya tak dapat bersuara, hanya darah saja yang laju mengalir keluar.

Tubuhnya tak dapat digerakkan lagi setelah bisa kala jengking melumpuhkan sistem sarafnya.

"Loser!" bisik Carl Que Alexander sinis sebelum berundur beberapa tapak daripada meja kayu itu.

Carl Hans Mikael meletakkan pengepit besi yang digunakan untuk menarik kulit tubuh Joe yang menggelegak itu ke atas meja.

Carl Ayden pula melabuhkan punggung di atas sofa seraya mengeluarkan rokok di dalam poket seluarnya.

Mereka hanya tenang duduk sambil memerhati Joe yang terbaring dan hampir saja kehilangan nyawa. Ianya satu pemandangan yang menarik untuk ditonton.

"How's your feelings? Ah! I know, I know, shh.." pipi kanan Joe, Giovvani tepuk perlahan.

Bisa kala jengking yang merebak ke dalam tubuh Joe mampu menghentikan denyutan nadinya dalam masa tiga jam tanpa rawatan.

Sekarang, Joe sudah separuh sedar dengan tubuhnya yang lumpuh.

Lantas, sekitar tiga ekor kala jengking yang berada dalam bekas ditangannya diambil lalu diletakkan ke atas wajah kebiruan Joe.

Pada dada lelaki itu juga dan terakhir sekali dimasukkan ke dalam seluar lelaki itu dimana kala jengking tersebut akan melepaskan bisanya pada kemaluan lelaki tersebut.

Giovanni tersengih lebar melihat keseluruhan tubuh Joe. Mahu dia lihat sejauh mana lelaki yang merosakkan hidup Aressa bertahan. Dia tahu hal itu.

Andrew Maxwell juga merupakan rakan kerjanya dan hubungan mereka memang agak rapat. Malah, Aressa juga dikenalinya.

"Let's see you're slowly faded away from my life, Joe."

Carl Que Alexander tersenyum sinis sambil bersandar di kerusi kayu yang diberikan anak buahnya.

Kesemua mereka hanya memerhati tubuh kaku Joe yang menjadi 'permainan' kala jengking tersebut.

Seketika, tubuh Joe tersentak kuat sebelum badannya mengeras sekaligus berubah daripada pucat menjadi lebam kebiruan. Urat-urat hijau mula timbul disekitar dahi, leher dan tangannya.

Serentak itu, nafas Joe terhenti dengan mata terbuka luas manakala mata sebelah kirinya berlubang apabila ekor kala jengking tersebut mencucuk biji matanya. Darah memenuhi mata kirinya.

"He's dead."

[#]DONE

Continue Reading

You'll Also Like

672K 22.4K 41
( 𝓒𝓸𝓶𝓹𝓵𝓮𝓽𝓮 𝓢𝓽𝓸𝓻𝔂 ) ( 𝓑𝓸𝓸𝓴 5 ) RANKING NO 1 TULUS🏅 RANKING NO 1 DERITA 🏅 Nurul Adawiyyah atau nama singkatannya Nurul. Gadis lemah...
122K 13.8K 45
(Stand alone book but also with the mafia series) ROMANCE/ PSYCHOLOGICAL/ THRILLER AUTHOR ASYA BOOK 3 : HIDDEN STORY Luiz Martin seorang lelaki kacu...
250K 16.6K 40
"A tale of fighter.. who trained a girl, to be a woman."
1.1M 56.2K 54
" Tak sangka di taman perumahan elit ni juga jodoh kita bertemu . " *smirk* - Qaz Aldine ft Raiya Hana - " you're sweet talker badboys that i love y...