My Weakness Smile

By bierbiesx

8.6K 594 115

"I didn't kill her! I don't even know that she's dead ... please forgive me, Mccann ..." -Qweendrly Riordan "... More

INTRO
CASTS
Blurb[MWS] Takdir Tidak Pernah Salah
1 || Sepatu Favorit
2 || First Smile
3 || Bad Halloween
4 || Freak At All
5 || "Fuck Off!"
6 || Bad Kiss
7 || Your Fault

8 || Heart Attack

460 50 26
By bierbiesx

VOTE nya guys... jangan lupa ;) komen juga yah... jangan pelit oke guys..

Komen dan vote kalian itu bikin aku semangat :)

—————

Aku ingin bernafas dalam, tapi aku tidak bisa. Aku menutup mataku membiarkan semuanya terjadi, merasakan sakit di sekujur tubuhku, kepalaku seperti akan pecah, jantungku seperti ditarik sesuatu.

Aku mulai tidak bisa membuka mataku sendiri, bahkan aku tidak bisa merasakan kakiku. Tidak bisa bergerak, tanganku terasa dingin, dan jam berapa sekarang? Entah berapa lama aku terbaring disini.

Aku paksakan untuk membuka mata melihat apa yang sedang terjadi namun sama sekali tidak berubah dari sebelumnya, aku tetap sendiri disini.

Jantungku tiba-tiba tercekat, aku merasakan sakit yang amat sangat di jantungku, tanganku sambil bergetar memegang dadaku, aku menangis sebisaku hanya air mata yang keluar dengan suara rintihanku yang sebetulnya tidak bisa aku dengar dengan baik.

Sampai kapan aku seperti ini? Mom, dad, aku tidak tahan

Aku juga tidak tahu kapan Siblin akan menjemputku, aku tidak tahu sekarang jam berapa. Aku juga tidak tahu darah masih mengalir dari hidungku atau sudah berhenti.

"Ngh.."

------

Suara detak jantung begitu terdengar ditelingaku. Tidak, bukan detak jantung. Ini suara mesin, alat pendeteksi detak jantung yang selalu aku dengar disamping telingaku jika aku masuk rumah sakit.

Apa aku masuk rumah sakit lagi? Aku membuka mataku perlahan, semuanya terlihat rabun. Tapi lama kelamaan apa yang aku lihat mulai jelas.

Atap berwarna putih bersih dengan lampu yang berkilau dan besar, dinding dengan wallpaper bercorak pink, aku tahu ini dimana.

Kamar tidurku sendiri. Aku menyadarkan diriku sendiri dan menangkap bahwa kamarku sudah seperti kamar ICU rumah sakit.

Alat pendeteksi jantung berada disamping ranjang tidurku, infusan yang mengalir masuk langsung ke lenganku, oksigen menempel di hidungku, dan beberapa cup yang menempel di badanku.

"Mom?" Lirihku heran melihat mom tidur di sampingku sambil memegang erat tanganku.

Lelehan air mata mengering terlihat jelas di wajahnya, dia terbangun karena suaraku, padahal aku tidak mau membangunkannya.

"Sweety... kau akhirnya bangun." lirih mom mengelus rambutku.

Aku hanya tersenyum membalasnya, rasanya ingin tahu bagaimana aku bisa ada dirumah. Apa siblin yang menemukanku? Itu bisa saja, karena hanya siblin yang mencariku.

Saat tanganku akan melepas oksigen di hidungku, mom menahannya. Dia bilang bahwa aku tidak boleh melepasnya dulu, aku harus memakai itu sampai mom yang meberi izin untuk melepasnya.

Setelah itu aku diberi makan seperti biasa, soup dan daging. Tentu aku boleh melepas oksigenku dulu.

"Qween, besok pagi kita akan memilih gaun untuk acara besok, yah," ucap mom saat memberiku makan.

"Acara apa?" Tanyaku.

"Merayakan Prestasi perusahaan ayahmu," jawab mom.

"Mom..." ucapku sedikit keberatan.

"Tidak apa sayang, kau boleh langsung beristirahat setelah pembukaan," jelas mom.

"Um... baiklah," jawabku pasrah.

Sedikit keberatan untuk pergi besok sore, karena aku merasa tidak enak badan, mungkin aku pun akan bolos sekolah. Sesuai perkataan mom bahwa besok pagi aku akan memilih baju.

•••

Saat esok hari, aku terbangun dengan oksigen di hidungku. Di kamar sendirian dengan jendela yang telah dibuka oleh pelayanku.

Memilih baju. Agenda itu yang aku ingat saat ini. Aku membuka oksigenku dan bernafas sebisaku.

Menuju kamar mandi untuk menyegarkanku, kemudian aku keluar menuju meja makan.

"Kau sudah wangi sayang." ucap dad dan aku menghampirinya. Ia mencium pipiku seperti aku masih kecil, selalu.

"Ya." Jawabku simple.

"Kau tidak usah sekolah dulu yah sayang, nanti jam sepuluh lagi siblin yang akan mengantarmu." Jelas daddy.

"Lalu dad dan mom?" Tanyaku.

"Kami akan menunggu di butik." jawabnya.

Aku duduk di sebrang dad dan mom, "baiklah." hanya kata itu yang bisa aku keluarkan.

•••••

sampai jam 10 pun tiba setelah memakai baju pergi, aku keluar kamar dan ternyata Siblin sudah menunggu di ruang tamu. Menungguku siap.

"Akhirnya nona siap." dia menyapaku ramah sambil tersenyum.

"Ayo, Siblin, aku siap berangkat. Mom dan dad sudah sampai disana belum?" Tanyaku semangat.

"Belum nona. Tapi sebentar lagi akan sampai." jawabnya kini berjalan didepanku menuju mobil yang sudah siap dihalaman depan "sama seperti kita yang sebentar lagi sampai."

Dia tersenyum dan membukakan pintu untukku. Aku masuk perlahan dan duduk di kursi penumpang di tengah.

Sementara siblin mengendarai mobil didepan, aku hanya bisa menikmati pemandangan jalanan.

Sesampainya di butik, seperti biasa saat Siblin akan membukakan pintu untukku, aku telah membukanya duluan. Dia tersenyum padaku dan aku membalas senyumannya.

Dari luar aku bisa melihat Mommy juga Daddy sudah ada di dalam butik karena kaca butik itu yang terlampau besar.

Melihat mereka ada, langsung saja aku bergegas masuk. Dan benar saja, mereka langsung menyambutku. Aku memilih baju. Sampai akhirnya pilihanku jatuh pada dress yang memang modelnya kegemaranku.

Awalnya Mom menolak dan menyuruhku memilih gaun panjaang dengan punggung terbuka. Namun aku tidak suka. Jika aku memakai pakaian seperti itu, pasti terlihat tua.

"Kau yakin yang ini?" Tanya Mom lagi saat di kasir.

"Yes mom." Jawabku sedikit kesal.

"Okay."

Setelah itu Mom tidak bertanya lagi dan Dad juga menerima semua keinginanku. Gaun biru lembut dengan lengan panjang dan leher tinggi, namun hanya sebatas lutut. Aku suka gaun ini. Brokat yang terukir juga sangat cantik.

Setelah memilih baju, kami tidak langsung pulang. Dad membawaku dan Mommy ke restaurant. Sehingga aku tidak bersama Siblin lagi.

"Apa yang ingin kamu makan, sayang?" Tanya Dad yang duduk di kursi penumpang depan.

"Apa saja?" Tawarku menyondongkan tubuh padanya.

Namun mom menarik punggungku pelan dan mengelus pipiku, "kau tahu itu tidak bisa, sayang."

Bibirku melengkung ke bawah saat mom yang menjawab.

"Baiklah, aku ingin ..." jedaku sebentar, "aku ingin seafood," jawabku akhirnya.

Daddy menoleh ke belakang dan tersenyum padaku. "Maka kau akan mendapatkannya, manis."

Jawabannya membuatku tersenyum dan kembali bersandar pada mom.

Tak lama setelah itu, mobil ini berhenti di depan salah satu restaurant seafood yang cukup terkenal mahal. Aku turun setelah mom turun. Kami sudah benerapa kali makan di sini, dan setiap itu juga aku yang memilih tempat duduk.

Kupercepat langkahku sambil menggandeng lengan dad, dan menelisik ke seluruh penjuru tempat ini.

Itu dia!

Sisi paling jauh di dekat dinding kaca yang dialiri air. Tanpa berkata apapun, aku menarik lengan dad dengan semangat. Orang yang kutarik hanya menurut.

"Silahkan," salah satu pelayan memberi beberapa buku menu saat kami semua sudah duduk manis.

"Terima kasih," jawabku tersenyum.

Selagi menunggu pesanan siap, mereka selalu memberi beberapa cookies di meja beserta air mineral, dan aku memakannya satu.

"Hari senin kau sekolah?" Tanya Dad.

"Ya." Tanpa lama aku menjawab.

"Kau tahu, sayang?" Tanya dad membuatku menatap matanya.

"Apa?"

"Dad selalu berpikir," lanjutnya, "bagaimana jika kau privat di rumah?"

Aku langsung merasa tertekan. Moodku langsung jatuh mendengar dad berbicara seperti itu.

Aku tidak ingin.

Aku melirik mom yang juga menatapku. Mencoba mencari pembelaan bahwa aku tetap tidak setuju. Tapi mom tidak mengatakan apapun.

"Aku tidak mau ..." lirihku menoleh ke lain arah asal tidak pada mereka berdua.

Dad menjawab, tapi aku tidak mendengarkan. Aku terdiam. Mataku tiba-tiba fokus pada satu titik di depan sana.

Bagaimana bisa dia ada di sini?

Itu Jason. Laki-laki yang menamparku kemarin. Tekanan di dadaku semakin menyiksa. Rasanya aku ingin berteriak.

Apalagi Jason juga menatapku dengan tajam. Duduk di sana bersama beberapa pemuda.

Saat matanya bergulir ke arah lain, saat itu juga aku bisa menunduk.

"Privat akan lebih baik untukmu, sayang." Suara dad masih terdengar.

Aku menggeleng sambil menunduk.

"Kau lebih bisa bebas jika di rumah," ucapnya lagi.

Namun semakin lama, dadaku seperti ditekan. Aku mendongak, menatap mommy yang beraut cemas tiba-tiba. Mommy menyodorkan tangannya. Aku menerimanya.

Tapi, itu membuat jantungku terasa sakit. Aku meraik tangan mom dengan sebelah tangan menahan dadaku sendiri.

"Honey, diamlah. Kau membuatnya tertekan." Itu suara mom.

Aku ingin berdiri dan meraih mom, tapi jantungku semakin sakit membuat nafasku terputus-putus.

Kurasakan lengan besar menarikku lebih dekat ke arahnya. Daddy.

"Sayang, hey, maafkan Daddy." Dia mengusap dadaku dan menyandarkanku di dadanya.

Sempat kulihat dad memanggil Harry yang selalu menyupirinya kemanapun.

"Nggh ..." aku mencengkram lengan Daddy, menariknya dengan sisa tenagaku.

"Tenang sayang, sebentar lagi Harry membawa oksigenmu. Lalu kita tidak akan membahas hal ini lagi," jelasnya agar aku tenang.

Namun sakit di dadaku membuatku sulit menarik nafas. Lalu tubuhku mulai bergetar. Detik itu juga aku merasakan sesuatu menempel di wajahku. Dengan hawa yang hangat dan berbau menenangkan.

Aku mencoba memperbaiki nafasku yang tersengal menyakitkan. Oksigen ini selalu dapat membuatku tenang, karena uap dari obat itu sendiri.

"Ini, sayang. Tenanglah maafkan daddy."

Setelah beberapa menit menghirup oksigen, tubuhku sudah tidak bergetar dan nafasku kembali normal seperti biasanya.

Namun aku masih terdiam. Beristirahat atas apa yang kulalui tadi. Daddy mengelus dadaku sambil menciumi puncak kepalaku tanpa henti.

Aku menghela nafas. Memejamkan mataku menikmati nyamannya bernapas dengan oksigen ini.

"Meja 32." Kudengar suara pelayan dari arah belakang dan menyadari mereka menyiapkan beberapa piring dan mangkuk berisi makanan ke atas meja.

"Selamat menikmati."

"Sudah ..." ucapku yang masih sedikit lemas. Aku menahan tangan daddy yang mengelus di dadaku dan beranjak duduk dari pangkuannya.

"Sekarang waktunya kau makan." Suara daddy sambil melepaskan cup oksigen dari wajahku.

"Habiskan, sayang. Kau yang memesan semua ini," ucapnya tersenyum ke arahku dan mengelus kepalaku.

Aku balas tersenyum kecil.

Tunggu, aku teringan sesuatu.

Kutolehkan kepalaku ke arah Jason sebelumnya berada, namun dia sudah tidak ada di sana.

Kemana dia?

Huft! Siapa peduli?

Aku kembali menatap makananku dan mulai memakannya. Bersama Daddy dan Mommy.

💥🔱⚜️🔱💥

Yaaa sampe di sini dulu ya ...

Jamgan lupa vote dan comment kaliaaan

Di sini adakah yang baca 1% kindness juga?

Bierbiesx
[November 19th 2018]

Continue Reading

You'll Also Like

3M 125K 59
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
2.5M 142K 43
"Stop trying to act like my fiancée because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...
251K 8.4K 33
My back was pressed against the wall, and our faces were merely inches away. He gently placed a finger below my chin and tilted my face upward. I tri...
881K 21.2K 43
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...