8 || Heart Attack

460 50 26
                                    

VOTE nya guys... jangan lupa ;) komen juga yah... jangan pelit oke guys..

Komen dan vote kalian itu bikin aku semangat :)

—————

Aku ingin bernafas dalam, tapi aku tidak bisa. Aku menutup mataku membiarkan semuanya terjadi, merasakan sakit di sekujur tubuhku, kepalaku seperti akan pecah, jantungku seperti ditarik sesuatu.

Aku mulai tidak bisa membuka mataku sendiri, bahkan aku tidak bisa merasakan kakiku. Tidak bisa bergerak, tanganku terasa dingin, dan jam berapa sekarang? Entah berapa lama aku terbaring disini.

Aku paksakan untuk membuka mata melihat apa yang sedang terjadi namun sama sekali tidak berubah dari sebelumnya, aku tetap sendiri disini.

Jantungku tiba-tiba tercekat, aku merasakan sakit yang amat sangat di jantungku, tanganku sambil bergetar memegang dadaku, aku menangis sebisaku hanya air mata yang keluar dengan suara rintihanku yang sebetulnya tidak bisa aku dengar dengan baik.

Sampai kapan aku seperti ini? Mom, dad, aku tidak tahan

Aku juga tidak tahu kapan Siblin akan menjemputku, aku tidak tahu sekarang jam berapa. Aku juga tidak tahu darah masih mengalir dari hidungku atau sudah berhenti.

"Ngh.."

------

Suara detak jantung begitu terdengar ditelingaku. Tidak, bukan detak jantung. Ini suara mesin, alat pendeteksi detak jantung yang selalu aku dengar disamping telingaku jika aku masuk rumah sakit.

Apa aku masuk rumah sakit lagi? Aku membuka mataku perlahan, semuanya terlihat rabun. Tapi lama kelamaan apa yang aku lihat mulai jelas.

Atap berwarna putih bersih dengan lampu yang berkilau dan besar, dinding dengan wallpaper bercorak pink, aku tahu ini dimana.

Kamar tidurku sendiri. Aku menyadarkan diriku sendiri dan menangkap bahwa kamarku sudah seperti kamar ICU rumah sakit.

Alat pendeteksi jantung berada disamping ranjang tidurku, infusan yang mengalir masuk langsung ke lenganku, oksigen menempel di hidungku, dan beberapa cup yang menempel di badanku.

"Mom?" Lirihku heran melihat mom tidur di sampingku sambil memegang erat tanganku.

Lelehan air mata mengering terlihat jelas di wajahnya, dia terbangun karena suaraku, padahal aku tidak mau membangunkannya.

"Sweety... kau akhirnya bangun." lirih mom mengelus rambutku.

Aku hanya tersenyum membalasnya, rasanya ingin tahu bagaimana aku bisa ada dirumah. Apa siblin yang menemukanku? Itu bisa saja, karena hanya siblin yang mencariku.

Saat tanganku akan melepas oksigen di hidungku, mom menahannya. Dia bilang bahwa aku tidak boleh melepasnya dulu, aku harus memakai itu sampai mom yang meberi izin untuk melepasnya.

Setelah itu aku diberi makan seperti biasa, soup dan daging. Tentu aku boleh melepas oksigenku dulu.

"Qween, besok pagi kita akan memilih gaun untuk acara besok, yah," ucap mom saat memberiku makan.

"Acara apa?" Tanyaku.

"Merayakan Prestasi perusahaan ayahmu," jawab mom.

"Mom..." ucapku sedikit keberatan.

"Tidak apa sayang, kau boleh langsung beristirahat setelah pembukaan," jelas mom.

"Um... baiklah," jawabku pasrah.

Sedikit keberatan untuk pergi besok sore, karena aku merasa tidak enak badan, mungkin aku pun akan bolos sekolah. Sesuai perkataan mom bahwa besok pagi aku akan memilih baju.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 24, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Weakness SmileWhere stories live. Discover now