Mr Killer's Girl |✔|

By mecx-zack

3.9M 180K 12.7K

[ BOOK 2 ] -•-•-•-•- [ C O M P L E T E D ] ... More

CAST
PROLOG
🍁 - [1]
🍁 - [2]
🍁 - [3]
🍁 - [4]
🍁 - [5]
🍁 - [6]
🍁 - [7]
🍁 - [8]
🍁 - [9]
🍁 - [10]
🍁 - [11]
🍁 - [12]
🍁 - [13]
🍁 - [14]
🍁 - [15]
🍁 - [16]
🍁 - [17]
🍁 - [18]
🍁 - [19]
🍁 - [20]
🍁 - [21]
🍁 - [22]
🍁 - [23]
🍁 - [24]
🍁 - [25]
🍁 - [26]
🍁 - [27]
🍁 - [28]
🍁 - [29]
🍁 - [30]
🍁 - [31]
🍁 - [32]
🍁 - [33]
🍁 - [34]
🍁 - [35]
🍁 - [36]
🍁 - [37]
🍁 - [38]
🍁 - [39]
🍁 - [40]
🍁 - [41]
🍁 - [42]
🍁 - [43]
🍁 - [44]
🍁 - [45]
🍁 - [46]
🍁 - [47]
🍁 - [49]
🍁 - [50]
🍁 - [51]
🍁 - [52]
🍁 - [53]
🍁 - [54]
🍁 - [55]
🍁 - [56] - LA TORTURA (I)
🍁 - [57] LA TORTURA (II)
🍁 - [58] LA TORTURA (III)
🍁 - [59]
🍁 - [60]
🍁 - [61]
🍁 - [62]
🍁 - [63]
🍁 - [64]
🍁 - [65]
🍁 - [66]
EPILOG
SPECIAL CHAPTER : HANS & DAMIA
SPECIAL CHAPTER : BLACK & ARESSA
SPECIAL CHAPTER : CARL'S & THE GANG
AUTHOR'S NOTE.
[ SEQUEL IS UP! ]

🍁 - [48]

38.2K 1.8K 126
By mecx-zack

WARNING : CONTAINS MAY NOT BE SUITABLE FOR SOME READERS.

__________________________________

'Wonder if that body of yours is going to handle it . Mmm , let's see'

Mata dibuka perlahan, samar-samar saja pandangannya disebabkan kepala yang berdenyut kuat. Seketika, Aressa berubah cemas sebaik tubuhnya tak dapat digerakkan.

Mata meliar memerhati keadaan sekeliling yang hanya diterangi lampu malap saja dalam bilik tersebut.

Kedua belah tangannya tak dapat digerakkan.

Malah mulutnya juga tak mampu untuk menjerit sebaik ditutup kemas dengan secebis kain yang semestinya menghalang suaranya dari terkeluar.

Kini, dia duduk di sebuah kerusi dengan kedua belah tangan yang diikat pada belakang kerusi kayu tersebut dan hanya kakinya saja yang dapat digerakkan.

Aressa menjerit dan terus menjerit tetapi tiada suara yang keluar dari mulutnya.

"Emphh! Emphhh!"

Tubuhnya digerakkan ke kiri dan kekanan cuba untuk melepaskan ikatan ditangannya tapi tak berhasil- hanya bunyi kerusi yang didudukinya saja yang kedengaran. Airmata yang ingin jatuh menuruni pipi ditahannya.

"Emphhhh!"

Dia meronta kuat hingga dia berhenti saat terasa pedih dipergelangan tangannya yang terikat kemas itu.

Kali ini dia pasti sudah tak berdaya untuk melepaskan diri. Segala kudarat yang dimiliki digunakan untuk melepaskan ikatan tersebut.

Tetap tak berjaya.

Seketika, bunyi pintu bilik dibuka dari luar menarik perhatiannya.

Kepala ditoleh ke kanan dan kelihatan susuk tubuh seorang lelaki melangkah masuk dalam bilik tersebut. Sekelip mata, bilik yang suram dan malap itu terang-benderang.

Mata Aressa terbuntang luas saat figura seorang lelaki yang dikenalinya menghampirinya dengan senyuman dibibir.

Dia cuba menolak kerusi menggunakan belakang badannya untuk menjauhkan diri daripada lelaki itu.

Tajam matanya mencerlung ke arah lelaki tersebut. Tak dia sangka lelaki yang dikenali sebagai rakan baiknya itu kini berubah sedemikian rupa.

" Why? Are you scared baby?"

Chris melangkah perlahan ke arah Aressa yang jelas ketakutan itu.

Sebaik berada dihadapan gadis tersebut, badan ditundukkan sedikit menyamai wajah Aressa dengan kedua belah tangannya diletakkan pada pemegang kerusi tersebut.

Wajah yang berlinangan dengan airmata itu ditatap sejenak lalu sebelah tangannya diangkat dan menyelak rambut panjang Aressa yang menutup sebelah wajah gadis itu lalu disangkut pada belakang telinga.

"You know? I hate that fucking bastard so fucking much. But, nothing I can do except I will show him what can I do with you, baby."

Bibir bawah Aressa diusapnya perlahan dengan senyuman nipis terukir dibibir tapi ianya bukan sekadar senyuman biasa kerana disebalik senyuman itu dipenuhi dengan seribu kejahatan.

Dia tak merasa simpati dengan kesakitan yang dia lakukan pada Aressa. Malah, gadis itu layak untuk disakiti kerana memilih untuk menyebelahi Carl Que Alexander.

Aressa merenung wajah Chris tajam dengan perasaan marah dan benci yang bercampur-aduk.

Wajahnya dipalingkan ke arah lain apabila tangan lelaki itu menyentuh wajahnya.

Chris menjarakkan sedikit tubuhnya daripada Aressa lalu ikatan yang menutup mulut gadis itu dibuka perlahan. Kain tersebut dibuang ke atas lantai.

PUIH!

Serentak itu juga dia terdiam seketika dengan tindakan Aressa.

Mata ditutup sesaat sambil sebelah tangan mengesat pipi kanannya yang diludah gadis itu. Rahang diketap rapat.

"Get that fucking smirk on your fucking face you bitch! Let me go!" jerit Aressa dalam tangisannya yang cuba ditahan.

Mata dibuka perlahan dan pantas tangannya merentap kasar rambut panjang Aressa daripada belakang lalu dia mendekatkan wajahnya pada wajah sembab bercampur marah gadis tersebut.

"You should be punished, baby." bisiknya keras ditepi telinga gadis itu.

Rambut yang dicengkamnya dilepas kasar lalu badan dipalingkan dan dia melangkah keluar daripada bilik tersebut meninggalkan Aressa yang menjerit-jerit supaya dilepaskan.

Beberapa minit kemudian, Chris kembali dengan tangannya yang memegang sebilah pisau tajam dan halus dan juga beberapa utas tali panjang dan tebal lalu Aressa dihampirinya.

"W-what-"

Terhenti kata-kata Aressa apabila pisau tajam itu berada betul-betul ditengah bibirnya.

Dan jika dia bergerak walaupun sedikit, mungkin bibirnya akan terbelah dua. Mata dipejam rapat, berharap dia dapat melepaskan diri daripada lelaki itu.

Chris tersengih kecil, pisau yang diletakkan pada bibir Aressa dijauhkan.

Mata memerhati tubuh gadis itu dari atas hingga ke bawah dan dia kembali merenung wajah pucat gadis itu seketika dengan senyuman sinisnya.

Pisau dibawa ke arah peha Aressa yang terdedah itu memandangkan Aressa hanya mengenakan seluar pendek separas peha saja.

Muncung pisau ditekan sedikit pada peha Aressa yang terdedah.

Aressa mengaduh sakit. Ingin menjerit suaranya tersekat dikerongkong, pehanya terasa pedih dan perit lalu mata dibuka perlahan ingin melihat apa yang lelaki itu lakukan.

"I want to ruined your perfectly leg, may I?" bisiknya perlahan.

Serentak itu, pisau tersebut ditekan dalam pada peha kanan gadis tersebut.

Aressa hanya mampu meraung sakit dengan airmata yang deras mengalir begitu juga dengan darah yang mengalir keluar daripada pehanya.

Chris tergelak kecil, pisau yang terbenam dalam peha Aressa ditarik keluar.

Dipandang sesaat wajah berkerut sakit gadis itu yang sedang menahan esak tangisnya tapi tak berjaya.

"I'll break your legs." ujar Chris sinis.

Lalu, pisau tersebut ditekan dalam pada peha kiri gadis itu dan ditarik panjang hingga berjarak beberapa inci saja dari lutut Aressa.

Darah yang mengalir keluar dari kedua belah peha gadis itu dipandang kosong.

Aressa tak mampu untuk melawan, hanya menjerit dan terus menjerit kesakitan dengan tubuh yang menggigil halus bila sakit yang teramat dirasakan. Matanya pula kabur dengan airmata.

"P-please. Please.." rayunya lirih dan perlahan.

Tali panjang dan tebal yang dibawa bersama seketika tadi diambil lalu dipotong sederhana panjang.

Setelah selesai, dia mencampak tali tersebut ke atas katil yang berdekatan dengan kerusi yang diduduki Aressa.

"Aww, don't cry baby girl." bibir gadis itu yang bergetar dikucupnya sekilas.

Berdiri, dia melangkah ke arah belakang Aressa lantas tali yang terikat kemas pada pergelangan tangan gadis itu dipotongnya.

Lari? Dia yakin bahawa gadis itu tak mampu untuk berlari jika dilihat dari kesan torehan yang begitu dalam pada peha gadis tersebut.

Pisau dicampak ke atas lantai, dia merungkaikan ikatan tali tersebut lalu tubuh Aressa dicempung dan diletakkan ke atas katil.

Aressa hanya mampu menangis tanpa suara, airmata masih belum berhenti mengalir dipipinya.

Aressa tak mampu melihat dengan jelas kerana mata yang kabur dengan airmatanya.

Cuba bergerak tetapi pehanya yang pedih dan mencucuk itu menghalang tubuhnya untuk terus bergerak.

Chris tersengih melihat gadis itu yang kini tak berdaya untuk bergerak dan itu satu kepuasan buatnya bila ianya akan memudahkan lagi 'kerja' yang seterusnya. Sebelah tangan menyentuh dagu Aressa lalu didongak ke atas.

"Ready baby girl? I wonder if that body of yours is going to handle it. Mmm, let's see."

Tubuh Aressa yang terbaring itu diperhati dari atas hingga ke bawah seketika. Cukup menggoda. Dia tak peduli jika Aressa itu rakan baiknya satu ketika dulu.

Chris menjarakkan sedikit tubuhnya daripada Aressa lalu tali yang dipotong sebentar tadi diambil.

Kedua belah tangan gadis itu diangkat dan diletakkan pada tepi kepala sebelum mengikatnya pada tiang katil tersebut.

Aressa memejam rapat kelopak matanya, dia tahu apa yang lelaki itu maksudkan dan dia kini tak mungkin akan terlepas daripada lelaki itu.

Esakannya kedengaran disegenap ruang bilik.

Bunyi zip seluar yang ditarik membuatkan tubuh Aressa makin menggigil ketakutan.

Cuba dipaksakan juga kakinya bergerak tetapi dia meraung sakit kesan dari peha yang ditoreh itu. Chris hanya tergelak kecil.

Seketika, telinganya menangkap bunyi baju yang dipakai lelaki itu terjatuh ke atas lantai dan tapak kasut lelaki itu dapat dirasakan bahawa sedang menghampiri ke arah katilnya.

Chris menghampiri Aressa dengan pisau yang diambil di atas lantai itu lalu baju gadis itu dihiris menggunakan pisau tersebut hingga terkoyak lalu dia menarik cebisan baju tersebut dan dicampak ke atas lantai.

Aressa mula meronta walaupun sukar badannya untuk digerakkan tapi dia tetap berusaha.

Tak terlintas difikirannya bahawa Chris bakal merosakkan hidupnya tika ini.

"NO! PLEASE NO!!"

Tak dihiraukan jeritan gadis itu lalu butang seluar Aressa juga dibuka satu persatu dan dibuang ke tepi katil dengan senyuman sinis dibibirnya.

Kini, tubuh Aressa hanya dilitupi dengan pakaian dalamnya saja.

"Please! You can't do this! Please.. Please.." rayunya lagi sambil teresak-esak menangis

Aressa menjerit dan terus menjerit saat dirasakan tubuh lelaki itu meghampiri badannya dan dia hampir menyerah dan mengalah bila tiada lagi jalan untuknya melepaskan diri.

Kepala digeleng berkali-kali mengharapkan ianya hanya mimpi.

"NO! Please don't!"

PANG!

Pipi kanan dan kiri Aressa ditampar sekuat hati. Bising dengan jeritan gadis itu.

Aressa hanya terbaring lemah dengan mata terpejam rapat, kepalanya berpinar-pinar. Chris mengelap tepi bibir Aressa yang berdarah itu perlahan.

"Hush, baby girl."

Wajah dirapatkan pada leher Aressa. Hujung hidungnya digeselkan pada sekitar telinga kanan gadis itu dan menurun perlahan ke leher Aressa dan digigit perlahan.

Aressa yang menggigil kecil itu makin menariknya untuk melunaskan nafsunya pada gadis itu. Wajah sembab Aressa itu dipandang sekilas.

Sebelah tangan diseluk pada belakang badan Aressa lalu cangkuk bra dibuka dan bra tersebut direntapnya kasar sebelum dicampak ke tepi.

Manakala sebelah tangan lagi menarik seluar dalam gadis itu ke bawah dan dengan sekali rentapan ianya tertanggal dari tubuh Aressa.

"No.. Please Chris.. Don't do this.. You can't.. I'm begging you.."

Segala rayuan daripada Aressa tak dihiraukan malah dia sibuk menikmati haruman daripada leher gadis tersebut. Makin Aressa meronta, makin membuatnya teruja.

"Are you begging me to fuck you baby girl? Don't worry, once I fuck you in every hole, you'll be begging to me not to stop."

Aressa tak mampu melepaskan dirinya lagi saat ini dan yang dia lakukan hanyalah menjerit dan terus menjerit. Dia takut dengan tindakan lelaki itu yang akan - menghancurkan hidupnya.

Sekuat mana dia menjerit dan merayu, ianya hanya sia-sia saat tubuh Chris kini menghempap tubuhnya yang jelas terdedah penuh pada lelaki itu.

Dan, dia dirogol.

Dia dirogol oleh rakan baiknya sendiri.

[#]DONE

Continue Reading

You'll Also Like

621K 23.9K 53
"Yang disangka racun rupanya hanya la sekadar penawar" "Selamat datang, adik tiriku." - Tuanku Daeen Mateen Nakal, bebal, miang. Itu yang dapat Bunga...
661K 27.4K 54
Noor Dahlia seorang gadis polos, hanya bekerja sebagai seorang cashier di sebuah kedai serbaneka tetapi amat gembira dengan kehidupannya yang amat se...
1.7M 89.3K 47
Known as, His Obsession ⚠️Toxic relationship alert. Mawar, cantik dipandang, namun sakit apabila dipegang. Indah, namun sukar untuk dimiliki. Orang...
1.2M 76.3K 75
"Our encounter is a mathematical formula." In which story where's a dwarf, meet her prince charming.