LF Season 2 [ COMPLETED ]

By ransyrf

1.2M 77.8K 6.5K

cuma lanjutan ya, jadi gak perlu sinopsis. More

• LF 1 - Mulai
• LF 2
• LF 3
• LF 4
• LF 5
• LF 6
• LF 7
• LF 8
• LF 9
• LF 10
• Q & A #question
• Q & A #answer
• LF 11
• LF 12
• LF 13
• LF 14
• Cuap-cuap #1
• LF 15
• LF 16
• LF 17
• LF 19
• LF 20
• LF 21
• LF 22
• LF 23
• LF 24
• LF 25
• LF 26
• LF 27
• LF 28
• LF 29
• LF 30
• LF 31
• LF 32
Cuap-cuap #2
• LF 33
• LF 34
• LF 35
• LF 36
• LF 37
• LF 38
• LF 39
• LF 40
• LF 41
• LF 42
• LF 43
• LF 44
• LF 45
• LF 46
• Q & A #question #2
• Q & A #answer #2
• LF 47
• LF 48
• LF 49
• LF 50
• LF 51
• LF 52
• LF 53
• LF 54
• LF 55 - Selesai
• LF - Bonus
pengumuman
pengumuman (2)

• LF 18

21.6K 1.3K 58
By ransyrf


berapa minggu gak update? ada yang inget?wkwk.

🔥🔥🔥


"Kalian beneran mau pulang sekarang?"

Prilly mengangguk, "Iya pa. Takutnya jalanan macet. Tau sendiri kan kalo Jakarta malem itu gimana."

"Yaudah hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebut Li bawa mobilnya," Papa Rizal menepuk pelan bahu Ali.

"Siap pa!"

"Kita pamit ya ma,"

"Hati-hati yaa.. sering-sering main kesini loh."

"Pasti ma, kalo Ali ada waktu." Prilly menjawab sembari melirik Ali.

Ali tertawa kecil.

"Pamit dulu bang sama opa oma." Ujar Ali menyuruh Daffa yang sudah anteng bersender di bahunya. Sepertinya bocah tampan itu kelelehan.

"Opa, oma... abang pulang dulu yaa.. dadahhh.."

Semua terkekeh.

"Ahhhh lucu banget sih!" Bunda Ully menerjang pipi Daffa dengan ciumannya. "Abang disini aja ya. Bobok sama oma. Oke?"

"Ndak. Au bobok cama papi adja,"

"Sama oma aja deh." Tawar Bunda Ully lagi.

"Tuh disuruh bobok sama oma, mau gak?" Ali ikut berbicara.

"Ndak. Au bobok cama papi." Daffa memeluk leher Ali erat.

"Sombong ih.. awas ya, gak oma beliin es krim loh." Bunda Ully pura-pura ngambek. Sedikit cemberut menatap cucunya.

Ali membisikan sesuatu pada jagoan kecilnya itu.

Sedetik kemudian bunda Ully tersenyum lebar. Daffa mengecup kedua pipinya.

"Ihh tau aja deh cara ngebujuknya. Diajarin siapa sihh?" Kata bunda Ully gemas.

"Papi," Jawaban polos Daffa membuat mereka tertawa. Ada-ada saja emang.

"Iyaa susah anak papi mah."

"Hahaha, udah ah ketawa terus jadinya. Kapan pulangnya coba?!" Perkataan Prilly menghentikan tawa mereka.

Papa Rizal mengangguk setuju, "Yaudah sana, nanti kejebak macet."

"Pamit ya pa, ma." Ali menyalami tangan Papa Rizal dan bunda Ully, begitupun dengan Prilly dan Daffa.

"Sayang banget nih dia udah tidur,"

Prilly melirik Saffa yang sudah anteng dalam tidurnya. Bayi mungil itu meringkuk dalam pelukan maminya.

"Aktif banget ma dia hari ini. Capek kali,"

"Iya wajar itu. Selalu awasin mereka loh ya. Lagi aktif-aktifnya."

"Pasti ma."

"Raja mana tadi ma?" Tanya Ali.

"Di kamar mandi dia."

"Salam aja ya ma,"

"Iya nanti mama salamin."

"Daaa omaaa!" Daffa melambaikan tangannya saat berjalan menuju mobil.

"Daaaaahh ganteng.."

Diam-diam, Papa Rizal tersenyum melihat keluarganya. Bahagia sekali bukan?

🔥🔥🔥

"Tuhkan macet!" Prilly berdecak melihat pemandangan di depannya. Macet.

"Sabar sayang, udah biasa."

"Pegel tau duduk terus."

"Kita mau langsung pulang?" Tanya Ali.

"Emang kamu mau kemana lagi?"

"Yaaa terserah sih. Mending mampir dulu kemana gitu, yang searah. Rada malem kita baru pulang. Biar macetnya berkurang sedikit. Ini panjang banget loh, gimana?"

Prilly terlihat mengangguk setuju. "Mampir ke mall yang deket sini deh. Kita makan dulu,"

"Siap bu boss." Ali membelokkan mobilnya ke kiri. Mecari jalan cepat menuju mall yang letaknya tidak jauh. Karena kalo tetap memaksa untuk pulang sama saja ia akan terjebak macet juga. Mungkin waktu yang dibutuhkan lebih lama juga.

"Mami, abang mau duduk depan."

"Sini bang sama mami." Daffa mengangguk antusias. Ia memilih duduk di pangkuan Prilly sebelah kanan. Saffa, bayi itu masih tertidur pulas di pangkuan Prilly sebelah kiri.

"Kok nyempil-nyempil sih bang? Sempit tau." Kata Ali melirik jagoannya.

"Bocen di belakang papi." Dan Ali hanya terkekeh mendengarnya.

"Rambutnya udah gondrong iniloh bang. Potong ya nanti, sekalian sama papi juga tuh potong rambut." Prilly memainkan rambut Daffa yang hitam itu.

"Rambut aku belum gondrong kok. Masih pendek tau," balas Ali sembari mengaca di kaca yang tergantung.

"Apan pendek kayak gitu.. tu liat, udah sampe nutupin mata gitu. Potong ah nanti. Ajak anaknya sekalian,"

"Iyaa iyaa.. buat kamu apa sih yang enggak."

"Gombal lo."

Limabelas menit berlalu,

Mobil Ali sudah terparkir di tempat parkir mall tersebut. Mereka keluar dengan Daffa yang sudah berada dalam gendongan Ali.

"Aku langsung potong rambut aja deh ya.. biar cepet sekalian," kata Ali.

"Iya sana."

"Kamu ikut atau mau nunggu di mana gitu?"

"Tunggu di restoran atas ya. Pegel kalo jalan sambil gendong Saffa gini,"

Ali mengangguk paham. "Yaudah nanti kalo udah kelar aku susul kamu."

"Sip." Prilly menatap jagoannya. "Potong rambut sama papi ya sana."

"Ya mami."

Ali dan Prilly melangkah menuju tempat masing-masing. Mungkin sekitar setengah jam yang Prilly butuhkan untuk menunggu Ali selesai memotong rambutnya.

Prilly sesekali tersenyum pada orang-orang sekitar yang menyapanya. Bahkan sempat ada yang meminta foto bersama. Dengan senang hati Prilly mengiyakan.

Disinilah Prilly sekarang, disebuah restoran yang tidak terlalu ramai. Ia sedikit memperbaiki posisi tidur Saffa.

Sambil menunggu Ali, Prilly memesan makanan terlebih dahulu. Menunggu pesanannya datang, Prilly memilih memainkan ponselnya. Notification whatsapp dari mamanya muncul ketika ponsel itu menyala. Dengan segera Prilly membalasnya.

Mamaku

Udah sampe prill?
19.38

Belum ma. Jalanan macet tadi, jadi mampir ke mall bentar mwhehe..
19.45

Oalah mampir dulu.
Kalo udah sampe rumah, kabarin mama ya.
19.46

Siap bossque.
19.46

Setengah jam kemudian,

Ali datang dengan wajah barunya. Eh salah deng, rambut baru maksudnya wkwk.

Prilly sempat terdiam melihat Ali yang kini sudah duduk dihadapannya.

"Sayang?!" Panggil Ali yang membuat Prilly tersadar.

"Eh..."

"Kenapa sih? Kok natap aku gitu banget? Jelek ya potongan rambutnya?" Ali sedikit mengacak-acak rambut lebatnya.

"Ehh? Enggak kok enggak. Kamu kok keliatan makin ganteng sih? Kayak anak masih abg tau gak?!"

Ali terkikik geli mendengarnya.

"Yaampun, sampe segitunya kamu."

"Makin cute ih!" Dengan gemas Prilly menguyel-uyel pipi Ali.

"Abang ugha makin kyut mi," celetuk Daffa. Ali dan Prilly serentak menoleh. Keduanya tertawa mendengar kalimat yang keluar dan terkesan lucu itu.

"Iyaaa.. abang makin cute. Segala pake poni segala lagi, hihihi.. pasti papi deh yang suruh modelnya kayak gini. Iyakan?"

"Iya dong." Sahut Ali dengan sumringah.

"Mending sekarang makan yuk.. udah pesen sekalian tuh tadi," kata Prilly.

"Siap!"

"Mami, abang au es krim." Kata Daffa menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Nanti ya. Abang makan dulu.."

"Ndak au,"

"Ih kalo gak mau makan, malah gak dibeliin sama mami loh.." sahut Ali.

"Aaa papi!"

"Makan dulu kalo gitu. Baru nanti dibeliin. Oke boss?!"

Daffa hanya mengangguk pasrah.

Kalo dia maksa juga gak bakal diturutin. Kan papi maminya keras kepala semua. Wkwk.

🔥🔥🔥

"Gimana kabar kamu?"

Prilly tersenyum kikuk, "Alhamdulillah baik. Lo sendiri gimana?"

"Seperti yang kamu lihat, aku baik. Selalu baik," Lelaki yang duduk dihadapan Prilly sedikit terkekeh.

Sepulang shooting tadi, Prilly mampir sebentar ke mall. Ada keperluan yang harus dia beli.

Di luar dugaan, ia bertemu kembali dengan dia. Lelaki yang dulu pernah dengan dekatnya. Lelaki yang dulu pernah digosipkan menjadi pacarnya. Maxime Bouttier.

"Kamu kenapa sih kok kayak tegang gitu ketemu aku?" Tanya Maxime.

Dalam hati sebenarnya Prilly tak ingin bertemu dengan lelaki ini jika tidak ada Ali. Takut menimbulkan fitnah. Apalagi ini di tempat umum, banyak paparazi. Niatnya mau menghindar tapi tak enak jika menolak tawaran Maxime untuk sekedar makan bareng.

"Ah? Enggak ko, biasa aja. Mungkin karena udah lama gak ketemu jadi sedikit canggung."

"Ini anak kamu?" Maxime menatap Daffa dan Saffa yang sedang sibuk menonton kartun di ipad.

"Iyaa.."

"Gak nyangka ya kamu jodohnya sama Ali. Padahal dulu kita yang deket. Sering satu lokasi,"

Prilly terdiam.

Maksud ucapan Maxime apa?

"Sebelum kenal lo, gue kenal Ali lebih dulu. Lagi pula ini udah takdir Allah. No body's know what going happen. Kalo Allah maunya gue sama Ali, lo bisa apa?"

Maxime terkekeh. Ia tak bermaksud memancing emosi Prilly. Ia hanya ingin sedikit flashback. Mungkin kangen kali bisa dekat dengan Prilly lagi.

"Maaf, gak ada maksud buat nyinggung perasaan kamu." Ujarnya.

Prilly menghela napasnya kasar.

Ia harus apa?

Pergi gitu aja, atau tetap stay disini.

Kalo ada paparazi gimana?

Nanti sosial media heboh lagi dong.

"Bisa bahas yang lain gak?" Prilly merasa suasana tak kondusif di antara mereka. Terlihat sangat awkard.

"Ah yaa, gimana karir kamu sekarang? Masih sibuk shooting?"

"Sibuk shooting, tapi bukan sinetron stripping. Gue punya tanggung jawab sebagai istri dan ibu. Jadi harus pinter-pinter atur waktu,"

"Oh gitu. Ali apa kabar?"

"Alhamdulillah dia baik."

Hampir setengah jam mereka mengobrol. Percakapan itu lebih dominan oleh pertanyaan-pertanyaan Maxime.

Sepersekian detik kemudian, seorang perempuan datang menghampiri mereka berdua. Tubuh langsing dan tinggi dengan kulit putih mulus. Perempuan itu tersenyum menatap Maxime dan juga Prilly.

Dengan kening berkerut Prilly berujar, "Who is she?"

"She's my fiance." Maxime terkekeh melihat raut wajah Prilly yang seperti kaget. Prilly memang tak menyangka jika Maxime sudah memiliki tunangan.

"Serius?"

Maxime mengangguk pasti. Kemudian ia melirik perempuan yang duduk disebelah.

"Haiii.." perempuan itu tersenyum ramah pada Prilly. Kemudian mengulurkan tangannya. "Gue Mauren.. salam kenal,"

Prilly menerima uluran tangan itu. Ia ikut tersenyum ramah. "Salam kenal juga, gue Prilly."

"Prilly istrinya Aliando kan?" Celetuk Mauren yang dibalas tawa oleh Prilly dan juga Maxime. Fyi Mauren ini sesosok perempuan ceria yang mampu meluluhkan hati Maxime. Sifatnya yang suka ceplas ceplos dan polos mampu menghidupkan suasana yang terlihat flat.

"Sumpah ya, dulu gue nge-fans banget sama kalian berdua. Gila chemistry nya dapet banget. Gue shipper lo sama Ali dah pokoknya!"

Nah! Mauren SKSD banget kan?

Tapi dia terlihat polos dan menggemaskan. Lucu.

"Lo shipper gue sama Ali?" Tanya Prilly sedikit tertawa.

"Iya dong! Perjalanan cinta kalian itu patut dicontoh pokoknya! Slowly but sure. Itukan motto percintaan kalian?"

Prilly semakin tergelak, "Sok tau lo."

"Yaelah, gue juga pengguna sosmed kali. Gue tau tuh tiap hari ada gosip apa aja."

"Yaampun dasar perempuan demennya gosip aja."

Mauren cemberut mendengar ucapan Maxime. Kok Maxime ngeselin sih? Batinnya.

"Ih enak aja. Engga ya.. kamu gak jelas deh."

"Kok aku? Kamu tuh yang gak jelas. Baru ketemu sama Prilly padahal, tapi udah sok kenal." Maxime masih meledek Mauren. Ia memang senang menjahili tunangannya itu.

"Aku kan emang gitu orangnya, cepet akrab. Jadi maklumin aja.."

"Itu namanya SKSD, sok kenal sok deket---- awwww.." Maxime meringis ketika cubitan Mauren mendarat di perutnya. "Jahatnya,"

"Bodo. Abis kamu ngeselin,"

Tanpa sadar Prilly ikut tersenyum. Setidaknya kehadiran Mauren sedikit membuat hatinya merasa tenang. Tak perlu takut jika nanti ada gosip yang tidak-tidak.

🔥🔥🔥

Lagi, lagi dan lagi selalu seperti ini.

Hanya karena sebuah postingan foto di instagram membuat Netizen gempar dan berlomba-lomba untuk saling beradu pendapat di lapak Maxime.

Tidak ada yang salah sebenarnya dalam postingan itu. Hanya Netizen aja yang terlalu berlebihan menanggapinya. Sebagian dari mereka ada yang senang melihat postingan itu.

Semakin panaslah sosial media. #BOOM.

"Kenapa sih sosial media itu selalu disalah gunain? Kesel tau gak sih liat berita hari ini." Prilly berdecak melempar ponselnya ke sofa. Di seberang sofa ada Kaia dan Pamela. Kedua kakak iparnya itu baru saja datang ke rumahnya.

"Emang itu foto beneran?" Tanya Pamela.

"Iya ka.. tapi masa iya foto gitu doang harus sampe heboh. Harus segala bully-bullyan emang?" Prilly memijit pelipisnya yang terasa pening.

"Lo cuma berdua sama dia?" Kali ini Kaia yang bersuara.

"Enggak Kai. Kami jalan bertiga, ada tunangannya dia juga. Tapi pas foto itu, tunangannya lagi pergi ke toilet. Jadilah kita foto berdua. Yakali pergi cuma berdua, aku masih inget Ali, Kai." Jelas Prilly panjang lebar.

Kaia mengangguk paham. "Yaudah, gak usah dipusingin kalo gitu. Nanti kalo Ali tanya, tinggal lo jelasin."

"Nah bener tu. Lo gak usah peduliin sosmed hari ini. Emang lagi kacau," kata Pamela.

"Kalo Ali marah gimana?" Prilly sedikit was-was dengan respond Ali nantinya.

"Gue kenal adek gue kayak gimana," balas Kaia mencoba menenangkan adik iparnya. "Lo tenang aja."

🔥🔥🔥


Boom!

Ada konflik apa ya? Nahloh--nahloh..
Jangan baper yeeee.. nanti bahaya wkwk.

Gatau dah gimana chapter ini, makin gadanta kayaknya:(

Oke babay.. see yu!

comment yay!🐾

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 119K 60
#4 in Fanfiction on 29/12/16❤
58.8K 7.1K 33
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
790K 81.7K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
393K 40.2K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...