Segenggam Harapan Cinta (Pesa...

By AfifahHanafi20

154K 8.8K 1.7K

(WARNING!!! SIAPKAN PASANGAN, KARENA MEMILIKI TINGKAT KEBAPERAN YANG MEMBUAT ANDA INGIN NIKAH ) FOLLOW SEBELU... More

🌺Prolog
{1}🌺Hukuman
{2}🌺Rekaman masalalu
{4}🌺Rekaman masalalu (2)
{5}🌺Sepucuk surat (2)
{6}🌺Menerima dan membuka hati yang terluka.
I Find The Shine
{7}🌺Nasehat cinta
{8}🌺Masalalu yang sulit dilupakan
(9)Senyummu membuatku berdebar
{10}Senyummu membuatku berdebar (2)
{11}Hasna Amelia Putri
{12}Berjanji untuk membuka hati
{13}Memperbaiki alur masalalu
{14}Cemburu
{15}Cemburu (2)
{16}Biola Hasna
{17}🌺Sesak di dalam dada
(18)Syafiq mencintai Hasna Tulus
{19} Wanita sulit dimengerti
{20}🌺Ikhlaskan atau pertahankan
{21}🌺Merelakan dengan ikhlas
{22}🌺Gugup
{23.}🌺Heran
{24}🌺Faiz
{25}🌺Candu Syafiq
{26}🌺Lampu tidur
[27]Hasna Kesal
🌺[28] Tanda tanya bagi Syafiq
[29] Gundah gulana

{3}🌺Sepucuk surat

6K 435 50
By AfifahHanafi20

Pelajaran Fiqih sudah dimulai sejak satu jam yang lalu. Udara sejuk siap memanjakan kedua pelopak mata. Suara guntur mulai terdengar. Bahkan kilat-kilat putih pun sesekali muncul seperti blits kamera.

Air hujan mulai mengguyuri kota Bandung. Beberapa santriwati mulai jenuh. Selain karena cuaca yang nyaman memejamkan mata seperti saat ini, Ustazah yang menjelaskan pun membawakan nada yang lirih dan gemulai.

Sedari tadi tangan Hasna bergerak lebih cepat, dengan genggaman pulpen di tangan kanannya yang entah sejak kapan, mata dan pikirannya sama sekali tidak fokus dengan pelajaran hari ini.

Kertas berwarna kuning itu sama sekali tak terdhabit sedikitpun. Hanya garis-garis abstrak yang terpampang nyata di kitab syarahsittin miliknya. Berulang kali gadis itu menahan kantuk yang bersengatan. Sampai pada akhirnya kepala Hasna bersentuhan dengan meja yang berada di hadapannya, tak kuasa lagi ia menahan kantuk.

Beberapa santriwati yang lain pun ada yang menyimak penjelasan dengan seksama, dan adapula yang membuang kejenuhan mereka dengan membaca Novel.

"Baiklah, sampai disini dulu penjelasan saya, kalau begitu ada yang mau mengulang penjelasan saya? Supaya saya tau, apakah kalian benar-benar memperahatikan dan paham dalam pembahasan kali ini. "

Hening. Tidak ada suara satu pun

"Amel? Bagaimana, bisa jelaskan kembali keterangan ustazah barusan?? "

Amel pun berdiri dari mejanya, seraya menjelaskan tentang materi pelajaran hari ini.

"MasyaAllah Tabarakallah, Amel. Kami semua, puas dengan penjelasan kamu barusan."

"Baiklah, sekarang saya minta satu orang lagi dan itu Hasna silahkan ke depan."

Yang dipanggil malah hening tak ada jawaban. Semua mata tertuju pada Hasna yang tertidur pulas, sesekali terdengar dengkuran kecil dari mulutnya.

"Na, bangunn!" tegur Nindy. Tetap tidak ada respon dari Hasna. Sepertinya, mimpinya terlalu indah untuk dibangunkan.

"Hasna...," Tegur Ustadzah Aisya dengan bernadakan lembut.

"Na!" ucap Nindy kemudian, sambil menggoyang-goyangkan tubuh Hasna.

"Apaansih, Nind ganggu aja!" ucapnya. Lalu, hendak menundukkan kepala kembali. Tapi sadar, semua yang berada dikelas memperhatikan-nya.

"Em... Ustazah aja ngga punya waktu buat tidur, kalo kamu enak banget yah?" katanya dengan lembut tapi menusuk.

"Kalo begitu, Ustadzah ngasih kamu pelajaran gimana? Kan udah ngga dengerin penjelasan dari ustazah kan? Toh ustazah cape lo, kalo disuruh milih dengerin atau jelasin, jelas ustadzah pilih dengerin daripada ngejelasin. Karena, ngejelasin ilmu itu susah-susah gampang Hasna, kita perlu banyak sharing tentang ilmu yang akan kita sampaikan. Karena ada hadits nabi yang berbunyi 'Man qolla 'ilmuhu katsura i'tiraduhu.' ada yang tau artinya? "

Amel pun mengajungkan jari telunjuknya.

"Silahkan, Amel... baca dengan suara yang nyaring."

"Barangsiapa yang sedikit ilmunya maka banyak menghujatnya atau dalam kata artian anak zaman sekarang ngejudge dengan sepihak, tanpa ada dalil-dalil yang nyata. "

"Shohih, Amel. Nah begitulah, maksud Ustadzah sekarang...siapapun yang sedang memberikan petuah atau ilmu kepada kalian, maka hendaklah kalian menyimaknya dengan betul-betul. Itu semua salah satu dari rasa hormat dan rasa menghargai kepada guru-guru kita, ingat... beliau menyampaikan ilmunya bukan sekedar mengeluarkan dari isi mulut saja. Akan tetapi, beliau pasti mencari ilmu-ilmu tersebut dari satu buku atau kitab ke kitab yang lain, mengapa begitu? Supaya murid-murid juga mengetahui kalo ternyata apa yang diperbolehkan dalam agama islam itu dari satu ilmu itu bermacam-macam dalilnya.

Ustazah Aisya tersenyum memandang muridnya. "Contohnya nih Sholat Shubuh, dari Mazhab imam syafii beliau mengajurkan kepada pengikutnya untuk melakukan Qunuth. Berbeda, dengan Mazhab imam Abu Hanifah yang tidak menganjurkan untuk melakukan Qunuth di waktu mengerjakan Shalat Shubuh. Nah, kesimpulannya " Barang siapa yang sedikit ilmunya, maka banyak menghujatnya". Padahal kedua Mazhab yang ustadzah katakan tadi, semuanya memiliki dalil masing-masing dan artinya semua Mazhab itu benar, emm yang engga benar itu ngga sholat shubuh. "

Para santriwati pun terkekeh pelan.

"Baiklah, Karena waktu pelajaran kedua sudah habis, kalian boleh kembali ke asrama masing-masing. Dan kamu Hasna, bisa ikut saya ke kantor. "

Hasna pun mengikuti ustazah Aisya, sesekali ustadzah Aisya tersenyum kepada seluruh santriwati yang menyapanya.

"Liat deh, itu Ukhty Hasna anak Ustaz Ibrahim kan? Pasti kena hukuman lagi, emang yah bikin abinya malu mulu," bisik seseorang kepada temannya.

"Iya, udah tau jadi anak Ustaz itu harus jaga sikap dan jadi contoh yang baik, eh ini malah kebalikannya, emang yah anak zaman sekarang kek gitu? " balasnya.

"Sut...udah ngga baik ngomongin orang, kalian kan gak tau apa alasan dia ngelakukan itu semua. Mungkin saja, dibalik kesalahannya ada sesuatu tujuan yang sama sekali malah bertolak-belakang dari apa yang kita liat. Kita punya mata, namun kita masih ada telinga yang berhak mendengar apa alasan dari orang tersebut ketika melakukan kesalahan," lerai salah satu temannya.

Hasna pun mengikuti Ustadzah Aisya yang entah menuju ke mana, padahal di kelas tadi ia mengatakan bahwa Hasna harus mengikutinya ke kantor. Nyatanya, kantor sudah Hasna lewati beberapa menit yang lalu.

Langkah Ustadzah Aisya pun terhenti dan ia tersenyum sejenak kepada Hasna. Tak lama kemudian ia memasuki ruangan kebersihan, dan dibawanya beberapa peralatan kebersihan kehadapan Hasna.

"Hasna, karena hujan udah teduh...halaman kotor dan dedaunan berserakan kumuh, kamu ingatkan hadits nabi yang bunyinya 'Annazofathu minal iman.'??"

Hasna pun mengangguk pelan, dan memutar bola mata malas. Hasna sudah paham dari makna yang tersirat pada perkataan Aisya tadi.

"Coba, Ustadzah mau denger apa artinya dari Hadist yang udah Ustadzah sebutin? "

"Kebersihan sebahagian daripada Iman," ucap Hasna menekan pada kata "Iman"

"Shohih! Kalau begitu, Ustazah minta kamu bersihin yah seluruh halaman pondok, terutama bagian halaman mesjid. Sudah sangat kotor sekali."

Hasna pun mengembuskan napas secara kasar.

Sudah lebih dari setengah jam Hasna menghabiskan waktu untuk menyapu-nyapu halaman yang kotor.

"Oke! Hasna, semangat!! " ucap Hasna, berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri dengan menggepalkan jari tangan kanannya

Perlahan Hasna membersihkan halaman mesjid.

"Sepi! " satu kata yang membuat semangat Hasna luntur. Ya, santri putera tidak ada satu pun yang berkeliaran di halaman mesjid. Suasana siang yang sejuk membuat mereka terlelap bersama kasur keras kesayangan di asrama.

"Kalo gini bukan Rezeki namanya, ah..Males..., " ucap Hasna sambil memainkan sapu yang berada ditangannya.

Hasna pun kembali membersihkan depan pintu gerbang santri putera. Tiba-tiba saja ada segepal kertas berwarna putih mendarat diwajah Hasna, lalu mengenai hidung mancungnya.

"Aw..., " bathinnya.

Hasna raih kertas berwarna putih tersebut yang sudah terjatuh dari hadapannya

Perlahan Hasna buka gepalan kertas tersebut yang sudah hampir sobek.

"Hasna, Ana Uhibbuki Fillah."

Begitulah isi dari kertas tersebut, bisa Hasna katakan ini adalah sebuah surat.

Hasna pun mengerutkan dahinya dan menaikkan alis tebalnya, bingung dengan isi surat. Siapa dia? Dimana dia? Kenapa ia mengetahui nama Hasna? Apa ia mengenal Hasna? Begitulah pertanyaan yang muncul dari benak fikiran Hasna.

"Wahhhh ini seriusssss...dari ka Raffi???" Hasna sontak terkejut ketika melihat siapa sang pengirim surat. Iya melompat bahagia, tak percaya ini adalah surat dari Raffi. Apa benar Raffi mencintainya? Ia masih ragu. Raffi yang ia kenal tidaklah segamblang ini dalam berkata. Pria itu pemalu dengan wanita. Memandang wanita  saja, ia tidak berani apalagi mengungkapkan perasaan.

Membicarakan Raffi, membuat gadis itu tersenyum renyah, mengingat awal perjumpaan mereka yang saat itu membuat jantung hasna berdebar kuat bagaikan mengikuti maraton seratus kali putaran.

Muhammad Raffi Faizurrahman. Pria yang pertama kali mengajarkan Hasna tentang jatuh cinta. Hasna tak tau persis apa arti cinta, namun jika melihat Raffi jantungnya selalu berdebar kencang. Bahkan seluruh predaran darahnya terasa kacau. Menatap senyum, tawa seorang Raffi selalu membuatnya nyaman dan menghangat walau hanya memandang dari kejauhan. Jika benar itu namanya cinta, maka sejak awal berjumpa Hasna telah menjatuhkan hatinya kepada Raffi.

Perjumpaan yang di mana Allah sudah getarkan dan debaran yang kuat di hati keduanya terutama Hasna.

Usai pengajian Abuya, Hasna berleha-leha menuju asrama. Gadis itu hanya ingin menatap para santri dari kaca dalam mesjid. Nindy yang kebetulan sedang kebelet pipis berpamitan dengan Hasna terlebih dahulu.

Hasna setiap hari berleha-leha menuju asrama,  alasannya, apalagi kalo bukan mencuci mata yakni memandang santri yang berlalu lalang.

Setelah merasa puas, Hasna berniat menuju asrama. Namun, Hasna menjadi kikuk dan tak tahu harus berbuat apa ketika melihat sebelah sandalnya di bawah kaki kerumunan para santri yang sedang duduk bersantai di teras mesjid. Hasna menjadi salah tingkah. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganya. Pantas saja ini sudah jam delapan, biasa mesjid dipakai santri untuk kelas sekolah, karena pondok ini masih kekurangan kelas, mau tidak mau mesjid lah yang dijadikan kelas sementara.

Hasna belum terlampau gila jika ia pulang dengan menggunakan sebelah sandal di khalayak ramai, terkhusus kawasan santri seperti ini.

Dari arah kejauhan, seorang pria tengah menatap Hasna yang sedari tadi menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. Ia terus mengamati bola mata Hasna yang tertuju ke arah bawah para kerumunan santri. Ia tersenyum simpul lalu mengambil sandal berwarna merah muda tersebut lalu menyerahkannya kepada Hasna.

Mata Hasna berbinar. Jantungnya berdetak nakal tatkala melihat siapa yang mengambilkan sandalnya. Pria yang tak kalah dikagumi oleh para santriwati karena wibawanya menjadi ketua osis di pondok ini. Muhammad Raffi Faizurrahman putera bungsu dari Buya Yusuf dan Ustazah Maryam.

Gus Raffi, pria yang sudah lama Hasna amati. Pesona kaka beradik yakni Syafiq dan Raffi memang selalu membuat Hasna berdebar kencang. Hasna tersenyum kikuk kepada Raffi. Darahnya semakin berdesir lembut tatkala Raffi membungkuk menaruh sandal tersebut dengan pasangannya—mensejajarkan dengan rapi. Kemudian tersenyum lebar ke arah Hasna. Gadis itu semakin merona dan salah tingkah melihat lengkungan lebar yang Raffi ciptakan untuknya.

"Syu—syukron Gus," ucap Hasna terbata-bata.

Gus Raffi mengangguk. "La ba'sa Ukhty. Kalo begitu, silahkan ukhty kembali ke wilayah puteri ya. Sepertinya santri semakin ramai berlalu lalang," ujarnya begitu lembut.

Hasna mengangguk. Sejurus kemudian ia berlalu dari hadapan Raffi dengan keadaan jantung yang abnormal.

Follow instagram @afifahhanafi20 untuk info lebih lanjut 😊

Bagaimana tanggapanmu membaca versi revisi? Membosankan? Atau lebih seru?

صلى الله على محمد 💙

05-july-2018 ( versi revisi)

Continue Reading

You'll Also Like

208K 7.2K 70
Bagaimana perasaan kalian kalau tau dipinang oleh habib tampan yang banyak digandrungi oleh kaum hawa. Senang? sudah pasti. Mari kita ikuti perjalana...
42.6K 5.1K 84
Adeeva Humaira Laskar Khaizuran. Seorang wanita yang jauh dari kata agama dan tidak mengenal apa itu agama, selain tidak ada niat untuk berubah dia j...
6.8M 479K 59
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
252K 14.5K 36
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...