Mr Killer's Girl |✔|

By mecx-zack

4M 181K 12.7K

[ BOOK 2 ] -•-•-•-•- [ C O M P L E T E D ] ... More

CAST
PROLOG
🍁 - [1]
🍁 - [2]
🍁 - [3]
🍁 - [4]
🍁 - [5]
🍁 - [6]
🍁 - [7]
🍁 - [8]
🍁 - [9]
🍁 - [10]
🍁 - [11]
🍁 - [12]
🍁 - [13]
🍁 - [14]
🍁 - [15]
🍁 - [16]
🍁 - [17]
🍁 - [18]
🍁 - [19]
🍁 - [20]
🍁 - [21]
🍁 - [22]
🍁 - [23]
🍁 - [24]
🍁 - [25]
🍁 - [26]
🍁 - [27]
🍁 - [28]
🍁 - [29]
🍁 - [30]
🍁 - [31]
🍁 - [32]
🍁 - [33]
🍁 - [34]
🍁 - [35]
🍁 - [36]
🍁 - [37]
🍁 - [38]
🍁 - [39]
🍁 - [40]
🍁 - [41]
🍁 - [42]
🍁 - [43]
🍁 - [45]
🍁 - [46]
🍁 - [47]
🍁 - [48]
🍁 - [49]
🍁 - [50]
🍁 - [51]
🍁 - [52]
🍁 - [53]
🍁 - [54]
🍁 - [55]
🍁 - [56] - LA TORTURA (I)
🍁 - [57] LA TORTURA (II)
🍁 - [58] LA TORTURA (III)
🍁 - [59]
🍁 - [60]
🍁 - [61]
🍁 - [62]
🍁 - [63]
🍁 - [64]
🍁 - [65]
🍁 - [66]
EPILOG
SPECIAL CHAPTER : HANS & DAMIA
SPECIAL CHAPTER : BLACK & ARESSA
SPECIAL CHAPTER : CARL'S & THE GANG
AUTHOR'S NOTE.
[ SEQUEL IS UP! ]

🍁 - [44]

43.3K 2K 109
By mecx-zack

Damia dan Nur Husna yang sedang ketawa sambil menyiapkan pencuci mulut untuk juadah petang sebentar lagi diperhati sambil tersenyum nipis.

Pembantu rumah yang ditugaskan diberi rehat untuk seketika.

Sudah dua minggu berlalu, hubungan Damia Aisyah dan Nur Husna makin rapat. Pertalian antara mereka berdua turut diketahui oleh ahli keluarga yang lain.

Buat seketika, terasa bahagia saja keluarga Carl Ayden.

"Mia nak buat yang ni. Kakak tengok je nanti kalau salah kakak cakap dekat Mia. Okay?"

Nur Husna menggeleng kepala kecil dengan kedegilan adiknya itu lalu sebungkus tepung diberikan pada Damia seraya memerhati gadis itu.

Setelah ditebuk sedikit di hujung bungkusan tepung tersebut, Damia tersengih kecil. Nur Husna pula bergerak ke arah sudut dapur mengambil bahan yang diperlukan.

Carl Hans Mikael menghampiri Damia, perlahan saja dia berjalan. Mahu melihat apa yang gadis cute itu lakukan.

Sedari tadi dia perhati Damia yang kelihatan fokus dengan apa yang dilakukannya.

Dengan tubuhnya yang berada di belakang Damia, dia menjenguk sedikit kepalanya ke depan lalu dia mengangguk perlahan saat melihat Damia yang sedang menuang serbuk tepung itu.

"Kau nak buat apa dengan- "

Belum sempat dia menghabiskan ayatnya, Damia yang terkejut dengan teguran tersebut terus melompat ke belakang sedikit lalu serbuk tepung ditangan gadis itu tercampak ke wajahnya.

Wajah Carl Hans Mikael habis dipenuhi dengan serbuk tepung yang tak sengaja dicampak oleh Damia ke arahnya.

Tercengang lelaki itu seketika. Damia pula tergamam melihat wajah lelaki tersebut.

"M-maaf. S-saya tak s-sengaja!"

Kelam-kabut Damia mengesat serbuk tepung yang memenuhi wajah Carl Hans Mikael dengan tangan kecilnya.

Air liur ditelan kasar melihat wajah dingin Encik serial killer itu.

Carl Hans Mikael mengetap bibirnya kuat lalu sebelah tangan menyapu serbuk tepung dimatanya.

Hanya sebelah yang kelihatan manakala matanya yang sebelah lagi masih dipenuhi tepung tersebut.

Damia terkebil-kebil merenung Carl Hans Mikael dengan wajah cuak, takut dimarahi oleh lelaki itu sambil menggigit jarinya perlahan.

Keningnya berkerut ingin menangis sebaik Encik serial killer meluru ke arahnya.

"Kau... Apa masalah kau ni? Aku tanya je, yang kau campak tepung tu dekat aku kenapa?" serius dan mendalam suaranya.

Damia berundur ke belakang beberapa tapak sebelum dia berhenti.

Wajahnya yang cuak seketika tadi berubah dengan bibir yang terketap rapat menahan ketawanya saat mulut lelaki itu dipenuhi tepung apabila bersuara.

"S-saya.. " makin kuat bibirnya dikemam menahan ketawanya yang bakal meletus dengan wajahnya yang merah padam itu.

Carl Hans Mikael merengus geram, dan itu mlembuatkan Damia tak dapat menahan ketawanya bila Carl Hans Mikael merengus geram- habuk tepung juga turut terkeluar dari hidungnya.

"HAHAHHAHHAHAHAH!" terbahak-bahak Damia ketawa hingga berair matanya.

Sebelah tangan menekup mulutnya yang sedang mentertawakan Carl Hans Mikael manakala sebelah tangan lagi menekan-nekan perutnya.

Wajah kacak lelaki itu kini benar-benar lucu dilihatnya.

Nur Husna yang hairan melihat adiknya ketawa terus menghampiri Damia dan yang membuatnya terkejut sebaik terpandangkan wajah Carl Hans Mikael yang putih melepak itu.

"K-kenapa dengan Hans?" soal Nur Husna dengan ketawa yang tertahan-tahan.

Carl Hans Mikael yang mulanya tercengang melihat Damia ketawa terus mengetap giginya kuat.

Sedar yang dia ditertawakan gadis itu lalu Damia yang masih lagi ketawa terbahak-bahak itu dipandang tajam sebelum berlalu pergi.

Mereka berdua berpandangan seketika setelah Carl Hans Mikael berlalu pergi sebelum kedua-duanya ketawa serentak.

"Muka dia lawak lah. Hahaha!"

Damia pula sudah tersandar di dinding dapur begitu juga Nur Husna yang terbongkok-bongkok badannya saat ketawa yang jeluar tak dapat ditahan.


*

*

*

Carl Que Alexander berdiri tegak dengan kedua belah tangan yang dimasukkan ke dalam poket seluarnya memikirkan keselamatan isterinya itu.

Dia tak pasti apa pula rancangan Chris dan Joe selepas ini.

Nur Husna melangkah perlahan ke arah suaminya yang berdiri dibirai kolam renang itu sambil mendongak kepala merenung langit yang gelap dan suram itu. Lalu, bahu suaminya disentuh lembut.

"Abang-"

Carl Que Alexander yang tersentak sebaik sesuatu menyentuh bahunya terus dia mencengkam tangan tersebut tanpa melihat siapa gerangannya lalu dipulas sedikit kuat sebelum dia mengangkat tubuh kecil itu dan dicampak ke dalam kolam renang tersebut.

"Abang!"

Nur Husna menjerit tak puas hati setelah tubuhnya selamat berada di dalam kolam renang itu. Seluruh pakaiannya basah lencun. Nur Husna mengesat wajahnya kasar.

Wajah terpana suaminya dipandang geram dengan mata yang berair, sakit hati bila tiba-tiba saja dicampak ke dalam kolam renang tersebut.

"Abang kenapa?! Habis basah! Malas lah layan abang!" ujarnya dengan suara ingin menangis.

Carl Que Akexander terkebil-kebil seketika. Fikirnya siapa yang menyentuh bahunya sebentar tadi.

Kepala yang tak gatal digaru perlahan dengan wajah serba-salah.

"Mana lah aku tahu tu kau, aku ingat siapa tadi. Sorry lah.."

Tangan dihulurkan pada Nur Husna yang tersebik ingin menangis itu.

Dia tak sengaja, lagi pula kepalanya kusut memikirkan tentang musuhnya dan tiba-tiba saja bahunya disentuh. Mahu tak terkejut.

Damia membulatkan matanya saat susuk tubuh Carl Hans Mikael meluru ke arahnya, dapat diagak lelaki itu pasti ingin memarahinya tentang kejadian petang tadi.

Terus dia berpaling dan melarikan diri daripada Encik serial killer tersebut.

"Kau nak lari mana?!" ujar Carl Hans Mikael sedikit kuat.

Kaki dilajukan mengejar Damia yang berlari anak ke arah pintu paling akhir sekali ditingkat dua itu.

Masih tak berpuas hati dengan gadis cute itu yang mentertawakannya.

"Mia tak sengaja lah!" balas Damia juga sedikit menjerit ketakutan.

Pintu dibuka kasar dan Damia terkaku seketika, dia tiada jalan lain lagi jadi terpaksa juga dia bersembunyi di sekitar kolam renang tersebut.

Encik serial killer menakutkannya. Damia mula berlari keluar.

Sempat dia menoleh ke belakang, susuk tubuh Carl Hans Mikael yang mengejarnya semakin hampir.

Pucat wajah Damia dengan jantung yang berdegup kencang. Lariannya dilajukan lagi.

Sedang dia berlari sambil sesekali menoleh ke belakang melihat Encik serial killer yang masih tak berhenti daripada mengejarnya, tiba-tiba tubuhnya merempuh tubuh sasa seseorang.

"AHH!"

Damia terjerit kecil saat dia dan tubuh yang dirempuhnya itu jatuh ke dalam kolam renang.

Carl Que Alexander dan Nur Husna berpandangan, dia yang baru saja menarik Nur Husna keluar daripada kolam renang terjatuh kembali sekali dengannya.

"Sorry." gumam Damia perlahan sambil menunduk ke bawah.

Carl Hans Mikael yang baru tiba di kolam renang tersebut terpinga-pinga seketika sebelum dia ketawa kuat melihat wajah tak puas hati abangnya dan wajah cemberut Damia. Nur Husna pula hanya terkebil-kebil.

"HAHAHAHA! Padan lah muka korang!"

Serentak itu, mereka berempat terus ketawa kuat. Reaksi spontan setelah terasa lucu dengan apa yang berlaku tika itu.


*

*

*

Aressa tersenyum nipis sambil melangkah ke arah ruang tamu rumah yang dikhaskan untuknya dan itu semua sudah diatur oleh Carl Que Alexander untuk dia bersembunyi daripada Chris.

Sementara mereka yang lain termasuk Carl Ayden menyusun rancangan untuk mengintip setiap pergerakan dan juga langkah yang diambil dan dirancang oleh Joe dan Chris, jadi dia akan menetap dirumah tersebut untuk seketika.

Sedang dia termenung memikirkan tentang Chris dan Joe, dentuman kuat di dalam biliknya yang terletak ditingkat atas mengejutkannya.

Bangun dari duduknya, dia mengatur kaki ke arah tangga dengan perasan tertanya-tanya.

Pintu bilik dibuka lalu tangannya menekan suis lampu bilik.

Mata dipejam sesaat apabila cahaya lampu terang benderang menyilaukan pandangannya. Setelah pandangannya jelas, dia masuk ke dalam bilik tersebut.

"What is it." gumamnya perlahan.

Sebuah kotak kayu yang berada di atas katil diperhati dengan perasaan hairan.

Lalu kaki diatur ke arah katil, kotak tersebut diambil dan dibuka perlahan. Berkerut dahi Aressa sesaat.

Isi dalam kotak tersebut hanya sehelai kertas putih dan juga sebilah pisau tajam yang terletak kemas.

Aressa mencapai kertas putih tersebut lalu dibaca perlahan sebelum jantungnya berdetak hebat.

'Kill your own self or I will kill you. Which one?'

Kertas yang dibacanya dipandang sejenak sebelum direnyukkan lalu kotak tersebut ditutup dan dibuang ke atas lantai.

Aressa meluru ke arah meja kecil yang berada disebelah katil untuk mengambil telefon miliknya.

Tiada.

Makin kuat jantungnya berdegup, dia pasti kotak tersebut semestinya daripada Chris.

Dan itu menandakan bahawa lelaki bermata biru tersebut berada berdekatan dengannya dan tempat persembunyian sudah diketahui oleh Chris.

Matanya mengilas ke serata meja kecil tersebut mencari dimana telefon bimbitnya, hanya Carl Que Alexander boleh menyelamatkannya tika ini.

Laci kecil pada meja tersebut dipunggah dengan keadaan cemas.

"Shit!"

Telefon bimbitnya tetap juga tiada sedangkan baru sebentar tadi dia meletakkan telefonnya di atas meja tersebut.

Peluh mula menitik di dahi, dan dia tiada cara lain selain keluar daripada rumah tersebut.

Aressa meraup wajahnya sekilas dengan debaran yang makin menggila dirasakan sebelum melangkah laju ke arah pintu bilik lalu dibuka kasar sebelum tergesa-gesa menuruni anak tangga ke tingkat bawah.

Sebaik kakinya memijak anak tangga terakhir, badannya kaku seketika dengan wajah berubah pucat.

Fikirannya secara langsung terus kosong akibat terkejut melihat susuk tubuh yang berada di pintu rumahnya.

"Dove stai andando? Hm?" (where are you going)

Aressa perlahan mengundur ke belakang saat Chris menghampirinya dengan dada yang turun naik. Berdebar berhadapan dengan lelaki itu.

Nafas ditarik dalam sebelum dia berpaling ke belakang dan berlari naik ke atas kembali.

Sejuk terasa seluruh tubuhnya mendengar derapan tapak kaki Chris yang mengejarnya daripada belakang.

Masuk ke dalam bilik, pintu ditutup kasar lalu dikunci dengan tangan yang menggigil kecil. Cemas dan takut.

BAM!

Terangkat bahunya sebaik pintu biliknya ditendang oleh Chris dari luar. Air liur ditelan kasar.

Dia bermundar-mandir di dalam bilik tersebut memikirkan cara untuk melarikan diri daripada lelaki itu.

BAM!

Tanpa membuang masa, dia berlari anak ke arah almari pakaiannya lalu sehelai tuala diambil sebelum berlari laju menuju ke balkoni biliknya.

Tuala dililitkan pada besi dengan tangan yang terketar-ketar.

Setelah pasti ikatan tuala tersebut ketat dan kemas, dia memanjat palang besi tersebut dengan sebelah tangan menggenggam kemas tuala yang terikat pada besi itu.

Lalu kepala ditoleh ke bawah sebelum perlahan-lahan dia melurut tangan yang menggenggam tuala tersebut menolak tubuhnya ke bawah secara perlahan.

Manakala bunyi dentuman dari pintu biliknya masih lagi kedengaran.

ZAP!

"Arghh!"

Sesaat, tubuhnya terbaring di atas tanah dengan wajah berkerut sakit sebaik sebilah pisau melekat dibahu kanannya yang dilontarkan oleh Chris yang berada di atas balkoni biliknya.

Aressa mengerang sakit dan cuba untuk bangun dengan sebelah tangan yang memegang pisau yang terlekat dibahunya lalu gigi diketap rapat sambil cuba mengeluarkan pisau tersebut.

"Arghhh!"

Airmata mengalir deras menuruni pipinya setelah berjaya mengeluarkan pisau yang tertusuk dalam pada bahunya itu lalu pisau tersebut dibuang ke tepi dan dia bangun untuk meneruskan lariannya.

Tapi..

Chris yang berada di belakang berjaya mengejarnya lalu rambut panjang Aressa direntap kasar hingga membuatkan tubuh Aressa terdorong ke belakang.

Chris tersenyum sinis mendengar jeritan gadis itu.

"P-please. L-let me go!"

Sebatang jarum yang mengandungi sejenis cecair didalamnya dikeluarkan lalu ditekan dan dirapatkan pada leher Aressa yang sedang meronta-ronta itu.

"I will, after I killed you." bisiknya sinis.

Lalu, dengan sekali tekanan jarum tersebut dicucuk ke tepi leher kanan Aressa dalam.

Aressa menjerit dan meronta sakit sebelum makin lama pandangannya beransur gelap. Chris tergelak kecil.


[#]DONE

Continue Reading

You'll Also Like

250K 16.6K 40
"A tale of fighter.. who trained a girl, to be a woman."
680K 4.4K 8
Zayn Macallan x Alisha Humaira She fell for his eyes, his green eyes. He fell for her very existence. Mula : 2/11/2023 Tamat : 1/12/2023
238K 10.4K 47
Setelah 24 tahun hidup menggalas gelaran sebagai seorang duda, Raz tidak pernah terfikir untuk jatuh cinta lagi, apatah lagi berkahwin. Tetapi lain p...
320K 10K 64
(Another Mafia's Novel by Lovely Sherry) "I would rather break my own heart than yours." Dia seorang gadis yang berdarah campuran dari keluarga Perez...