Short Story

By Uldri99

218K 7.7K 183

Jika sudah mampir, jangan keluar lagi, ikuti pelan-pelan kisah ini. Hatiku sakit jika kau pergi dan hanya ti... More

Introduction
Beautiful Doctor
Scandal
Daker's Bride
You Not Alone
I'll Be With You
When You Remember Me
Creazy Boy Loved || Begin
OUR DESTINY

I Need You More

33K 1.1K 33
By Uldri99


I know that dress is karma, perfume regret
You got me thinking 'bout when you were mine
And now I'm all up on ya, what you expect
But you're not coming home with me tonight

**

Memiliki kekasih yang tampan, mapan dan pengertian adalah impian bagi semua wanita. Sebut saja Mawar, ya... nama wanita berambut pirang sebahu ini bernama lengkap Mawar Rebecca. Dia berprofesi sebagai seorang model bukan penjual ayam tiren yang suaranya sering di samarkan.

Banyak laki-laki yang mengejarnya, bukan karena hutang. Tetapi, karena kecantikan wajahnya yang katanya begitu tercipta sangat sempurna, belum lagi Mawar memiliki fisik yang membuat para mata lelaki berbinar dengan lekukan tubuhnya yang begitu aduhai.

"Apa kau lelah, Babe?"

Mawar tersenyum saat dirinya baru saja melangkah keluar dari studio photo tempat dimana 5 jam yang lalu dirinya menjalani pemotretan, kedatangan kekasihnya yang sedang bersandar di depan mobil sport hitam dengan gaya cool ala CEO di novel-novel membuat Mawar dengan semangat untuk menghampiri kekasihnya itu.

"Ya sedikit, apa kau sudah lama menungguku?"

"Sebarapa lama pun itu, jika sudah menunggu mu. Pasti tidak akan terasa lama."

"Simpan saja gombalan mu itu, Kevin. Jangan membuat ku muntah di saat perut ku sedang terisi penuh!"

Jujur saja Mawar memang merasa menjadi wanita paling beruntung memiliki kekasih seperti Kevin. Tampan, berdompet tebal dan romantis. Apapun yang Mawar inginkan, pastinya dengan mudah bisa Kevin turuti. Itulah mengapa sampai saat ini Mawar masih mempertahankan pria tajir seperti Kevin Castelo ini.

Kevin bergerak membukakan pintu mobilnya untuk Mawar, mempersilahkan wanita itu untuk duduk dengan anggun di kuris sebelahnya. "Kau ingin pulang, atau kita berbelanja dulu?"

Well, tawaran yang menarik. Menjalin hubungan selama satu bulan ini ternyata sudah cukup membuat Kevin mengetahui apa kesenangan kekasihnya. Wanita itu gila belanja dan gila harta, Kevin sudah tau betul akan semua itu.

"Sepertinya berbelanja boleh juga."

Kevin mengangguk dan membelai pelan pipi Mawar. "Apa yang aku dapatkan, jika mengajak mu berbelanja?"

Cup

Satu kecupan mendarat di bibir Kevin, tidak perlu di suruh. Mawar sudah tau apa yang di inginkan laki-laki itu, tetapi dugaan Mawar salah. Kevin justru berekspresi biasa saja setelah Mawar mengecupnya, sepertinya kecupan yang Mawar berikan masih kurang, entahlah.

"Aku ingin yang lebih dari kecupan, Babe!" Kevin mengedipkan sebelah matanya dan mulai melajukan mobilnya. Membiarkan Mawar larut dalam pikirannya yang bertanya-tanya, keinginan apa yang Kevin maksud.

**

Cukup sudah, Kevin benar-benar muak melihat wanita yang sedang asik memilih pakaian-pakain mahal di salah satu butik langganannya. Lihat saja, sebentar lagi misinya yang sudah lama Kevin tunggu-tunggu akan segera berhasil.

"Maafkan aku, Kevin. Kau pasti sudah sangat bosan menungguku." Mawar tertatih membawa barang belanjaannya ke arah Kevin dan mencoba memiminta maaf saat melihat wajah cemburut Kevin.

"Tidak apa, sayang..."

Kevin melirik sekilas barang belanjaan yang Mawar bawa, tumben sekali wanita itu tidak membawa banyak barang belanjaan. Kevin harap wanita itu sudah bosan berbelanja dan bertaubat agar tak membuat dompet Kevin semakin menipis.

"Hanya segini saja belanjaan mu, kau yakin tidak ingin membeli yang lain?"

Kevin merubah senyum jengkelnya dengan raut wajah semanis mungkin, menanyakan pertanyaan bodoh yang ia harap mendapatakan kata tidak dari mulut Mawar.

"Tidak, Kevin. Aku rasa sudah cukup."

Kevin menaikan satu alisnya, melihat dua peparbag berukuran sedang yang di bawa oleh Mawar. Sepertinya dugaan Kevin memang benar, wanita ini sudah bertaubat.

"Kenapa tumben sekali kau berbelanja hanya sedikit?"

Mawar terkekeh geli mendengar pertanyaan Kevin, 'sedikit?'
Apa Kevin sudah buta mengatakan barang belanjaan yang Mawar beli sedikit.

"Bagaimana kau bisa mengatakan barang-barang yang kubeli sedikit, Kevin. Kau lihat, para pelayan itu sedang membawa barang-barang ku ke mobilmu."

Hell, Kevin salah kaprah. Wanita itu belum bertaubat, justru semakin bertambah parah. Saat pulang nanti, Kevin yakin kartu kreditnya sudah lenyap di kuasai wanita keturunan tuan Krab ini.

"O.. Ohh, baguslah. Aku pikir kau sedang tidak mood berbelanja hari ini."

"Mood ku selalu baik jika untuk berbelanja, Kevin," sahut Mawar dan melangkah terlebih dahulu ke arah mobil Kevin. Laki-laki yang begitu pengertian, kalau begini Mawar tidak akan pernah melepaskan Kevin. Sangat jarang laki-laki yang terlihat kesal saat kekasihnya hanya berbelanja sedikit.

"Ayo kita pulang, aku benar-benar lelah!"

"Pulang?"

Mawar menatap heran ke arah Kevin yang kini sudah duduk di kursi kemudi, memangnya kemana lagi kalau bukan pulang. Akh.. Mungkin saja Kevin ingin mengajak nya pergi berjalan-jalan lagi.

"Ya, memangnya kemana lagi?"

"Aku ingin mengajak mu bertemu dengan teman-teman ku, aku rasa sudah waktunya untuk mengenalkan mu pada mereka."

Mawar memutar matanya sebal, ia tau Kevin pasti ingin memamerkan pada teman-temannya kalau ia mendapatkan wanita cantik seperti dirinya ini. Untung saja tadi ia sudah menghabiskan uang Kevin untuk membeli pakaian yang sudah lama ia inginkan. Jadi impas sudah semuanya.

"Ya ya baiklah," jawab Mawar dengan nada terpaksa.

"Katakanlah pada teman-temanku nanti jika kau mencintai ku!"

"Kenapa aku harus mengatakan itu?" tanya Mawar sedikit terkejut, sungguh dirinya tidak pernah mengatakan kalau ia mencintai Kevin. Apa itu Cinta? Mawar sendiri saja tidak tau.

"Memangnya kenapa, kau mencintaiku kan? Keterkejutan mu membuat ku ragu."

Mawar menarik nafasnya perlahan, jika ia mengatakan yang sejujurnya, maka akan sangat membahayakan bagi kebutuhannya. Kevin akan meninggalkannya, dan dompet tebal itu sudah pasti akan menjauh dari dirinya juga.

"Ya.. Ya tentu saja aku men.. Cintaimu, Kevin." Bahkan mengatakan kata cinta sudah membuat Mawar mual, bagaimana ia bisa mengatakan cinta pada seseorang saat ia sendiri tidak mengetahui bagaimana perasaan cinta yang sebenarnya.

Kevin menganngguk pelan, ia tidak bodoh untuk bisa mengetahui mana yang tulus dan mana terpaksa. Mawar tidak mencintainya, tetapi mencintai uanganya. Wanita seperti Mawar itu terlalu naif, dia salah sasaran karena telah bermain-main dengan seorang Kevin. Seharusnya dia jujur saja sejak awal, toh Kevin tidak akan marah, justru itu akan membuat Kevin mempermudah misinya.

"Aku juga mencintaimu," balas Kevin datar, padangannya sudah ia arahkan kedepan. Jalanan lebih menarik dari wajah Mawar yang lugu dan penuh dusta itu.

Mawar hanya diam, bahkan saat Kevin membalas ia juga mencintai nya, Mawar justrus semakin bingung. Kevin mengatakan cinta tanpa menatap nya, dan nada bicara Kevin hanya seperti hembusan angin. 'Terasa, tetapi hanya sesaat'.

"Kevin..," panggil Mawar setelah beberapa saat terasa hening. Kevin melirik sebentar ke arah Mawar dan kembali fokus menyetir.

"Apa kau tau perasaan cinta yang sebenarnya seperti apa?"

Citttt.....

Kevin menginjak rem dengan cepat, pertanyaan Mawar barusan membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak. Apa wanita yang ia pacari sakarang adalah ABG yang baru pebertas, sampai tidak tau apa itu perasaan cinta.

"Kau tidak tau bagaiaman perasaan cinta itu, tetapi kenapa kau mengatakan kalau kau mencintaiku?"

Kali ini tatapan Kevin sangat tajam ke arah Mawar, pertanyaan Mawar tadi memberikan ia isyarat bahawa Mawar memang tidak pernah merasakan perasaan apapun pada dirinya.

"Tidak lupakan saja pertanyaan ku itu," elak Mawar seketika, ia salah jika menanyakannya pada Kevin, bisa-bisa Kevin benar-benar mengira kalau perkataan cintanya tadi hanya bualan.

**

Kevin menggenggam tangan Mawar dengan erat, ia membawa Mawar masuk ke dalam kafe dimana tempat teman-teman Kevin janjikan. Bisa di pastikan ini adalah akhir dari penderitaannya, ia sudah membayar mahal semua ini. Kevin harap usahan nya selama sebulan belakangan ini tidak sia-sia.

"Kevin.. Di sini!" teriak salah seorang pria bersetelan formal ke arah Kevin, memberitaukan dimana tempat mereka harus duduk.

Mawar sedikit kikuk melihat ketiga teman laki-laki Kevin, ini tidak seperti yang Mawar bayangkan. Kevin sedang bertemu dengan teman-temannya, tetapi mereka jusrtu terlihat seperti teman bisnis.

"Aku rasa aku tidak membuat kalian menunggu lama." Kevin menarik kursi yang akan ia duduki dan ikut bergabung dengan teman-temannya. Ia hanya menarik kursi miliknya saja, tanpa perduli pada Mawar yang nampak kebingungan.

"Aku pikir kau tidak akan mendapatkannya."

"Kau terlalu meremehkan ku, dude!"

Pria yang tadi berbicara kepada Kevin kini beralih menatap Mawar yang masih saja berdiri mematung tak mengerti dengan pembicaraan yang para pria itu lontarkan.

"Kenapa kau masih berdiri, Nona? Kau bisa duduk di sebalah Kevin, atau kau ingin duduk di pangkuanku?"

Mawar menelan ludahnya kasar, cepat-cepat ia menggeleng, menarik kursi dan ikut duduk di samping Kevin. Sungguh Mawar merasa gusar, Kevin tidak marah atau berkespresi apapun saat temannya berkata kurang ajar padanya.

"Kalian ingin memesan apa?"

"Tidak usah, Jef. Aku hanya ingin membicarakan tentang perjanjian kita. Aku harap kau tidak lupa, karena aku sudah tidak ingin membuang-buang waktu lagi."

Orang yang Kevin panggil Jef atau lebih tepatnya Jefry hanya terkekeh mendengar nada ketidak sabaran Kevin. Hanya karena saham yang besar pria itu rela menjatuhkan harga dirinya untuk mengejar model terkenal yang isunya sangat susah di takhlukan.

Jefry tak lagi beralih ke arah Kevin, pandangannya kini mengarah ke arah Mawar. Dengan seringan nakalnya yang berhasil membuat Mawar bergidik ngeri dan semakin memepetkan tubuhnya ke arah kevin meminta perlindungan.

"Apa kau mencintai Kevin, Nona?"

Yap!! Sudah Kevin duga pertanyaan itu akan tersampaikan pada Mawar, semoga saja Mawar tidak merusak rencananya.

"Ya.. Tentu saja."

Jawaban Mawar berhasil membuat Kevin tersenyum puas, semua yang ia keluarkan untuk Mawar sebentar lagi akan impas, dan siap-siap ia akan menjauhkan Mawar dari pandangannya.

Jefry sedikit terkejut, kali ini Kevin berhasil mengalahkannya. Senyum licik mulai terukir pada sudut Jefry.

Jefry berdiri, mengulurkan tangannya ke arah Kevin. "Ku akui pesona mu sangat luar biasa Kevin."

Dengan senang hati Kevin ikut menjabat tangan Jefry. Semua ini masih belum selesai, Jefry sangat licik. Saat melihat raut wajah Jefry saja, Kevin sudah merasa curiga. Ia takut jika Jefry akan membeberkan semua nya di depan Mawar dan akan membuat wanita itu sakit hati.

"Ku harap kau akan jera karena meragukan pesonaku." Kevin tidak ingin terlalu lama basa-basi, semakin cepat Jefry pergi maka masalah akan cepat selesai tanpa pertikaian.

Jefry kembali menatap Mawar yang sejak tadi diam, ia akan membuat Mawar membuka mulutnya dengan masalah yang sebenarnya menyakut padanya juga.

"Kau begitu bodoh, Nona. Menyerahkan cintamu pada laki-laki seperti Kevin," ucap Jefry meremehkan.

Mawar mebulatkan matanya, ia ikut berdiri dan kembali menatap tajam ke arah Jefry. Bisa-bisanya pria itu mengatakan Mawar bodoh.

"Apa masuk anda, Sir?" ucap Mawar kesal, ia tidak bisa terima jika dirinya dikatakan bodoh.

"Tidak lupakan saja."

Jefry mengabaikan Mawar dan beralih ke arah Kevin kembali, raut wajah Kevin yang menegang bisa Jefry rasakan seiringan dengan rahangnya yang mulai mengeras.

"Kevin, karena kau sudah berhasil mendapatkna wanita bodoh ini. Aku menyetujui kerja sama ku padamu, dan juga 60% saham ku," ucap Jefry pada akhirnya, ia menyunggingkan senyumannya dan segera mengintruksikan kedua rekan nya untuk pergi meninggalkan Kevin dan Mawar.

Lamat-lamat Mawar menyerap apa yang Jefry katakan pada Kevin, jujur saja Mawar masih tidak percaya dengan apa yang Jerfy katakan. Pantas saja pria itu mengatkannya wanita bodoh, Kevin mendekatinya hanya untuk bisnis.

"Kevin, kenapa kau begitu jahat padaku?" lirih Mawar pelan, entah mengapa rasanya bisa sesakit ini.

"Aku tidak jahat, Mawar. Bukankah kita impas, bisnisku berjalan lancar sesuai dengan uang yang telah kau habiskan!"

Mawar tersenyum kecut, ya Kevin benar. Tidak ada yang gratis di dunia ini, Kevin memberikan semuanya dengan maksud terselubung. Mawar benar-benar merasa bodoh dengan hal ini.

"Kau benar, aku begitu bodoh telah mempercayaimu."

"Hey... Kau tidak belaga seperti korban di sini, sayang. Kau tidak tau simbiosis mutualisme, itulah yang kita jalani sekarang. Sejak awal aku sudah tau kau memang tidak pernah mencintaiku, kau hanya mengingkan uang ku. Jadi, jangan terlalu di pikirkan. Kau bisa melupakan semuanya, anggap saja ini tidak pernah terjadi!"

Sudahlah, Kevin tidak tega sebenarnya melakukan ini. Ini terlalu kejam untuknya, menyakiti hati wanita adalah pantangan yang telah ia buat. Hanya karena bisnis yang menggiurkan itu, Kevin menjadi pria brengsek seperti sekarang.

Mawar memejamkan matannya saat Kevin melewatinya, pria itu bahkan tega meninggalkannya sendiri di sini. Astaga.. Kenapa hari ini begitu menyakitkan untuk Mawar.

**

"Sudahlah, Mawar. Ada begitu banyak laki-laki didunia ini, tidak ada gunannya kau menangisi pria tak punya hati seperti dia."

Mawar terus saja menutupi wajahnya dengan bantal, Zera sudah lelah menenangkan Mawar yang tidak henti-hentinya menagis sejak tadi.

"Aku tau kau mencintainnya, tapi aku rasa kau tidak sebodoh itu, Mawar. Kau pasti bisa melupakan pria sialan itu dan mencari laki-laki lain!"

Mendengar kata-kata cinta membuat telinga Mawar sedikit sensitif, ia menjauhkan bantal itu dari wajahnya dan menampakan wajah sembabnya kepada Zera.

"Aku tidak menangisinya, aku hanya kesal pada diriku sendiri kerena dengan bodohnya percaya pada laki-laki itu."

Mawar sendiri tidak tau, ia mencintai Kevin atau tidak. Yang jelas Mawar benar-benar membenci pria itu, dan yang semakin membuatnya sedih adalah.. Dompet tebal itu benar-benat lenyap dari hidupnya.

Zera berdecak sebal, sudah berkali-kali ia memperingati agar Mawar berhati-hati dangan pria yang begitu mudah mengiyakan apa yang Mawar inginkan. Zera memang tidak pernah tau bagaimana wajah kekasih Mawar, tetapi dari cerita yang sering Mawar sampaikan. Ia sudah marasa ada yang tidak beres pada hubungan mereka.

"Begini saja, untuk menghilangkan rasa kesal mu. Bagaimana jika besok kau ikut dengan ku ke pesta ulang tahun kakaku?"

"Aku tidak mengenal kakamu, untuk apa aku kesana?"

"Kau lupa, kakaku seoarang pengusaha. Sudah pasti teman-temannya adalah pria-pria kaya. Kau bisa mencari yang baru di sana!"

Helaan nafas Mawar membuat Zera menatapnya bingung, biasanya Mawar akan bersemangat jika sudah di ajak bertemu degan pria-pria berdompet tebal.

"Tidak, aku sudah tidak ingin berhubungan dengan pria-pria sejenis pria brengsek itu."

Benar juga, tawaran Zera sama saja menjerumuskan Mawar ke lubang yang sama. Ia tidak ingin hal yang sama terjadi lagi pada sahabatnya.

"Baiklah, kau tidak usah mendekati pria-pria seperti itu lagi. Kita bisa datang kesana untuk bersenang-senang, aku yakin dengan bersenang-senang kau akan melupakan kekesalanmu."

Lama terdiam, akhirnya Mawar menyetujui saran Zera. Semoga saja, ia tidak tergiur dengan pria berdompet tebal lagi, sudah cukup ia menjadi wanita bodoh sekali saja.

**

Mawar memperhatikan penampilannya di depan cermin, senyum mengembang ia paparkan melihat tubuhnya di balut dengan dres panjang berwarna merah dengan belahan di sampingnya.


"Perfect,"

Mawar berbalik menatap seorang wanita yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya.

"Kau benar-benar cantik, Mawar. Aku jamin pria-pria di sana pasti tidak akan melepaskan pandangannya darimu."

Yang benar saja, perkataan Zera barusan justru membuat Mawar khawatir. Ia tidak bermaksud terlalu percaya diri, sungguh Mawar tidak ingin jika di sana dirinya menjadi pusat perhatian. Lebih baik tidak ada yang menganggapnya di sana, sehingga Mawar bisa bebas untuk bersenang-senang.

"Sebaiknya aku ganti saja pakaianku, aku tidak ingin menjadi pusat perhatian di sana." Mawar ingin segera beranjak, namun Zera menahan tangannya membuat Mawat menghentikan niatnya.

"Sudah tidak ada waktu lagi, Mawar. Kita akan terlambat, sebainya kita pergi sekarang juga."

**

Mawar benar-benar tahkjub dengan apa yang ia lihat sekarang, pesta ini bahkan menjadi pesta termegah yang pernah Mawar datangi.

"Kau tunggu di sini dulu, aku harus bertemu dengan Mommy dan kakaku. Tak apa kan?" pesan Zera yang sepertinya sejak tadi sudah sibuk mengedarkan pandangannya mencari dimana keberadaan keluarganya.

"Tidak apa, Zera."

"Kau bisa menikmati pesta ini dulu, jaga dirimu!"

Mawar mengangguk dan membiarkan Zera pergi, ia tidak tau siapa-siapa di sini. Tetapi apa perdulinya jika tidak ada yang Mawar kenal, justru akan lebih bagus karena ia bisa bersenang-senang sesuka hatinya di sini.

"Hai, nona. Mau kah kau berdansa dengan ku?"

Sapaan seorang pria membuat Mawar menoleh ke blakang, dimana pria itu mengajukan tangannya pada Mawar.

"Kau.." Seketika saja pria yang mengajaknya berdansa barusan membuat Mawar tercengang bukan main, bukam hanya dirinya saja, tetapi pria itu juga tak kalah terkejutnya dengan Mawar.

"Kau, Mawar Rebecca, kenapa kau ada di sini?"

"Memang nya kenapa, aku juga di undang, mengapa aku tidak boleh datang ke sini?" ucap nya sinis, ia benar-benar muak melihat pria itu. Temannya saja sudah brengsek, sudah pasti pria itu tidak akan jauh berbeda.

"Oh.. Maaf bukan begitu maksud ku, hanya saja aku tidak menyangka akan bertemu dengan mu disini." Pria itu terlihat sedikit menurunkan nada bicaranya dan terlihat begitu memuja penampilan Mawar, sungguh matanya terlihat jelas sedang memandang Mawar lamat-lamat seakan memiliki tatapan penuh arti.

Mawar merasa risih dengan tatapan itu, tatapan yang seolah ingin menelanjanginya saat ini juga. Dari senyuman itu sudah bisa Mawar pastikan pria itu bukan pria yang baik-baik. Mawar tidak ingin berlama-lama dengan pria itu, sebaiknya dia pergi menjauh kemana pun asal tak melihat tatapan kurang ajar nya.

"Kau mau kemana, Mawar?" pria itu mencekal tangan Mawar agar mengurungkan niat nya untuk pergi.

"Aku ingin menemui teman ku, Jefry. Tolong lepaskan tanganku!"

"Bagaimana dengan tawaran ku, aku ingin berdansa dengan mu, apa kau sengaja ingin menolak ku?"

Oh hell, apa sebenarnya mau pria ini. Sungguh Mawar benar-benar tidak ingin bersama pria itu, atau pada siapa pun. Yang dia inginkan hanya bersenang-senang.

"Tetapi aku harus mencari teman ku, ada hal penting yang harus aku urusi," dusta Mawar, apa pun agar ia bisa terhindar dari pria ini.

"Liar! Sudah ku duga kau memang wanita yang sangat sombong, kau bahkan tidak membiarkan laki-laki mendekatimu." Jefry tersenyum remeh ke arah Mawar, tangannya yang mencekal Mawar semakin erat. "Apa kau bepikir aku tidak sekaya Kevin? Uang ku bahkan berkali-kali lipat dari pria bodoh itu!"

Mawar mendelik, serendah itukah dirinya. Ayolah, pria berdompet tebal dengan tatapan kucing kelaparan tidak akan sudi Mawar biarkan untuk mendekat padanya. Bagaimana pun Mawar juga memiliki harga diri, dia bukan wanita material yang begitu mudah tunduk dengan sembarangan pria kaya raya.

"Lalu apa, aku tidak perduli sebarapa banyak uang mu. Jadi lepaskan aku atau akan teriak!"

"Kau yakin? Aku bisa memberikan mu banyak uang jika kau mau memeberikan kehangatan di ranjangku!"

Cih, kurang ajar sekali pria ini. Benar-benar tidak bisa di biarkan, Mawar sudah membeludak saat ini juga. Harga dirinya sudah di injak-injak dengan pria sialan itu.
"In your dream!" Mawar menghentakan tangannya sampai cekalan Jefry di tangannya terlepas, belum sempat Mawar melangkah tangannya sudah bisa kembali di raih oleh pria itu, bahkan tubuhnya sudah mulai berada di dalam dekapan pria sialan itu.

"Lepaskan dia, Jef!!!"

Suara berat itu mampu mengalihkan pandangan Jefry dari bibir tipis menggiurkan milik Mawar yang hendak ingin ia cicipi.

"Mengapa, bukan kah kau sudah membuangnya?"

Mawar bergetar hebat di dalam pelulan Jefry, ia bakan merasa lemas dan tidak mampu memberi perlawanan agar terlepas dari pria itu. Suara pria di balakangnya itu bisa Mawar kenali, entah apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Aku tidak membuangnya, dia masih milik ku, jadi lepaskan dia!"

Mengapa mereka memperebutkan Mawar seolah-olah Mawar adalah sebuah barang, mereka salah besar, Mawar tidak pernah merasa di miliki oleh siapa pun.

"Lepaskan aku!" Mawar melepaskan pelukan Jefry dengan mudah, ia bisa melihat pria itu. Pria itu adalah Kevin, lengkap sudah penderitaan Mawar saat ini.

"Kemarilah, sayang!"Kevin mengajukan tangannya pada Mawar, namun Mawar hanya diam. Dia masih marah, enak saja ingin mendapatkan Mawar dengan mudah.

"Kau lihat dia hanya diam, sebaiknya kau kemari saja Mawar. Aku akan memberikan apa pun yang kau mau!" Jefry tak ingin kalah, waniata mata duitan seperti Mawar sudah pasti akan memilihnya.

Demi Tuhan, mengapa mereka harus membuat dirinya memilih. Dan Jefry, pria itu semakin memandang Mawar dengan tatapan nakalnya yang membuat Mawar semakin jijik melihat tatapan itu.

"Ku mohon bawa aku pergi, Kevin!" ucap Mawar pelan meraih tangan Kevin, Kevin tersenyum puas. Walapun ia sedikit tercengang dengan pilihan yang Mawar ambil.

"Dengan senang hati, Sayang." Kevin mengeratkan pelukannya di pinggang Mawar sambil terus memndang sinis ke arah Jefry.

"Kau bisa menang kali ini, Kevin. Akan ku percepat pembatalan kerja sama ku padamu!" ancam Jefry penuh amarah.

"Silahkan saja, aku tidak tertarik bekerja sama dengan orang yang licik seperti mu!"

**


"Terimakasih." Mawat melepeskan tangan Kevin yang sedari tadi memeluk pinggangnya erat, entah mengapa rasanya begitu canggung saat bersama dengan pria ini. Mungkin karena Mawar masih menyimpan amarah yang membuatnya enggan menatap Kevin.

"Kenapa, kau akan pergi kemana?"

Kevin sengaja membawa Mawar ke taman belakang yang memang jauh dari keramaian, jujur saja ada yang ingin ia bicarakan pada Mawar.

"Entahlah, mungkin pulang."

"Kau tidak ingin menemani kekasih mu meniup lilin ulang tahun nya?"

Mawar mengkerutkan keningnya bingung, apa maksud Kevin. Ia bahkan tidak mengenal siapa yang sedang berulang tahun, yang ia tau pesta ini di adakan olah kakak sahabatnya yaitu Zera.

"Aku bahkan tidak mengenal siapa yang mengadakan pesta ini."

"Lalu kenapa kau ada disni?"

"Zera yang membawaku ke sini!"

"Kau mengenalnya?"

"Ya dia sahabat ku!"

Kevin berdecak sebal, sungguh dia sudah terlalu percaya diri jika Mawar kesini memang untuknya. Ternyata.. Akh sudahlah!

"Kau ikut aku!" Kevin menarik tangan Mawar yang entah akan ia bawa kemana.

"Tidak mau, lepaskan aku, Kevin. Aku ingin pulang!" tolak Mawar mencoba membrontak saat Kevin menariknya.

"Sudah waktunya aku tiup lili, sayang. Kau harus menemani kekasih mu ini di pesta itu!"

Apa yang pria itu katakan, astaga apa dia. Oh ayolah, mengapa ini begitu sulit?

"Zera adalah adiku, dan ini pesta ulang tahun ku. Aku pikir kau kesini karena kau mengingat ulang tahun ku, tapi ternyata.. Sialan kau membuat ku kesal saja!"

Kenapa jadi seperti ini, haruskah Mawar berhadapan dengan pria ini lagi. Menyebalkan sekali.

"Tentu saja aku datang kesini bukan untuk mu, aku membenci mu Kevin. Lagi pula kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!" Mengingat kejadian itu semakin membuat Mawar kesal saja.

Kevin menggeram, ia benar-benar kesal sekaligus merasa menyesal. Tidak seharusnya ia menyetujui perjanjian bodoh itu, dia tau Mawar adalah wanita material dan sangat sombong. Tapi, menjalin hubungan selama sebulan lebih dengan wanita itu membuat kehidupannya berubah, ada satu sisi yang membuat Kevin menginginkan Mawar.

"Tidak, hubungan kita tidak berakhir. Hubungan kerja sama dan proyek baru ku lah yang berakhir."

Ya lebih baik Kevin kehilangan proyeknya dari pada harus kehilangan cintanya. Kevin sangat kesal jika ia harus mengakui bahwa dirinya sudah jatuh cinta pada Mawar.

"Aku tidak perduli, yang pasti aku sangat marah padamu. Kau sudah membuangku dan menjadikan ku bahan taruhan, aku membenci mu, Kevin!"

Kevin memejamkan matanya sejenak, mencoba mendinginkan pikirannya agar ia bisa berbicara baik-baik pada Mawar.

"Ya, kau tau aku sangat menyesali kelakuan brengsek ku itu dan sialnya aku benar-benar telah jatuh cinta padamu!"

Yang benar saja, bagiaman ini. Apa pria itu tidak sedang berbohong, jangan sampai ia tertipu untuk kedua kalinya.

"Aku tidak akan pernah tertipu dengan rayuan mu lagi." Mawar membuang pandangannya dari Kevin, setidak nya rerumputan lebih menarih untuk di pandangi dari pada ia harus keringat dingin menatap Kevin, sungguh saat Kevin mengatkan bahwa ia jatuh cinta padanya. Mawar benar-benar hampir tumbang, rasanya jantungnya tidak bisa ia kontrol dan terus saja berdebar tidak karuan.

"Oh ayolah, sayang. Aku tidak sedang merayumu, mana mungkin aku merelakan proyek besar itu demi mendapatkan mu kembali."

Yang Kevin katakan benar juga, lagi pula Kevin sudah menolongnya dari pria sialan itu.

"Entahlah Kevin, aku tidak bisa dengan mudah percaya padamu lagi."

Kevin tersenyum, it's okay semua wanita pasti akan melakukan hal yang sama seperti Mawar. Mana ada wanita yang mau kembali setelah di tipu oleh kekasihnya.

"Aku tau itu, tapi yang jelas pertolongan ku tadi tidak gratis. jadi kau harus membayar dengan menemaniku di pestaku, dan biarkan aku memperlenalkan pada orang-orang bahwa kau kekasihku!"

Apa-apaan itu, bayaran macam apa itu. Itu sama saja Kevin tidak iklas menolongnya.

"Tidak, bisa.."

"Aku tidak ingin mendengar penolakan!"

Langsung saja Kevin menarik tangan Mawar yang ia genggam dan membawanya kembali ke dalam pesta, ia tidak akan perduli dengan Mawar akan kembali percaya pada atau tidak yang pasti tidak akan melakukan hal bodoh dengan melepaskan Mawar lagi.


Tertanda,
Ulanzegeg 💋

Continue Reading

You'll Also Like

7.4K 364 15
(Cek @PinceSlovu untuk bagian 1&2 ) Kamu adalah sosok dalam cerita. Kamu hebat dan menarik. Cinta mengelilingi duniamu. Dimana-mana cinta itu indah d...
5.1M 274K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
960K 44.7K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...