TWINS D √ [COMPLETED]

By Orihim3

510K 30.4K 646

( 15+ ) Darren dan Daffa, si kembar identik yang berbeda. Daffa yang tidak populer dan tertutup harus tingga... More

Prolog
Part 1 : Meet
Part 2 : Risoles
Part 3 : Rok Mikaela dan Jaket Darren
Part 4 : Fans Dadakan
Part 5 : Zania
Part 6 : Her Laugh
Part 7 : Saingan?
Part 8 : Debaran
Part 9 : Jawab, Kak!
Part 10 : Cheese cake vs Brownies
Part 11 : Tanda-tanda
Part 12 : Pacar Daffa
Part 14 : 'I love you'
Part 15 : Hilang Lagi
Part 16 : Hope
Part 17 : He's back
Part 18 : Jealousy
Part 19 : Heartache
Part 20 : Double Heartache
Part 21 : Bad Day
Part 22 : Lost Control
Part 23 : First Kiss dan Kejutan
Part 24 : Happy B'day Mika
Part 25 : Miss You
Part 26 : Lunch
Part 27 : Rencana Liburan
Part 28 : Relented
Part 29 : Confuse
Part 30 : Moment
Part 31 : Truth or Dare
Part 32 : Can't Breathe
Part 33 : The Day with Daffa
Part 34 : You're Mine
Part 35 : Friend
Part 36 : Untitled
Part 37 : Banana Ice Cream
Part 38 : I Miss You So Bad
Part 39 : Sweetness
Part 40 : Twins
Part 41 : Relationship?
Part 42 : Decision
Part 43 : Please..
Part 44 : Bad News
Part 45 : Life
Part 46 : This is Ending?
Epilog

Part 13 : Hari Minggu Kita

8.6K 630 8
By Orihim3

Tak sampai 30 detik Mikaela langsung mengirimi Daffa dimana lokasi rumahnya setelah membaca pesan itu. Ia meletakan asal ponselnya yang sudah belepotan dengan bubuk tepung di atas meja.

"Yaaaayyy"

Mikaela meluapkan rasa gembiranya dengan berteriak histeris. Bi Salma sampai harus menutup telinga melihat gadis cantik itu tiba-tiba memekik kegirangan sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang baru dibelikan boneka Barbie oleh ayahnya.

"Kenapa sih non? Kok heboh begitu." Tanya bi Salma terheran-heran.

"Daffa mau kesini bi, nanti mau jemput Mika." jawab Mikaela sambil menggoncang-goncangkan bahu bi Salma.

Bi Salma hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat Mikaela yang tidak dapat menutupi rasa bahagianya itu.

"Aku mau cepet-cepet selesaiin masaknya bi, biar dia cepet dateng, udah kangen banget ni." Mikaela bersenandung riang sambil terus sibuk dengan masakannya.

Nananana~

Nanana..na..

Nana..na..na..

Na..na..na.....na.....

Na........

.....Mikaela meletakan sendok penggorengan yang ia pegang, dengan perlahan menghentikan irama musik yang sedang ia senandungkan. Dia ingat satu hal. Lagi. Untuk apa Daffa meminta lokasi rumahnya? Bukankah Daffa sudah tau dimana rumahnya?

Mikaela menggelengkan kepala, melenyapkan seluruh pikiran negatif dari dalam otaknya dan melanjutkan menggoreng ayam yang sudah ia lumuri dengan telur dan tepung itu.

Dalam pikiran Mikaela sekarang adalah Daffa yang dengan tega sudah melupakan rumahnya. Nanti Mika akan tanyakan itu kalau dia ingat.

.

Jam sudah menunjukan pukul setengah satu. Darren masuk ke kamar dan mengganti boxernya dengan jeans hitam, mengambil jaket kulit warna coklat gelap yang tergantung di lemari lalu menyambar kunci mobilnya.

Jika dilihat dari lokasi yang sudah dikirimkan Mika, rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Darren. Beda cerita jika cowok itu terjebak macet nantinya, pasti akan memakan waktu yang lama.

"Mau kemana?" Tanya Rendy ketika melihat Darren turun dari tangga dalam keadaan rapih.

"Gue ada perlu bentar."

"Kemana?"

"Penting?"

"Elah..tinggal jawab--"

"Bi Inah udah masakin makan siang, nanti makan aja, kalau mau lanjut maen game lanjutin aja, kalau mau tidur langsung aja ke kamar gue. Anggep aja rumah sendiri."

Billy hanya mengacungkan ibu jarinya masih sambil sibuk memilih-milih game yang ingin ia mainkan. Sedangkan Rendy mengumpat-umpat karena tidak juga mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

Darren memakai jaketnya sebelum masuk ke mobil. Mengecek ponselnya sebentar, melihat arah mana yang akan ia tuju.

Disana tertera jarak antara rumah mereka. Sekitar 25 menit Darren bisa sampai di rumah Mikaela kalau saja jalanan tidak macet.

Tapi yang namanya ekspektasi memang terkadang berbeda dengan realita. Jalanan macet parah.

Darren mengumpat melihat barisan kendaraan yang menjulang di depannya. Ia menekan tombol dial ke nomer Mikaela.

"Ya kakak." Sapaan dari ujung telpon yang terdengar dengan sangat jelas bahwa sang penerima sangat girang.

"Gue agak telat ya, jalanan macet."

"Iya kak, aku juga lagi packing makanan ke plastik, aku udah siap. Nanti aku langsung tunggu di depan gerbang ya."

"Oke."

Darren memutuskan sambungan telponnya, fokus pada jalanan yang terlihat hiruk pikuk dan sangat terik di luar sana.

Setelah bermacet-macet ria selama lebih dari 30 menit akhirnya Darren tiba di kompleks perumahan tempat Mikaela tinggal. Waktu menunjukan pukul satu lebih. Darren menengok kanan kirinya mencari gadis yang katanya ingin menunggu di depan gerbang.

Mata Darren menangkap sosok yang ia cari. Mikaela memakai T-shirt putih motif Mickey Mouse yang lucu. Rambut panjang bergelombangnya dibiarkan saja tergerai dengan indah dipunggung dan bahunya, mata indah dengan bulu mata yang lentik alami terlihat celingukan ke arah jalan seperti menunggu seseorang datang. Ya, dia sedang menunggu Darren. Daffa baginya.

Darren menghentikan jazz hitamnya di depan gerbang emas yang menjulang tinggi, kaki panjang Darren melangkah keluar dari mobil itu.

"Sorry lama."

Mikaela menggeleng cepat. "Nggak kok kak."

Segera saja Darren membantu Mikaela membawakan plastik-plastik berisi beberapa kotak makan itu ke dalam mobil. Ia meletakkannya di kursi belakang.

"Yuk." Darren memberikan Isyarat pada Mikaela agar cepat masuk ke dalam mobil diikuti Darren.

Darren mulai mengendarai mobilnya pelan keluar dari kompleks perumahan elit itu.

Suasana hening sepanjang jalan tercipta, hanya deruan mesin halus yang terdengar. Darren merasa canggung sekarang. Mikaela yang biasanya selalu berkicau seperti burung emprit hanya diam saja tanpa mengajak Darren bicara.

Sedangkan Darren adalah tipe yang tidak mau banyak bicara. Sebenarnya Darren lebih menyukai suasana seperti ini, membuatnya lebih tenang dan fokus menyetir. Tapi ntah kenapa Darren merasa canggung sekarang.

Darren memutuskan untuk memutar musik saja. Ia menekan-nekan tape mobilnya. Tak lama suara merdu mengalun dari audio yang ada di depannya itu.

Tell me what you really like
Baby I can take my time
We don't ever have to fight
Just take it step-by-step
I can see it in your eyes
Cause they never tell me lies
I can feel that body shake
And the heat between your legs

You've been scared of love and what it did to you
You don't have to run, I know what you've been through
Just a simple touch and it can set you free
We don't have to rush when you're alone with me

I feel it coming, I feel it coming, babe
I feel it coming, I feel it coming, babe
I feel it coming, I feel it coming, babe
I feel it coming, I feel it coming, babe

🎵

.

Lagu favourite Mikaela.

Mika menyembunyikan senyumnya mendengar lagu itu. Mulutnya gatal sekali ingin ikut menyanyikan tiap bait liriknya. Tapi untuk membuka mulut saja sekarang ia tidak sanggup. Mika terlalu gugup.

Berdua saja dengan Daffa di dalam mobil seperti ini membuat gadis itu sesak nafas. Sepertinya pasokan udara disitu sangat menipis.

Ini kali pertamanya Mikaela satu mobil dengan Daffa, dan hanya berdua. Berdua!

Dulu Daffa selalu diantar jemput oleh supir keluarganya. Mika tidak tahu apa yang terjadi pada Daffa sekarang. Ia terlalu berbeda. Daffa yang sekarang bisa membuatnya bisu seketika dan merasa gugup diwaktu yang bersamaan. Ia menyukai perasaan ini. Perasaan berdebar yang meluap-luap hanya karna berdekatan dengan cowok yang sangat ia sukai itu.

Mikaela melirik ke sampingnya. Melihat Daffa yang sedang fokus pada kemudinya. Jalanan sedikit macet mengingat hari ini adalah hari libur.

Wajah cuek Daffa terlihat sangat menggemaskan bagi Mika. Dia sangat tampan. Wajah tenangnya yang sedingin es, rahang yang sangat kokoh. Mikaela ingin sekali menyentuhnya, merasakannya dengan telapak tangan Mika. Membelai rambut hitam yang terlihat sangat lembut itu. Mika merasa gila sekarang.

"Gue jadi serem Lo lihatin gue sambil senyum-senyum gitu."

Suara bariton itu memecah keheningan yang Mikaela ciptakan sendiri, walau musik terus memainkan iramanya sejak tadi.

Mikaela nyengir. "Ketahuan yah?" tanyanya polos.

"Hm."

"Kita jodoh lho kak."

Daffa terlihat melirik Mika sekilas kemudian fokus lagi ke jalanan yang masih sangat padat.

"Sama-sama pake baju putih." Lanjut Mikaela yang tidak mendapatkan respon.

Suasana hening kembali.

Yang terdengar hanya alunan musik hingga akhirnya mereka sampai ke taman kota tempat teman-teman kecil Mikaela berkumpul.

Mika menampakan deretan gigi putihnya begitu melihat para anak muridnya sudah berkumpul ditempat biasa. Cewek itu segera menggambil sebagian plastik makanannya kemudian berlari menghampiri mereka.

Cowok yang sedari tadi bersamanya hanya bisa memandangi Mikaela sambil membantu membawa plastik sisanya.

"Yeeyy ada kak Daffa." Sorak anak-anak itu begitu melihat sosok cowok ganteng yang turun bersama Mikaela dari mobil.

"Hore, ada Prince and Princess." Nina ikut menimpali.

Gadis kecil itu tersenyum sambil menarik-narik tangan Mikaela untuk mendekat.

"Sejak kapan kakak jadi Princess?" Mikaela menggiring mereka untuk duduk di rerumputan bawah pohon yang rindang.

"Sejak hari ini kak, kak Mika sama kak Daffa serasi banget, kayak Prince and Princess." Jawab Nina polos.

Mikaela hanya tersenyum malu-malu sambil melirik Daffa. Sedangkan yang dilirik hanya memegang lehernya melihat ke arah lain.

"Kakak bawa makan siang buat kalian, ayo duduk yang rapih."

Mikaela mencoba mengalihkan pembicaraan karena respon Daffa yang tidak mengenakan dan ternyata sukses. Mereka bersorak gembira ketika Mika membagikan kotak makan itu satu persatu kepada mereka.

Isinya ayam goreng tepung, kacang panjang saos teriyaki yang dicampur dengan sedikit udang dan buah jeruk. Mikaela bakat membuka catering.

Mika juga menyerahkan satu pada Daffa. "Nih special untuk kakak."

"Makasih."

Mereka makan bersama dengan lahabnya. Masakan Mikaela memang sangat enak. Anak-anak itu terlihat sangat menyukai masakan gurunya itu.

"Enak nggak kak?" Mikaela iseng bertanya pada Daffa.

"Kurang pedes." Jawab cowok itu datar.

Gadis itu hanya mencebikan bibirnya.

Waktu berjalan sangat cepat hari ini. Ntah itu hanya perasaan Mikaela atau memang waktu berjalan sangat cepat kalau dia sedang bersama Daffa.

Mikaela pamit kepada anak-anak muridnya sambil menyerahkan plastik berisi risoles yang ia buat tadi. Sedangkan Daffa sudah menunggunya di dalam mobil.

.

Darren memperhatikan Mikaela yang sedang berbicara pada anak-anak muridnya itu sambil memberi satu kantong plastik yang Darren tidak tahu apa isinya.

Jam tangannya sudah menunjukan pukul 15:29 WIB.

Mikaela yang terlihat telah selesai berbicara, melambaikan tangan pada mereka dan berjalan ke arah mobil Darren, masuk dengan santai duduk di sebelahnya. "Udah kak."

Darren menunjuk satu plastik yang masih tersisa di kursi belakang. "Itu ketinggalan."

Mikaela menengok. "Oh itu." Diraihnya kantong plastik itu dengan susah payah, kemudian dibuka. "Ini untuk kakak, aku tadi bikin risoles untuk kakak."

"Oh, makasih."

Darren berlagak tenang, padahal dalam hatinya ingin segera mencicipi makanan favoritnya itu yang terlihat sangat lezat dengan tepung roti yang digoreng hingga kecoklatan.

Darren menjalankan mobilnya, memendam hasratnya. Jalanan sudah terlihat agak renggang. Sinar matahari sudah tidak menyengat seperti siang tadi. Awan berubah menjadi gumpalan berwarna gelap. Langit mendung sekarang.

Ternyata terik matahari siang tadi dan hawa panasnya yang luar biasa menandakan akan turun hujan malam ini. Baguslah. Darren sangat menyukai hujan. Suara hujan. Dan bau hujan.

Gadis disampingnya ikut diam sambil menutup kembali kotak makan berisi risoles itu dan menaruh kembali ke belakang.

Rambut Mika berayun lembut ketika menundukkan kepala, mengecek ponsel miliknya yang Darren tidak tau apa isinya. Jari mungil gadis itu sesekali membenarkan rambut yang mungkin menurutnya mengganggu penglihatan.

Darren menyukai pemandangan itu.

Pemandangan ketika Mikaela memajukan bibirnya membuat duckface, sambil bergerak-gerak gelisah tidak tahu ingin melakukan apa.

Masih terus berpura-pura fokus pada jalan, Darren tersentak ketika ponselnya berdering nyaring.

Darren memelankan laju mobilnya untuk melihat ponsel itu.

Zania Calling..

Darren memutuskan untuk tidak mengangkatnya.

Mikaela terlihat menatap Darren heran. "Kok nggak diangkat?"

"Lagi nyetir."

"Siapa tau penting, soalnya bunyi terus." Mikaela mengalihkan pandangan ke arah jendela.

Ponsel Darren yang terus berdering akhirnya mati. Buru-buru Darren mengirim pesan bahwa ia sedang menyetir pada Zania.

Ada beberapa pesan dari Rendy yang masuk ke ponselnya.

Rendy
'Kemana sih? Kok lama banget? Pulang bawa martabak ya, kita mau nginep.' 15:26

Hanya satu pesan yang Darren baca, lainnya hanya menanyakan kapan pulang, kemana dan segala macam bentuk kekepoan Rendy.

"Siapa kak?" Tanya Mikaela sama keponya dengan Rendy.

"Rendy, Mika."

"Ohh."

Darren tertawa dalam hati. Sejak kapan Zania jadi Rendy? Darren tidak sepenuhnya berbohong. Memang ia sedang mengecek pesan dari Rendy. Tapi Darren tau kemana arah pertanyaan Mika dan keingintahuannya. 'Siapa yang menelpon?'

"Kayaknya mau hujan ya, kak?"

"Hm"

"Aku suka banget sama hujan."

"...."

"Inget nggak waktu kita berteduh di warung Mak Ijah sepulang sekolah karena hujan?"

"Nggak."

"Yaahh, kok nggak inget sih, kak?"

"....."

"Waktu itu kita sama-sama lagi nunggu jemputan, jemputan kakak belum dateng, jemputanku juga belum karna ban mobilnya bocor. Kebetulan banget kan supir kakak juga jemputnya telat padahal biasanya selalu standby depan gerbang."

"....."

"Kayak udah takdir gitu kita nunggu barengan, jangan-jangan kita jodoh ya kak?"

"Mungkin."

Wajah Mikaela bersemu merah ketika Darren meliriknya.

Darren berdecih mendengar cerita Mikaela. Seumur hidup yang ia tahu supirnya tidak pernah telat menjemput pangeran kesayangan orangtuanya itu. Kalaupun telat ayah mereka pasti sibuk menyuruh siapapun untuk menjemputnya.

Daffa pinter banget memanfaatkan situasi dan kondisi. Umpat Darren dalam hati membayangkan tingkah konyol saudara sekandungnya itu.

Darren membelokan mobilnya ke arah jalan yang berlawanan dengan Rumah Mikaela.

"Kak, kakak lupa lagi jalan rumahku?"

"Nggak"

"Iya, pasti kakak lupa. Tadi kakak minta send location, padahal kak Daffa kan udah pernah ke rumah."

Darren melupakan fakta itu.

"Sekarang kakak salah belok, harusnya ke arah sana kak, bukan kesini." lanjut Mika menjelaskan arah rumahnya sambil menunjuk-nunjuk jalan.

Darren hanya diam tidak menjawab dan tidak berniat memutar balik arah untuk mengantar Mika pulang. Sampai beberapa menit kemudian dia membuka suaranya.

"Temenin gue makan risoles."

Daffa saja pintar memanfaatkan situasi. Kenapa dia tidak?

Tbc...

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 648 38
Menjadi penata rias seorang Idol K-Pop adalah tantangan terbesar untuk PARK JANGMI. Namun, kesalahan fatal yang ia lakukan saat itu. Membuatnya haru...
15K 620 27
Visi : Jadi orang kaya Misi : foya-foya Visi-misi : Nikahin anak tunggal kaya raya. Rachilla Putri Mahika (27 Tahun) gadis yang telah tinggal di Ko...
149K 8.6K 49
[HIGHEST RANK #1 IN COOLBOY ON 2-6-24 #02 IN SCHOOL ON 29-01-2023 #4 IN TEENFICTION 02-02-2023 & RANK #01 IN LOVESTORY 26-04-2024] Mengisahkan tent...
522K 18.8K 25
SEQUEL of King Bullying Ini bukan kisah sepasang kekasih yang saling mencintai, saling memperjuangkan hubungan mereka. Ini adalah sebuah kisah cinta...