Angel(o)

Galing kay Fatzzahh

138K 7.1K 172

"Dasar cengeng, jatoh gitu aja nangis. Kayak bocah" ucap Angelo sambil berdiri di sebelah Fia yang menangis d... Higit pa

Alifiah Arsyinta(1)
Angelo Affandi(2)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36(end)
Epilog

13

3.2K 181 6
Galing kay Fatzzahh

Kebanyakan orang tidak menyukai adanya hari Senin, termasuk Fia. Karena saat hari Senin, dirinya harus berdiri di bawah terik matahari untuk berpuluh-puluh menit lamanya lalu mengikuti pelajaran Fisika yang membuat gaya belajar menurun karena tenaga lelah setelah upacara, biologi yang membuat otot tangan lelah akibat gerakan menulis yang terlalu lama, dan kimia yang mereaksikan senyawa otak menjadi melayang ke alam mimpi.

Saat ini, Fia sudah berdiri di lapangan upacara bersama dua temannya. Bel sudah berbunyi sekita sepuluh menit yang lalu, tetapi upacara belum juga dimulai.

"Lama banget, mataharinya makin naik tuh" gerutu Bintan sambil mengipas wajahnya menggunakan topi miliknya.

"Iyaa, mana PR fisika gue belum selesai lagi" timpal Zahra.

Fia hanya menjadi pendengar setia dari setiap keluhan kedua temannya itu.

"Seluruhnya, siaaaaap gerak" Suara pemimpin upacara menggelegar seantero lapangan upacara, yang menandakan upacara akan segera dimulai.

Upacara berlangsung seperti biasanya. Namun, teriknya sang mentari terlalu menyengat hari ini dan membuat kepala Fia sedikit pusing. Zahra yang merasakan ada yang aneh dari Fia pun sedikit cemas.

"Lo nggak apa-apa, Fi?" Zahra memegang pundak Fia. Fia menggeleng sebagai jawaban pertanyaan Zahra.

"Mau pake minyak kayu putih gue?" Tanya Zahra bermaksud memberikan perhatian kepada Fia. Zahra seorang gadis yang sangat cepat panik, perhatiannya terlalu tinggi, terlalu cepat kasihan kepada orang dan dia orang yang sabar dalam hal apapun, namun terkadang ia juga bisa marah jika sesuatu yang ia hadapi telah menguras kemarahannya.

Fia menggeleng, "Gue enggak apa-apa kok Ra" Zahra mengangguk mengerti. Namun tangannya terus merangkul pundak milik Fia, takut jika gadis itu kenapa-napa.

Fia melemparkan senyum ke arah Zahra namun Zahra mengarahkan pandangannya lurus ke depan.

"Upacara selesai" ucap pembaca acara lalu disusul dengan langkah gusar dari seluruh murid SMA Cendrawasih.

Fia dan kedua temannya berjalan menuju kelasnya yang berada di ujung koridor. Namun saat di pertengahan koridor, Fia merasa pandangannya buram, kepalanya sangat pusing, tangannya dingin, kakinya begitu lemas untuk menopang badannya, dan seketika yang ia lihat hanya gelap. Fia pingsan, Zahra dan Bintan panik melihat Fia yang sudah terjatuh di lantai dengan seketika orang-orang yang berada di sekitarnya sudah membendung Fia tanpa melakukan apapun.

Zahra menepuk-nepuk pipi Fia bermaksud menyadarkan gadis itu, namun Fia tetap tidur. Dari arah belakang, Fandy berlari menuju ke arah mereka bertiga. Saat lelaki itu tiba di sebelah Fia, ia langsung menggendong Fia ala bridal style. Zahra dan Bintan mengikuti langkah Fandy menuju UKS. Fandy meletakkan tubuh Fia di salah satu tempat tidur di UKS.

Bu Hesti yang merupakan dokter sekolah pun segera memeriksa keadaan Fia. "Dia nggak apa-apa, mungkin dia belum sarapan tadi pagi"

"Tapi, kenapa dia belum sadar bu?" Tanya Bintan khawatir.

"Sebentar lagi pasti sadar. Kalian kembali ke kelas saja, saya yang akan jaga Fia"

Zahra dan Bintan saling tatap lalu mengangguk. "Ya udah, bu. Tolong jagain Fia ya bu. Kalau ada apa-apa, kelas kami di kelas sepuluh MIPA dua" Jelas Zahra dan membuat Bu Hesti mengangguk mengerti.

Fandy masih berdiri di samping tempat tidur Fia, Zahra yang melihat lelaki itu masih berdiri di tempatnya pun memukul lengan lelaki itu. "Lo nggak mau ke kelas?" Fandy menggeleng. "Nanti lo dicari Bu Erna dan malah dituduh enggak-enggak" Ujar Zahra.

Yang dikatakan Zahra memang benar, membuat Fandy akhirnya berjalan bersama Zahra dan Bintan menuju kelasnya.

*****
Angelo berjalan ke luar toilet lalu menyusuri koridor lantai bawah. Bola matanya menatap lurus ke depan. Saat dirinya melewati UKS, Bu Hesti memanggil dirinya dan membuat lelaki itu berbalik ke sumber suara.

"Angelo, tolong kamu jagain siswi yang disana ya" Angelo menengok ke dalam UKS untuk melihat siswi yang dimaksud itu, namun yang ia lihat hanya tirai berwarna putih.

"Nggak ah bu, nanti orang-orang mikir yang enggak-enggak lagi" tolak Angelo dengan halus.

"Ada CCTV kok. Saya mau ke ruang kepala sekolah, kasih laporan pembelian obat. Sebentar saja" Angelo yang melihat wajah Bu Hesti yang melas pun akhirnya menuruti perintah wanita itu.

Bu Hesti tersenyum penuh kemenangan, "Jangan macam-macam ya kamu" pesannya sambil tersenyum jahil. Angelo hanya memutar bola matanya malas.

Angelo mendudukkan dirinya di kursi milik Bu Hesti, lalu mengambil ponsel yang berada di kantong seragamnya dan membuka aplikasi game kesukaannya, yaitu AOV.

Angelo mendengar adanya gerakan di balik tirai UKS. Lelaki itu berjalan mendekati sumber suara, pupil matanya membesar saat ia melihat gadis berlesung pipi yang ingin menjadi temannya berada di hadapannya.

"Angelo?" Fia mengucek kedua matanya, siapa tau dia salah lihat. Namun, ternyata itu memang benar-benar Angelo.

"Jadi yang dari tadi gue jagain itu, elo?"

Jantung Fia berdegup kencang saat mendengar perkataan lelaki itu. "Makasih udah nungguin gue" ucapnya sambil tersenyum.

"Kalau bukan karena Bu Hesti yang nyuruh, gue juga nggak bakal mau" balasnya dengan ekspresi dingin, sedangkan Fia hanya terus merekahkan senyumnya.

Angelo berbalik lalu hendak mengambil langkah ke luar UKS, namun Fia memegang lengannya yang membuat langkahnya terhenti. "Lo mau kemana?" Angelo melihat tangan kecil Fia yang melingkar di lengannya, Fia yang melihat arah pandangan Angelo pun segera melepaskan pegangannya.

"Gue mau belajar" jawabnya cepat.

"Bareng ya" Fia turun dari tempat tidur UKS. Namun kakinya yang masih lemas membuat dirinya kehilangan keseimbangan, lantas membuat tangan kekar milik Angelo melakukan gerakan spontan dengan melingkarkan tangannya di pinggang milik gadis mungil tersebut, menahan agar gadis itu tidak terjatuh.

Kontak mata mereka bertemu untuk beberapa detik.

Berasa jadi aktris FTV gue.

Namun setelahnya, tangan kekar Angelo terlepas dari pinggang Fia, membuat gadis itu terjatuh ke lantai.

"Pantat gue" teriak Fia lalu disambung ringisan dari gadis itu. Angelo hanya berdiri tanpa melihat keadaan gadis di sebelahnya.

Setelahnya, yang Angelo dengar adalah tangisan gadis itu. "Dasar cengeng, jatoh gitu aja nangis, kayak bocah" ucap Angelo yang masih berdiri di sebelah Fia yang menangis dan meringis kesakitan.

Bukannya diam, gadis itu tambah mengencangkan tangisannya. "Diam. Berisik" Ucap Angelo dengan santainya.

Bu Hesti yang mendengar tangisan dari luar UKS pun segera berlari masuk ke dalam. "Fia, kamu kenapa, kok nangis? Ada yang sakit?" Fia tidak menjawab, membuat Bu Hesti menatap Angelo penuh tanda tanya.

"Angelo, kamu apain Fia?" Angelo menoleh lalu menaikkan kedua alisnya.

"Saya enggak ngapa-ngapain dia bu. Dia jatuh sendiri, terus melebih-lebihkan pake acara nangis" Bu Hesti memukul pundak Angelo. "Saya kan nyuruh kamu jagain dia. Kenapa kamu malah diam aja waktu dia nangis?"

Angelo menghela nafasnya, "Ya allah bu itu salah dia, kenapa nggak hati-hati?"

Bu Hesti menggeleng mendengar jawaban Angelo lalu membantu Fia untuk berdiri dan duduk di atas tempat tidur. "Fia ada yang sakit nggak?" Fia menggeleng pelan lalu mengusap air matanya.

"Saya mau kembali ke kelas ya bu" kata Angelo lalu berbalik.

"Saya mau ikut, bu"

"Kamu udah nggak apa-apa Fia?" Fia mengangguk yakin.

"Angelo" Lelaki itu menghentikan langkahnya.

Alamat palsu dah ini batin Angelo. Lelaki itu berbalik sambil mendengus sebal. "Ada apa, bu?"

"Kamu antar Fia ke kelasnya ya" Angelo melotot. "Nanti saya dimarahi sama Bu Rasti karena kelamaan izin" alibinya.

"Tidak usah alasan. Nanti saya yang akan jelaskan ke Bu Rasti" Lagi-lagi, Angelo mendengus sebal.

Bu Hesti menuntun Fia ke arah Angelo yang berada di dekat pintu, lalu wanita itu mengambil tangan Angelo dan meletakkannya di lengan atas milik Fia, dengan cepat Angelo melepasnya.

"Bukan muhrim, bu"Bu Rasti terkekeh. "Alasan kamu, enggak usah malu-malu kamu. Pasti kamu juga mau kan megang-megang Fia?" Angelo memutar bola matanya malas.

"Ibu Suudzon "

"Sudah, tolong pegangin Fia. Takutnya dia jatuh lagi nanti, dan kamu bakalan saya salahkan kalau Fia jatuh lag" Angelo mendengus sebal.

Angelo menurut akan apa yang dikatakan Bu Hesti, hal itu membuat pipi Fia memerah seperti tomat. "Jangan lepasin pegangannya sampai di kelas Fia ya, Angelo. Ibu bakal lihatin dari sini" Angelo memutar bola matanya malas lalu mengangguk.

"Makasih udah banyak tolongin gue hari ini" Angelo mengangguk untuk balasan ucapan Fia. Sedangkan gadis itu terus berusaha menyetrilkan degupan jantungnya yang makin kencang seperti kuda yang berlari.

*****

Gimana part yang ini? Apa masih ada yang kurang? Kayaknya banyak :v

Tapi, makasih banget udah baca sampai sejauh ini. Jangan lupa komen dan vote yaa❤️

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

4.1K 1.7K 14
Gini ya rasanya jadi istri arsitek ganteng. Yuk simak! xxxx Nikah muda sama sekali tidak diharapkan...
341K 24.6K 54
Menikah dengan pria tampan yang memimpin sebuah perusahaan? Itu tidak pernah terpikir sekalipun oleh wanita dengan kehidupannya yang sederhana. Anne...
3K 534 48
[NA JAEMIN] >Bersamamu adalah sebuah cerita yang tak ingin ku akhiri< Bahagia? Sebuah kata kelabu yang tidak dipahami oleh seorang Jaffressan Aquelli...
637K 23K 24
"Mereka anakku. Bukan anakmu. Bukankah dulu kau yang tidak mengakui mereka Jim?" Aku memang membencimu Park Jimin, tapi sungguh aku pernah dan mungk...