CEO in Training

By KinantiWP

315K 10K 853

Semua orang bermimpi menjadi CEO, atau menikahi seorang CEO. Tapi tidak dengan Moira Latief. Setelah menghind... More

[1] New Diary
[2] The Talk
[3] First Time
[4] Is He Gay?
[5] Too Sexy For Office
[6] Make Friends
[7] Shake It!
[8] That Bitch
[9] Weekend Duty
[10] Ugly Dress
[11] Brilliant Idea
[12] One Fine Day
[13] Marketing Support
[14] Lazy Ass
[15] Evil Bitch
[16] Old Friend
[17] Disaster
[18] Why Him?
[19] Unexpected Meeting
[21] Drama Queen
[22] Nomat?
PERFECT
BUKAN UPDATE
SEGERA TERBIT
PRE ORDER

[20] Ex Attact

6K 338 47
By KinantiWP

Kamis, 15 Desember
8.53 WIB
Mobil

Aku udah di perjalanan ke kantor. Barusan si Ben ngirim whatsapp bilang aku nggak boleh makan siang di luar. Tuh orang makin menjadi-jadi deh. Sekarang pake ngatur-ngatur segala. Bapak bukan, pacara bukan, apa banget.

Aku : Bawel!

Aku : Emang situ siapa ngelarang-larang aku?

Ben Jusuf : Aku udah pesenin makan siang buat kamu. Nanti aku baru balik ke kantor sore.

Aku : Yaudah. Titit aja sama Sita.

Ben Jusuf : ???

Aku : TITIIIIIIPPPP... Salah ketik!

Udah gitu yang bikin malu aku pake acara salah ketik pula. Penyakit menahun akibat punya jempol yang terlalu seksi, jadi deh typo. Mana memalukan banget salah ketiknya. Ampun deh ah.

Udah ah, bentar lagi aku udah mau sampe kantor nih.

Bye.

---

---

(masih) Kamis, 15 Desember
9.21 WIB
Ruang Kerja CEO

Aku lagi menikmati susu cokelat pagiku. Barusan Sita nganterin susu cokelat sekalian nanyain jam berapa makan siangnya mau dianterin.

"Emang belum di anter?" tanyaku.

"Beloman, Kak. Tadi kate Pak Ben, saya disuruh ngabarin ke nomer ini buat info jam berapa makan siangnya mau dianter." Sita memperlihatkan secarik kertas bertuliskan nama dan nomer telepon.

"Oh gitu. Ya udah minta dianter jam 11an aja, Sit," sahutku.

"Oke deh."

"Makasih ya, Sit," ucapku.

Sita mengangguk dan meninggalkan aku bersama segelas susu cokelat kocok yang uapnya masih mengepul, sesuai seleraku.

By the way, aku jadi mikir si Ben kira-kira beliin aku makanan apa ya? Emang dia tau makanan yang aku suka? Ya, emang sih aku suka hampir semua jenis makanan, tapi gimana kalau Ben pesenin makanan yang ternyata nggak aku suka. Tuh orang lagian kelakuan aja sih main langsung pesen aja, nggak nanya-nanya dulu.

Udah ah, kita liat aja nanti apa makanan yang di pesen Ben buat aku. Sekarang aku mau ngabisini susuku dulu, terus kerja.

Bye.

---

---

(masih) Kamis, 15 Desember
11.28 WIB
(masih) Ruang Kerja CEO

Jadi ternyata si Ben mesenin Nasi Kebuli buat aku. Nggak tanggung-tanggung tuh nasi kebuli bisa buat selametan kayaknya, porsinya buseeett gede beneeeerrr. Dia pikir aku babon apa ngirimin makanan segambreng gitu.

Tadi aku udah whatsapp si Ben buat protes, tapi dia belum bales. Mungkin dia masih meeting.

Eh, ini udah dibales. Tunggu ya...

Oke, jadi tadi si Ben bales begini.

Ben Jusuf : Iya itu buat kamu. Sengaja aku pesennya yang porsi besar, kamu kan makannya nggak sendirian.

Aku : Maksudnya?

Ben Jusuf : Ya ajak temen-temen kamu makan bareng, lah. Kecuali kalau kamu sanggup ngabisin itu sendirian.

Tadi aku mau bales lagi, tapi males ah. Ntar ribut lagi sama dia. Mumpung mood dia lagi baik jadi biarin aja deh. Eh, aku harus ngasih tahu Sita dan Wendy dulu nih supaya mereka nggak beli makan siang di luar. Nanti aku sambung lagi ya, Diary.

Bye.

---

---

(masih) Kamis, 15 Desember
12.13 WIB
(masih) Ruang Kerja CEO

Aku sama Sita dan Wendy lagi makan siang nih.

Sumpah Nasi Kebuli yang dibeliin sama Ben ENAAAAKK PAKE BANGET! Kayaknya belum pernah aku nemuin nasi kebuli seenak ini di Jakarta. Nanti aku mau tanya ah sama dia di mana pesennya. Sumpah ini recommended banget sih rasanya. Aku pengen beli juga buat Mama sama Papa, pasti mereka doyan deh.

Udah ya, aku cuma mau ngasih tahu itu doang. Sekarang aku mau lanjutin makan siangku lagi.

Bye.

---

---

(masih) Kamis, 15 Desember
16.33 WIB
(masih) Ruang Kerja CEO

Aku udah mau pulang nih. Tapi sebelum pulang aku mau ceritain kejadian paling ajaib bin aneh yang baru aja terjadi dalam hidupku.

Jadi, saat aku, Sita dan Wendy baru selesai makan dan lagi ngobrol-ngobrol, Triana mengetuk ruanganku.

"Ada apa?" tanyaku.

"Di bawah ada tamu, Bu," jawabnya.

"Siapa ya? Saya kayaknya lagi nggak nunggu tamu," ujarku sambil mikir.

"Katanya sih temennya, Bu. Atau mau saya bilangin aja kalau Ibu nggak terima tamu?" Triana mencoba memberi solusi.

"Eh, jangan. Ya udah nggak apa-apa suruh aja naik, tapi 10 menit lagi ya. Biar diberesin dulu ruangan saya," ucapku.

"Baik, Bu." Triana berbalik dan pergi keluar ruangan.

Aku meletakan piringku di meja dan mulai membereskan makanan.

"Sini, Kak. Biar saya aje." Dengan cekatan Sita merapikan meja.

"Wendy kamu ke bawah aja deh, biar bisa tahan dulu tamunya," perintaku.

"Iya, Kak. Sini aku bantuin, Sit."

"Nggak useh, udah sane ke depan gih." Sita mendorong tangan Wendi.

Wendy meninggalkan aku dan Sita yang berusaha membersihkan ruanganku secepat yang kami bisa. Aku merapikan meja kerja dari kertas-kertas yang berhamburan, sedangkan Sita membersihkan piring-piring bekas makan.

"Sita, nanti ambil pengharum ruangan ya. Kayaknya ini ruangan bau Nasi Kebuli, deh," ucapku sebelum Sita keluar ruangan.

"Siap, Kak," sahutnya.

Tak berapa lama kemudian Sita kembali lagi ke ruanganku membawakan pengharum ruangan. Ya lumayan lah, ruanganku yang tadinya bau Nasi Kebuli, berubah jadi bau lavender campur Nasi Kebuli.

Aku baru duduk di kursiku saat pintu ruang kerja diketuk.

"Masuk," seruku.

"Bu, ini tamunya." Triana memberi jalan pada tamu yang hendak menemuiku.

"Restu?"

"Hai, Moi." Senyum mempesonanya begitu menganggu.

"Saya permisi, Bu," pamit Triana.

"Iya, Triana. Makasih ya," ucapku.

"Ternyata sekarang udah jadi CEO ya kamu." Restu memperhatikan setiap sudut ruanganku.

"Kamu ngapain ke sini?" tanyaku.

"Loh, kan kemarin aku udah bilang mau main ke kantor kamu," ucapnya sambil kembali memamerkan senyum ala model.

"Ya ampun, Restu. Ya bukan berarti kamu harus hari ini mungcul tanpa pemberitahuan juga kali. Gimana kalau aku ada meeting?"

Restu malah ketawa, "Aku kangen sama kamu."

"Ih, jijik banget. Lo laki orang kali. Apa-apaan deh?" Sumpah kata-kata itu refleks keluar dari mulutku tanpa bisa aku rem. Kalo dia sakit hati bodo amat deh, aku nggak peduli. Tapi kayaknya dia nggak sakit hati sih.

"Aku sama Atila udah nggak sama-sama lagi, Moi." Restu duduk di hadapanku meski tidak aku persilahkan.

"Maksudnya? Kalian udah cerai? Bukannya kalian juga baru nikah beberapa tahun ya?" tanyaku heran.

"Belum resmi cerai sih, tapi aku udah setahun terakhir nggak tinggal sama dia lagi," ucap Restu. "Tapi kalau aku bisa dapetin kamu lagi, aku janji aku pasti akan segera urus perceraian kami."

"DIH! Apa banget deh lo? Semacam gue mau aja gitu sama lo." Asli aku geli bin jijik sama nih orang.

"Come on, Moira. Semua orang juga tau seberapa sakit hatinya kamu saat aku nikah sama Atila. Kamu sampai harus terus berpergian keluar negeri." Restu tertawa.

"Sinting lo ya?" tanyaku sarkastik. "Aku tinggal di luar negeri bukan karena patah hati sama kamu kali. Ngapain juga patah hati sama kamu, orang dari awal aku udah tau kalau kamu bajingan."

"Kamu selalu menggemaskan," ucapnya.

Sumpah aku pengen muntah. Nih orang pedenya ketinggian apa gimana?

Aku sengaja sok sibuk kerja, tapi Restu pantang menyerah. Dia terus aja ngeluarin jurus-jurus gombalnya yang bikin aku makin eneg dan ilfil. Saking desperate-nya aku akhirnya mencoba menghubungi Ben. Sialnya si kutu kupret itu nggak angkat teleponku. Di mana dia saat aku butuhkan? Rese!

Hampir sejam setelahnya aku yang udah pusing dengan omongan-omongan nggak masuk akal Restu akhirnya terselamatkan dengan kedatangan Ben.

Seperti biasa, Ben masuk ke ruanganku tanpa mengetuk pintu. Hanya saja kali ini dia kaget melihat ada tamu yang duduk di hadapanku.

"Moira?"

"Ben, finally!" seruku.

Ben melirik ke arah Restu sebelum melanjutkan pertanyaannya, "Tadi kamu telepon aku kenapa? Aku lagi nyetir nggak bisa angkat telepon."

"Oh ini calon suami kamu, Moi?" Restu mendadak menyela.

Aku dan Ben hanya bisa saling berpandangan, dan kemudian menatap Restu dengan heran.

"Gue Restu, mantan pacarnya Moira." Restu mengulurkan tangannya pada Ben.

"Benjamin Jusuf." Ben membalas uluran tangan Restu.

Kenapa mereka pake acara kenalan segalaaaaa?? Oh, lord!

"Oke, kalau gitu aku balik dulu ya, Moi. Jangan lupa pertimbangkan omonganku tadi," ucap Restu sambil mengedip padaku.

Aku hanya memutar mataku. Tapi tanpa diduga Restu berjalan melewati Ben, mendekat padaku dan mendaratkan kecupan di pipiku.

Aku shock! Tapi yang bikin aku lebih shock lagi adalah ketika sedetik kemudian Ben menarik jas Restu dengan kasar.

"Kalau lo mau rahang lo tetep ada di tempatnya sebaiknya lo jauh-jauh dari, Moira!"

"Woww... wow... chill, Man. I'm just saying goodbye." Restu melepaskan tangan Ben dan mulai merapikan letak jasnya. "You know, Moira nggak pernah suka cowok over protective."

"Shut the fuck up!"

Mataku membelak, Ben sepertinya sudah siap melayangkan tinjunya pada Restu. Kalau sampai terjadi apa-apa sama mereka, atau mereka berantem tonjok-tonjokan di ruanganku, nanti aku yang ribet kan!! Aku bergerak secepat yang aku bisa untuk menghalau mereka.

"Ben, sabar," ucapku sambil menepuk-nepuk dadanya.

"You better run, Man," ancam Ben.

"Ben! Udah lah," tegurku.

Tapi sepertinya ancaman Ben manjur karena Restu langsung buru-buru pergi. Agak geli sih ngeliat Restu jalan cepet-cepet seolah harga dirinya baru aja rontok semua.

"Kok kamu diem aja sih dicium-cium sembarangan gitu?" omel Ben.

"I am in schok. Aku aja nggak tahu kalau dia bakal nyium aku," sahutku.

"Lain kali jangan mau lah kalau dicium-cium gitu!"

Si Ben sewot banget, dan aku malah geli sendiri. Aku ketawa sambil nepuk-nepuk pundaknya. Asli aku ngakak banget denger omongan Ben tadi.

"Oke. I will remember that when you start kiss me again," ucapku sambil terus tertawa. "I can kick you in the balls as an additions."

Kayaknya Ben tersinggung karena dia malah pergi tanpa bilang apa-apa. Ajaib kan? Si Ben nggak bolehin aku dicium orang, padahal dia juga sering nyipok tanpa permisi. Apa bangeeett tuh orang. Hahahahaha...

Ah udah sore nih, aku balik dulu ya.

Bye.

---

---

(masih) Kamis, 15 Desember
20.56 WIB
Kamar Kece (lagi)

Setelah aku pikir-pikir, mungkin nggak sih si Ben itu cemburu sama Restu?

Tapi kenapa harus cemburu? Kan aku sama Ben nggak pacaran.

Ah nggak tahu deh. Aneh emang tuh orang satu.

Bikin aku kepikiran aja.

Udah ah.

Bye.

Continue Reading

You'll Also Like

282K 28.1K 27
Dialah, Saka. Yang membuat Mandira, seorang manager disalah satu perusahaan ternama harus menanggalkan jabatannya dan beralih menjadi seorang suster...
347 71 9
Diajeng Bellona melarikan diri ke Yogyakarta setelah rencana pernikahannya diputuskan sepihak melalui panggilan telepon. Butuh lebih dari lima tahun...
99.6K 8.2K 44
Pada hari seorang Lunar Yasri, junior lawyer kesayangan klien sekaligus ikon kantor hukum Nursanto Law Office memutuskan memberikan surat pengunduran...
8K 1.1K 32
#HUJAN.SERIES.5 "Sorry, tapi lo, k-kamu..., kamu yang mana?" ***** Sagara, dihadapkan pada dua pilihan. Dua pilihan dengan wajah yang sama, dua pilih...