CEO in Training

Por KinantiWP

315K 10K 853

Semua orang bermimpi menjadi CEO, atau menikahi seorang CEO. Tapi tidak dengan Moira Latief. Setelah menghind... M谩s

[1] New Diary
[2] The Talk
[3] First Time
[4] Is He Gay?
[5] Too Sexy For Office
[6] Make Friends
[7] Shake It!
[8] That Bitch
[9] Weekend Duty
[10] Ugly Dress
[11] Brilliant Idea
[12] One Fine Day
[13] Marketing Support
[14] Lazy Ass
[15] Evil Bitch
[16] Old Friend
[18] Why Him?
[19] Unexpected Meeting
[20] Ex Attact
[21] Drama Queen
[22] Nomat?
PERFECT
BUKAN UPDATE
SEGERA TERBIT
PRE ORDER

[17] Disaster

5.6K 316 28
Por KinantiWP

Senin, 12 Desember
8.49 WIB
Mobil

Aku udah dapet supir baru nih. Jadi sekarang aku udah nggak naik mobil Papa, dan nggak disupirin sama Pak Hendra lagi. Tadi pas sarapan, Papa ngenalin aku supir baru yang katanya udah dites sama Papa, namanya Pak Wawan.

"Jadi mulai hari ini Bapak tugasnya nganter anak saya, ya," ucap Papa.

"Baik, Pak." Supir baru itu mengangguk dengan patuh.

"Moi, mau naik mobil yang mana nanti? Biar bisa disiapkan sama Pak Wawan," tanya Papa padaku.

"Naik mobil Moi aja," jawabku.

"Mobil yang putih tolong di siapkan ya, Pak. Nanti setelah sarapan Moira langsung berangkat kerja," terang Papa pada Pak Wawan.

"Baik, Pak."

Pak Wawan sepertinya tidak banyak bicara. Kalau dilihat dari penampilannya, Pak Wawan terlihat hanya beberapa tahun lebih muda dari Pak Hendra.

Setelah perkenalan singkat itu Pak Wawan keluar dari ruang makan dan aku kembali menyelesaikan sarapan yang sempat tertunda. Jam delapan lewat sedikit aku sudah berada di dalam mobil dan melakukan perjalanan pertama kalinya sama sang supir baru.

Semoga perjalanan hari ini nggak terlalu macet biar aku cepet sampe kantor.

Udahan dulu ya.

Bye.

---

---

(masih) Senin, 12 Desember
10.00 WIB
Ruang Kerja CEO

Diary, kamu tahu nggak sih kalo aku suka banget sama warna putih? Kamarku hampir semua barangnya warna putih, mobilku juga warna putih, dan hari ini aku juga pake baju warna putih. Hahahaha... Info nggak penting.

Tapi beneran, aku emang suka banget warna putih. Menurut aku tuh putih adalah warna yang netral dan menunjukan kejujuran. Soalnya kalau ada kotoran pada suatu benda yang berwarna putih, pasti keliatan banget kan. Nah, itu namanya jujur apa adanya.

Ngomong-ngomong tentang kejujuran, aku hari ini lagi craving makanan-makanan manis. Aku emang udah kayak orang ngidam kalo lagi datang bulan. Sekarang pengen manis, kadang pengen pedes, kadang pengen asem. Aneh emang. Jadi setelah tadi Sita nganterin susu cokelatku, aku suruh dia beliin Red Velvet Union di Plaza Senayan. Dan karena nggak memungkinkan dia bawa kue pake motor, aku suruh Pak Wawan buat nganterin.

Untuk sementara waktu, aku akan mengisi penantian kedatangan kue yang aku idamkan itu sambil baca data-data yang tadi dikirimin sama Om Boris tentang kerjasama yang udah pernah dibuat Laksamana Group dengan beberapa hotel. Aku perlu pelajari peluang kerjasama seperti apa aja yang bisa kita ajukan ke Kempinski.

Bye.

---

---

(masih) Senin, 12 Desember
13.39 WIB
(masih) Ruang Kerja CEO

Aku udah bikin beberapa catatan untuk aku dalami dan bahas sama Ben. Aku juga udah puas makan 2 potong besar Red Velvet Cake plus seporsi soto betawi. Rakus ya? Nggak usah dibahas, cewe kalo lagi ngidam emang gitu. Untung ini bukan ngidam karena hamil. Nggak mungkin juga aku hamil, pacar aja nggak punya, apa lagi suami.

Oke, abaikan celotehan aneh di atas tadi. Sekarang aku lagi nungguin Ben dateng soalnya tadi dia abis makan siang di luar, nggak tahu sama siapa. Mungkin sama cemcemannya, atau si sundel bolong yang kemaren itu. Bodo amat. Kalo emang seleranya Ben secetek itu ya biarin aja, yang penting dia kerjanya bener.

Oh ya, aku juga baru dapet update dari tim yang menjajaki kemungkinan kerja sama dengan perusahaan ecommers bahwa mereka besok akan meeting dengan salah satu perusahaan yang jadi target utamaku. Aku harap hasilnya bagus, walau aku nggak bisa berbuat banyak untuk sementara ini selain menyerahkan tanggung jawab dan harapan supaya Laksamana Group bisa kerja sama dengan perusahaan itu.

Eh, si Ben udah dateng nih. Barusan Wendi nelepon buat ngabarin kalo Ben lagi menuju ke ruanganku. Jadi, udahan dulu ya.

Bye.

---

---

(masih) Senin, 12 Desember
16.13 WIB
Mobil (lagi)

Aku bukan sengaja pulang cepet, tapi aku baru aja mengalami bencana paling memalukan sejagat perkantoran. Aku udah bilang kan bahwa hari ini aku pake baju putih? Aku juga udah cerita kan kalau aku lagi dapet? Dan, ternyata memang tamu bulanan itu nggak cocok berteman sama baju putihku.

Karena tadi, belum sempet aku sama Ben bahas apa-apa, mendadak semuanya buyar gara-gara sebuah noda merah di bokongku.

"Kamu abis duduk di mana deh? Pakai baju putih kok duduknya sembarangan," ketus Ben.

Aku yang sedang berjalan menuju ke meja kerja refleks menengok ke arah bokongku. Dan, di sana terlihat sebuah noda merah kecoklatan yang tercetak nyata!

"OH, LORD!" seruku.

Aku buru-buru lari menuju ke tasku dan membongkarnya, mencari sebuah benda penting yang sepertinya juga lupa aku letakan di dalam tas tadi pagi. Aku menghubungi Wendi dengan terburu-buru.

"Wendi, kamu bawa pembalut nggak?" tanyaku tanpa tedeng aling-aling.

"Yah, nggak bawa, Kak. Aku lagi nggak mens soalnya. Kenapa, Kak?" tanya Wendi di seberang telepon.

"Tolong suruh Sita ke ruanganku dong. Cepet ya!" ucapku sebelum meletakan telepon.

Sesaat tadi aku lupa pada keberadaan Ben di ruanganku. Tapi saat aku berbalik dari meja kerjaku, Ben sedang menatapku dengan mata yang melotot, "Kamu lagi mens pake baju putih? Kok pinter banget."

"Heh! Ngomongnya santai aja, ya. Mana aku tahu bakal ada kecelakaan kaya gini."

"Kamu kan cewek. Seharusnya kamu lebih tahu lah kalau lagi halangan ya jangan pake baju warna terang, apa lagi putih. Kalau tembus kan keliatan banget. Terus sekarang gimana?"

"Udah jangan berisik deh Ben. Ini juga aku lagi cari solusinya."

Sesaat kemudian Sita masuk ke dalam ruanganku, "Ade ape, Kak ... eh, Bu?" tanyanya canggung.

"Sita, kamu bawa pembalut nggak?"

"Saya lagi kaga halangan, Bu. " Sita melirik ke arah Ben. "Tapi kalo Ibu perlu, saya bisa beliin."

"Ya sudah, tolong beliin ya." Aku mengaduk kembali tasku, mengeluarkan dompet dan memberikan selembar uang pada Sita.

"Mau yang merek ape, Bu?" tanya Sita.

"Merek apa aja lah, yang penting cepet," sahut Ben seenaknya.

Aku melotot ke arah Ben dan berpaling kembali kepada Sita, "Iya, merek apa aja. Jangan yang wings ya."

Sita mengangguk dan pergi meninggalkan aku kembali berduaan dengan Ben.

"Makanya lain kali kalau mau pake baju tuh dipikir dulu," celetuk Ben.

"Kamu nih bawel banget ya. Aku udah bilang kan, aku nggak tahu bakal tembus. Lagian siapa juga yang mau ada kejadian kaya gini!" omelku.

"Ya sadar diri lah, Moira," ucapnya.

"Apa tuh maksudnya?" tanyaku emosi.

Setelah itu aku sama Ben berdebat panjang kali lebar. Gila tuh laki, nggak ada puasnya banget kalo berdebat. Ada aja omongannya yang bikin aku pengen nonjok dia. Nggak tahu apa kalo cewek lagi mens itu emosinya nggak stabil dan selalu pengen ngebacok orang?!

Sampe Sita balik lagi dengan membawakanku sebungkus pembalut, si kutu kupret masih juga nyolot. Karena aku bete akhirnya aku tinggal aja dia. Aku ganti pembalut di kamar mandi, dan Sita berusaha sebisanya untuk membantuku ngilangin noda di bagian bokong dress putihku. Hasilnya? Tentu aja nihil. Warnanya memang agak pudar sih, nggak basah juga karena tadi semper di keringin pake hairdryer punya Trisna yang dipinjem sama Sita. Tapi tetep keliatan bernoda.

Karena udah hopeless akhirnya aku pake lagi dress bernoda itu dan memutuskan untuk pulang lebih cepet. Kalo aku pulang pas jam pulang kerja kemungkinan kejadian ini diketahui sama para karyawan makin besar, dan aku nggak mau ambil resiko itu. kalau aku tunggu sampe karyawan pada pulang kayanya juga nggak memungkinkan, masalahnya celana dalamku juga kena noda dan bisa aja nanti tembus lagi ke dress.

"Aku pulang duluan," ucapku saat kembali ke ruang kerja dan melihat Ben masih duduk di sana sambil mengutak-atik ponselnya.

"Kalau tahu gini tadi aku nggak buru-buru balik ke kantor," cetusnya.

"BODO!" sahutku kesal.

Aku meninggalkan Ben sambil berusaha menutupi bokongku dengan tas. Sita berjalan di belakangku untuk memastikan nggak ada orang lain yang melihat keadaan memalukan pada bajuku.

Udah. Aku Cuma mau cerita itu aja. Sebentar lagi aku udah mau sampe rumah. Dan mulai besok, aku ogah pake baju putih lagi ke kantor. Terutama kalau lagi mens.

Bye.

---

---

(masih) Senin, 12 Desember
18.40 WIB
Kamar Kece

Barusan si kutu kupret whatsapp aku buat bilang kalo besok pagi aku udah harus sampe di kantor pukul sembilan biar bisa bahas hal-hal yang tadi tertunda. Dia bilang besok Papa juga bakal ke kantor. Aneh kan infonya. Ngapain juga dia yang info aku soal Papaku mau ke kantor. Emang dia lupa kalo aku tinggal serumah sama Papaku?! Dasar kutu kupret nyebelin!

Aku mau makan malem dulu nih.

Bye for now.

---

---

(masih) Senin, 12 Desember
22.00
Kamar Kece (lagi)

Tadi pas makan malem Papa bilang kalau besok dia mau ke kantor. Cuma mau ngecek-ngecek sih katanya. Aku sih nggak masalah, toh aku memang nggak mau jadi CEO selamanya. Mungkin Papa bosen di rumah terus, padahal biasanya dia selalu aktif ngantor tiap hari.

Aku belum tahu besok bakal berangkat bareng Papa atau enggak. Yang penting sekarang aku tidur aja dulu.

Good night, Diary.

Seguir leyendo

Tambi茅n te gustar谩n

943K 71.6K 55
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...
123K 4.6K 4
Royal menikahi putri presiden untuk melancarkan kariernya di dunia politik. Madu menikahi sekjen partai politik terkemuka untuk membantunya melengser...
2.2M 96.9K 18
"Bran, kayaknya cicilan apartmen, kartu kredit, sama mobil gue bisa membantu lo mengurangi nominal tabungan lo yang makin meluber." "Boleh juga, gue...
53.4K 4.9K 41
Mela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain...