Eyes On Me

Por HeppyDS

2.7M 22.6K 383

Secepat seseorang mengedipkan mata, secepat itu pula hidup seorang Jeslyn Hill berubah seratus delapan puluh... Más

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 5
Terbit
Info penting
Info
Open PO

Part 4

59.9K 3.3K 60
Por HeppyDS

Happy Reading 💞💞💞

Jeslyn memandangi pantulan wajahnya di depan cermin. Dengan menggunakan rok pensil hitam selutut, kemeja biru donker polos dipadukan blazer yang senada dengan warna roknya, ia merasa penampilannya sudah sempurna untuk bekerja hari ini. Bagaimanapun, Jeslyn tidak boleh memberikan kesan buruk di hari pertamanya bekerja.

Perlu waktu satu setengah jam bagi Jeslyn bisa sampai di depan gedung pencakar langit yang berlogokan R di atasnya. Dengan langkah anggun, Jeslyn memasuki kantor itu. Tangannya saling meremas gugup, namun ia masih berusaha menyunggingkan senyum terbaik di hadapan setiap orang yang dijumpainya.

"Permisi! Bisakah saya bertemu Mr.Rutter?" tanya Jeslyn pada seorang wanita seksi yang menurutnya adalah sekretaris CEO perusahaan ini.

"Anda Ms. Hill?"

Jeslyn mengangguk kecil menjawab pertanyaan wanita itu.

"Silahkan masuk! Mr.Rutter telah menunggu anda di dalam." Wanita itu menunjukkan senyum ramah yang juga dibalas serupa oleh Jeslyn. Ia langsung beranjak setelah lebih dulu mengucapkan terimakasih pada wanita itu.

Ketika Jeslyn memasuki ruangan yang ditujunya, ia tidak menemukan siapapun di dalam. Kosong, hanya keheningan yang menyambutnya. Jelas saja hal itu membuat Jeslyn kebingungan, hingga suara bariton dari arah belakang mengagetkannya, "Kau terlambat lima menit, Ms.Hill."

Sontak Jeslyn menoleh ke belakang mencari sumber suara. Matanya terbelalak kaget begitu menyadari sosok pria yang sedang berdiri tegap di hadapannya.

"Kkkaauu!" ucap Jeslyn terbata.

"Senang bertemu lagi dengan mu, Miss Jeslyn Hill." Jeslyn bisa melihat jelas senyum miring tersungging di bibir pria itu. Sukses saja hal itu menerbitkan kembali amarah Jeslyn. Jeslyn menarik napas panjang dengan tangan terkepal kuat berusaha menahan diri untuk tidak mengeluarkan sumpah serapahnya.

"Aku tidak ada urusan denganmu. Aku hanya ingin bertemu dengan Mr.Rutter." ucap Jeslyn sinis.

"Ternyata kau cukup kolot dalam dunia perbisnisan karena tidak mengenalku," ejek pria itu. Tangannya bersidekap memandang Jeslyn dengan senyum meremehkan. "kalau begitu biar aku memperkenalkan diri. Aku Willy Rutter, CEO sekaligus pemilik perusahaan ini."

Jeslyn hampir menyemburkan tawanya jika saja ia tidak mengingat sedang berada dimana. Gezz, mana mungkin pengusaha tekenal itu adalah iblis di hadapannya ini. Bisa-bisa pegawainya mati muda memiliki atasan sepeti bastard ini. "Jangan bermimpi! Katakan, dimana Mr.Rutter?"

Seolah mengerti dengan ketidakpercayaan Jeslyn, Willy melemparkan sebuah majalah bisnis yang menampilkan wajahnya.

Willy Rutter, pengusaha tampan yang telah mencapai kesuksesan di usia mudanya. Pewaris tunggal perusahaan Rutter International Group itu mampu menciptakan warna baru dalam dunia bisnis saat ini, dan bla.bla.bla-...

Bagaikan disambar petir di siang bolong, Jeslyn mematung memandangi majalah yang baru selesai dibacanya. Bagaimana mungkin kebetulan seperti ini bisa terjadi? Apa yang harus dilakukannya? Tidak mungkin ia bekerja dengan pria iblis seperti Willy. Berkali-kali Jeslyn menelan salivanya dengan kasar seraya memikirkan kelanjutan nasibnya.

"Apa sudah jelas, Ms. Hill?" ucap Willy sarkas, "apa kau masih ingin bekerja di perusahaanku?" lanjutnya lagi menyeringai.

Untuk sesaat Jeslyn tampak berpikir. Perlu waktu lama baginya untuk memproses semua yang baru terjadi di depannya. Pikiran-pikiran buruk mulai menyelinap dalam otak cantiknya. "Katakan, apa yang kau rencanakan sebenarnya?"

Willy semakin melebarkan senyumnya. Jenis senyum yang berhasil membuat perut Jeslyn mulas seketika. Terlebih ketika melihat pria itu sengaja menabrakkan bahu mereka saat berjalan menuju kursi kebesarannya. "Kau terlalu berpikiran buruk padaku. Padahal aku hanya ingin membantumu untuk mendapatkan biaya pengobatan kakakmu."

Jeslyn ternganga menunjukkan ketidakpercayaannya. Matanya memicing curiga menatap Willy. Jika Willy tahu tentang Maisha, itu artinya pria itu mencari tahu tentang kehidupan pribadinya.

"Hentikan pemikiran negatif mu itu, Nona! Jika kau tidak mau juga tidak masalah buatku. Kau bisa mencari peker-"

"Aku akan berkerja di sini." Buru-buru Jeslyn memotong ucapan Willy. Masa bodoh ia dikatakan tidak tahu malu. Yang pasti, ia harus segera bekerja dan mendapatkan uang.

"Ternyata kau tipe wanita yang cepat berubah pikiran." ejek Willy semakin membuat Jeslyn menggeram. Jika saja Willy bukan atasannya, dengan senang hati ia akan melemparkan sepatunya ke kepala pria itu.

"Kehidupan yang mengajarkan aku seperti ini. Sudahlah! Katakan saja, apa pekerjaanku sekarang! Aku tidak ingin dianggap tidak profesional dengan membuang-buang waktu."

Jeslyn sadar bahwa ucapannya sangat tidak sopan pada Willy selaku atasannya. Tapi, mau bagaimana lagi? Ia masih marah dengan pria itu dan ia bukan tipe orang yang dapat berkata-kata manis pada orang yang dibencinya.

"Rupanya kau wanita yang suka terburu-buru," Willy mengangguk-angguk kecil seperti baru memecahkan misteri, lalu dengan cepat wajahnya berubah sinis penuh peringatan tegas, "aku ingatkan, bahwa disini aku adalah atasan dan kau bawahan. Bersikaplah sesuai dengan statusmu!"

Wajah Jeslyn kini dipenuhi dengan semburat merah. Bukan karena merona malu, lebih tepatnya karena kemarahannya yang sudah mencapai ubun-ubun. Berkali-kali Jeslyn menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk memperkuat benteng kesabarannya.

Ayolah, Jes! Kau pasti bisa. Sisi malaikat dalam diri Jeslyn menasehati. Well, mungkin untuk saat ini ia harus melupakan masalah pribadinya dengan Willy. Ya, ia harus bisa bersikap profesional.

"Maafkan saya, Sir." Akhirnya Jeslyn mengucapkan kata-kata yang telah membuat lidahnya terasa kelu. Tuhan tahu seberapa keras usaha Jeslyn untuk mengontrol emosinya, namun tanggapan Willy benar-benar membuatnya kembali naik pitam.

Tawa Willy pecah menggema dalam ruangan. Pria itu memegangi perutnya seraya sesekali mengusap air mata kebahagiaannya."Ekspresimu sangat lucu, Ms.Hill."

Bagian mana yang lucu dari ekspresi orang yang siap menelan hidup-hidup manusia di depannya? Dasar sinting! Tidak mau memperpanjang keadaan menyebalkan ini, Jeslyn memilih mengalah dengan kepala tertunduk untuk menutupi wajahnya yang sudah memerah bagaikan kepiting rebus.

"Jangan terlalu serius denganku, Ms. Hill! Anggap saja kita berteman. Bukan begitu, Jeslyn?" Willy kembali mengeluarkan suaranya yang terdengar menyebalkan di telinga Jeslyn. Tadi pria itu mengatakan statusnya hanya sebagai bawahan, namun dalam hitungan detik berubah menjadi teman, mungkin sebentar lagi akan berubah menjadi kekasih.

Dengan cepat, Jeslyn menggeleng menepis pemikiran paling buruk yang pernah menyelinap di otaknya yang mungkin sekarang sedikit bergeser akibat berhadapan dengan pria gaib ini. Jeslyn kembali menarik napas panjang sebelum mengeluarkan suaranya dengan nada yang diusahakan sesopan mungkin, "Terserah anda saja, Sir. Jadi, apakah saya sudah bisa mulai bekerja?"

Willy berusaha menghentikan tawanya yang terasa sulit. Hell, baru kali ini ia bisa tertawa lepas seperti ini. "Astaga, aku hampir lupa kalau kau bekerja untukku disini. Aku pikir kau hanya datang untuk menghiburku."

Lagi dan lagi. Willy semakin menambah kekesalan yang sudah menumpuk banyak di hati Jeslyn. Yang benar saja, apa Willy pikir ia badut penghibur? Jeslyn menghitung sampai tiga puluh dalam hati seperti yang selalu diajarkan ibunya untuk menahan amarah. Memang cukup berguna dalam situasi genting seperti ini.

"Jadi, apakah pekerjaan saya, Sir?" Jeslyn kembali mengeluarkan suaranya ketika sudah merasa lebih tenang.

"Pekerjaanmu cukup mudah. Kau hanya perlu menjadi asisten pribadiku." jawab Willy santai.

Jeslyn mengusap-ngusap telinganya berusaha meyakinkan jika ia memiliki pendengaran yang salah. "Bisa tolong anda jelaskan secara detail pekerjaan itu, Sir?"

"Ternyata bukan kelakuanmu saja yang kasar, tetapi IQ mu juga rendah. Pantas saja Mr.Hampton memecatmu,"

Sial. Ucapan Willy selalu berhasil menyulut emosi Jeslyn. Tapi ia memilih diam untuk membiarkan Willy melanjutkan perkataannya, "Kau harus mengikuti kemanapun aku pergi, termasuk jika aku ada bisnis di luar negeri. Bukan hanya urusan bisnis, tetapi juga dalam urusan pribadi. Kau harus siap kapan pun aku memerlukanmu! Jadi, jadwal kerjamu bisa dibilang tidak menentu. Apa sudah jelas, Jeslyn?

Ternyata pendengaran Jeslyn tidak salah. Ya Tuhan, bagaimana mungkin ia bisa tahan berhadapan dengan Willy setiap harinya? Sementara kelakuan pria gaib itu selalu sukses membuatnya meradang.

"Maaf Sir. Tidakkah sebaiknya anda memberikan tugas itu pada seseorang yang telah anda percayai?" Jeslyn mencoba bernegosiasi dengan bahasa sehalus mungkin untuk mencegah kecurigaan jika ia sedang berusaha menghindar dari pekerjaan itu. Namun sepertinya Willy terlalu pintar untuk membaca gelagatnya.

"Aku tidak menerima penawaran. Asisten pribadiku atau tidak sama sekali." ucap Willy final, membuat helaan napas frustrasi lolos dari bibir Jeslyn.

"Baiklah. Saya siap bekerja." Tidak ada pilihan lain bagi Jeslyn, selain memasrahkan diri.

"Good girl," Willy melebarkan senyumnya lalu mengulurkan tangan kanannya. "berikan ponselmu!"

Dahi Jeslyn mengernyit tidak mengerti. Tapi walaupun begitu, ia tetap menurut memberikan ponselnya pada Willy.

"Jika kau melihat layar ponselmu tertera nama PRIA TAMPAN, kau harus siap mengangkatnya! Mengerti!" Willy berbicara setelah sibuk mengetik sesuatu di ponsel Jeslyn.

Hhmmpptt..

Jeslyn berusaha menahan tawanya yang serasa ingin meledak. Astaga, ini benar-benar lucu. Mana ada orang lain menyimpan namanya sendiri dengan sebutan aneh di ponsel seseorang yang baru dikenalnya. Tapi hal itu baru saja dilakukan Willy yang bisa Jeslyn pastikan sudah memasuki tahap kepercayaan diri tingkat internasional.

"Kenapa kau tersenyum? Ada yang lucu?" tanya Willy dengan nada tersinggung.

Jeslyn menggeleng cepat, namun bibirnya menahan keinginan kuat untuk mengatakan sebaliknya. "Tidak, Sir. Saya akan siap untuk menerima panggilan anda." Dalam hati, Jeslyn berjanji untuk segera mengubah nama di ponselnya tadi menjadi PRIA BASTARD.

"Bagus. Sekarang, kau bisa menanyakan agendaku hari ini pada sekretarisku!" ucap Willy sembari membuka laptop untuk memulai pekerjaannya.

"Baik, Sir. Saya permisi." Jeslyn bergegas keluar dari ruangan yang sudah berhasil membuatnya merasa sesak napas.

"Apakah anda sekretaris Mr.Rutter?" tanya Jeslyn pada seorang wanita yang ditanyainya tadi saat sebelum bertemu Willy.

"Ya, saya Christabel Keana. Ada yang bisa saya bantu, Miss?" Wanita yang menyebut namanya Christabel itu tersenyum ramah Pada Jeslyn.

"Saya Jeslyn Hill. Bisakah saya mengetahui jadwal Mr.Rutter hari ini?"

Christabel mengerutkan keningnya bingung. Namun ia tetap menunjukkan keprofesionalannya. "Maaf, saya tidak bisa memberitahunya sembarangan tanpa perintah dari Mr.Rutter."

"Berikan saja padanya, Chris! Mulai saat ini dia adalah asisten pribadiku."

"Yes, Sir." Bunyi intercom dari meja Christabel, membuat wanita itu buru-buru mengambil buku agenda dari laci meja kerjanya lalu menyerahkannya pada Jeslyn.

Jeslyn membaca agenda itu dengan teliti. Menurutnya tidak perlu repot menulis jika otak cerdasnya masih mampu mengingat jadwal itu.

"Kau tidak menulisnya?" Jeslyn mengalihkan pandangannya pada Chistabel yang sedang memandanginya dari atas sampai ke bawah dengan raut ketidaksukaan yang kentara. Padahal baru beberapa saat lalu, wanita itu menunjukkan sikap ramah padanya.

"Jadwalnya tidak terlalu banyak. Aku akan mengingatnya." ucap Jeslyn masih menjaga kesopanannya. Walau sebenarnya, ia ingin mencongkel bola mata Chris yang sedang memandanginya dengan tatapan menelanjangi.

Chris berdecih sinis, "Aku heran, kenapa Mr.Rutter mau mempekerjakan wanita yang tidak memiliki penampilan menarik sepertimu?"

Ucapan Chris membuat emosi Jeslyn yang tadi mulai reda kini kembali tersulut. Jeslyn pikir tidak ada masalah dengan penampilannya. Salahkan saja penampilan wanita itu yang terlalu berlebihan. Dengan rok pendek, baju ketat, dan make up tebal membuatnya bukan seperti ingin bekerja tetapi berpesta.

Tapi sudahlah! Jeslyn merasa tidak perlu menghabiskan waktu berharganya untuk berdebat dengan Chris. Bagaimanapun, ia masih pegawai baru disini.

"Sepertinya aku sudah mengingatnya. Terimakasih." Jeslyn mengembalikan agenda dari tangannya pada Chris sebelum bergegas meninggalkan wanita itu.

Geez, CEO dan sekretaris sama-sama menyebalkan. Sepertinya Jeslyn akan melalui hari-hari sulit, karena mulai sekarang orang-orang menyebalkan itulah yang akan ditemuinya setiap hari.

*****

Semoga suka 🙏🙏

Seguir leyendo

También te gustarán

7K 566 32
Kisah seorang tukang daging dan ger ​
346K 14 2
#1 in Somplak 17++ [Cerita ini banyak mengandung umpatan-umpatan kasar dan Adegan Dewasa. Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan!] [Private acak harap foll...
44.8K 4.1K 45
Action, Romance, Comedy, Thriller, Fantasy
1.1M 112K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...