CEO in Training

By KinantiWP

315K 10K 853

Semua orang bermimpi menjadi CEO, atau menikahi seorang CEO. Tapi tidak dengan Moira Latief. Setelah menghind... More

[1] New Diary
[2] The Talk
[3] First Time
[4] Is He Gay?
[6] Make Friends
[7] Shake It!
[8] That Bitch
[9] Weekend Duty
[10] Ugly Dress
[11] Brilliant Idea
[12] One Fine Day
[13] Marketing Support
[14] Lazy Ass
[15] Evil Bitch
[16] Old Friend
[17] Disaster
[18] Why Him?
[19] Unexpected Meeting
[20] Ex Attact
[21] Drama Queen
[22] Nomat?
PERFECT
BUKAN UPDATE
SEGERA TERBIT
PRE ORDER

[5] Too Sexy For Office

8.7K 493 58
By KinantiWP

Rabu, 30 November
8.45 WIB
Ruang Kerja CEO

Huwaaaa... Akhirnya aku bisa sampe di kantor tepat waktu, bahkan sebelum jam kantor di mulai. Emang sih aku jadi harus berangkat lebih pagi dari biasanya, tapi paling enggak aku jadi on time. I AM PROUD OF MYSELF (and Pak Hendra, yang nyetirin mobilku).

Si Ben seperti biasa belum datang. Jadi setelah sampai di kantor tadi aku langsung ke pantri dan membuat susu coklatku. Pas mau keluar pantri itulah aku hampir bertabrakan dengan seorang OB bertubuh mungil.

"Eh, maaf, Bu," ucapnya.

"Nggak apa-apa," jawabku.

"Kaga tumpe kan, Bu? Kalau tumpah nanti saya bikinkan lagi." Gadis itu melirik isi cangkirku.

"Enggak kok." Aku tersenyum untuk menangkannya. "Oh ya, nama kamu siapa?"

Cewek itu terkejut melihat tanganku yang terulur, tapi langsung buru-buru menggapainya. "Saya Sita, Bu. Ibu bos baru yang gantiin Pak Raid, kan?" tanyanya.

"Iya," jawabku.

"Ntar kalo butuh ape-ape telepon aje, Bu. Ntar saya bikinin, dari pada repot bikin sendiri. Kalo mau nitip makan siang juge boleh. Biasanya Pak Raid suka nyuruh kite-kite kok. Atau biasanya Pak Raid titip pesanan ke Triana."

"Oh iya, tapi Triana belum masuk. Saya juga belum sempat kenalan sama dia. Jadi sementara saya bikin sendiri aja," ucapku. "Tapi saya pasti akan minta banyak bantuan sama kamu. Sita, kan? Nanti saya titip makan siang, ya."

Dia mengangguk dan aku langsung berjalan menuju ruang kerjaku.

Perjalanan dari pantri harus melewati beberapa ruangan dan naik tangga karena ruang kerjaku ada di lantai dua. Aku juga sempat bertemu dengan beberapa karyawan yang keluar masuk dari ruangan, dan berpapasan denganku di sepanjang jalan kembali ke ruangan.

Aku memperhatikan beberapa senyum sopan dari para karyawan wanita yang kemarin telah diperkenalkan padaku. Serta menyadari beberapa karyawan-karyawan pria yang curi-ciri pandang ke arahku. Aku rasa mereka masih agak merasa asing denganku, terutama karena banyak yang berusia jauh di atasku dan terpaksa memanggilku 'Ibu' karena jabatanku sebagai CEO.

Aku sampai di ruang kerjaku dan langsung meletakan cangkir susu yang asapnya masih mengepul, kemudian menyalakan laptop. Tapi alih-alih kerja, aku justru nulis diary. Hehehehe...

Yaudah ah, laporan pandangan mata pagi ini udah aku tulis. Aku mau kerja dulu ya.

Bye.

---

---

(masih) Rabu, 30 November
12.32 WIB
(masih) Ruang Kerja CEO

Akhirnya aku bisa bernapas lega setelah beberapa jam terakhir diomelin mulu sama bawahan yang lagaknya melebihi bos besar itu.

Asli deh tuh laki kayanya otaknya udah koslet! Kemaren dia bisa asal nyosor aja nyium aku. Tapi hari ini dia malah ngomel-ngomel nggak jelas. Jangan-jangan si Ben punya kecenderungan yang aneh nih.

Masa tadi pas dateng dia langsung melototin aku dari ujung kepala sampe ujung kaki. Semacam ngeliat hantu, padahal kan dia udah tahu gimana bentuknya aku. Aku sempat menunggu dia buka omongan lebih dulu, tapi karena gerah diliatin akhirnya aku yang duluan tanya kenapa dia nggeliatin aku kaya ngeliat hantu.

"Kamu pikir ini di mana? Amerika?" ucapnya balas bertanya.

Orang nanya bukannya dijawab malah dia tanya balik, kan gila!

"Semua orang juga tahu ini Indonesia. Lagian kalau ini Amerika aku pasti kerja pake coat. Ini kan udah hampir musim dingin di Amerika," jawabku ketus.

"Terus kenapa pake baju kaya gitu?" dia menunjuk bajuku.

Otakku sepertinya agak melambat, karena setelah kembali memperhatikan penampilanku, aku tetap merasa tidak ada yang aneh.

"Emang kenapa baju ini?" tanyaku lagi.

"Itu bukan baju kerja, itu baju buat clubbing. Nggak pantes dipake kerja. Emang kamu pikir ini Amerika, dress seksi kaya gitu dipake buat kerja?!"

Kali ini aku tahu itu bukan pertanyaan. Tapi nyinyiran khas ben.

"Emang kenapa kalau aku kerja pake dress?"

"Nggak boleh!" tegasnya.

"Kemaren juga aku kerja pake dress tapi kamu nggak protes," lawanku.

"Kemaren dress kamu nggak seketat itu. Karyawan bisa pada ngaceng ngeliat kamu kerja seharian pake dress press body gitu!"

"Aku kan kerjanya cuma di ruangan ini aja, jarang ketemu karyawan kantor," jawabku sambil bergerak mendekati Ben dan memainkan dasinya. "Jadi kemaren asal nyosor karena ngaceng ngeliat aku pake dress?"

"Hah?"

"Lain kali kalau mau nyium ngomong dulu, jadi aku bisa pake lipstick yang kiss prove. Oke?" Aku mendekatkan wajahku pada Ben, dan berhenti beberapa senti di depan wajahnya. Kemudian aku berbalik perlahan sambil memastikan bokongku menyentuh selangkangannya.

Sumpah aku tadi udah pengen ngakak ngeliat tampangnya si Ben, antara mau protes dan bingung. Ben akhirnya memilih untuk segera duduk dan membuka laptopnya tanpa mengomentari ucapanku.

Emang dia pikir cuma dia yang bisa main-main. Hey, Ben, aku nggak selugu itu. Bukan berarti karena kemaren aku udah hampir nyusruk setelah dicipok sama dia, terus hari ini aku akan membiarkan dia mengatur-ngatur cara berpakaianku. Aku akan pakai baju apapun yang aku sukai. Tidak ada urusan sama si laki-laki sompret itu.

Sayangnya, sepertinya setelah kejadian pantat yang nyerempet selangkangan tadi mood Ben semakin parah. Ben yang biasanya super duper cuek jadi super duper galak. Pertanyaanku salah dikit aja dia udah ngomel-ngomel. Bahkan saat aku tanya kenapa kita nggak kerja sama dengan perusahaan ecommerce dia malah nggak jawab.

"Ben, kamu denger nggak sih pertanyaan aku?" tanyaku.

"Denger," jawabnya singkat.

"Terus kok nggak dijawab?"

"Ya kamu pikir aja sendiri jawabannya."

"Kalau aku tahu jawabannya aku nggak akan tanya sama kamu," sungutku

"Menurut direksi, kita lebih baik bekerja sama dengan perusahaan tradisional."

"Karena?" Aku menuntut jawaban.

"Menurut kamu?" Lagi-lagi Ben menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. I hate that!

"Karena kalian semua orang tua kolot bin jadul yang nggak paham sama kemajuan bisnis," jawabku santai.

Ben mengangkat kepalanya dari layar laptop dan melotot ke arahku. "Kamu pikir kamu pintar?"

"Benji, aku memang pintar. Aku lulus cum laude dari jurusan bisnis."

"BEN! Namaku Ben, dan aku nggak suka dipanggil Benji."

"Oke, Ben, boleh nggak aku minta dijadwalkan meeting dengan timnya Om Boris?" tanyaku dengan suara selembut yang aku bisa.

Aku rasa kerasnya sifat Ben tidak bisa aku lawan dengan cara yang sama kerasnya, lagi pula aku tidak terlalu suka melakukan konfrontasi. Jadi aku memilih untuk mengalah.

"Untuk apa?" tanya Ben.

"Aku perlu membicarakan tentang kerja sama Laksamana Group dengan perusahaan-perusahaan ecommerce," jawabku.

"Seriously?" tanya Ben dengan nada mengejek.

"Yes," jawabku tenang. "Bisa kan kamu buatkan jadwalnya? Atau, harus aku sendiri yang hubungi Om Boris?"

"Nanti aku buatkan jadwalnya," jawab Ben pada akhirnya. "Sebaiknya kita makan siang dulu," lanjutnya.

Ben menutup laptopnya dan menghilang dari ruanganku tanpa permisi, seperti kemarin. Aku hanya menggelengkan kepala. Pria yang satu itu aneh dan sulit ditebak.

Saat aku lagi bengong mikirin Ben yang aneh itu, seseorang mengetuk pintu kantor dan membuatku terlonjak. Ternyata OB yang tadi pagi hampir bertubrukan denganku datang untuk menawariku makan siang. Aku cepat-cepat mengangguk dan memberikan uang padanya.

"Mau makan siang ape, Bu?"

"Sejujurnya aku belum tahu apa makan siang yang enak di sekitar sini. Kalo kemarin sih aku titip soto. Kamu ada saran?" tanyaku.

"Wah, di sini mah banyak nyang enak, Bu. Kalo kedoyanan Pak Raid tuh Ketoprak Bang Romli di seberang. Atau kadang juga Pak Raid makan Gudek Ayu. Tapi kalo Ibu tanya saya sih yang enak tuh nasi rames di warungnye Mpok Edah noh di ujung jalan. Menunye macem-macem, Bu. Udah gitu bersih dan harganye juga kaga seberape mahal." Wajahnya berseri-seri.

Sepertinya Sita orang yang baik.

"Oh gitu, ya udah aku coba deh nasi ramesnya. Kamu pilihin aja menunya yang enak," jawabku. "Eh iya, sama tolong belikan aku benang gigi ya di Century depan."

"Dental floss, ye? Siap, Bu. Saya jalan dulu ye." Sita berbalik dan keluar dari pintu, namun kembali berbalik. "Oh iye, lupa. Ibu mau makan di bawah atau di sini aje?"

"Saya makan di sini aja." Aku memasang senyum terbaikku.

Kemudian dia menghilang.

Dan, sekarang aku sedang menatikan Nasi Rames yang katanya enak itu. Cacing-cacing di perutku juga rasanya udah nggak sabar untuk makan.

Jadi aku akan menunggu makananku datang dengan manis. Nanti aku akan update lagi cerita hari ini ya, Diary.

Bye.

---

---

(masih) Rabu, 30 November
17.11 WIB
Mobil Papa

Aku sudah dalam perjalanan pulang. Menikmati pemandangan gerimis yang menambah semarak kemacetan Jakarta di jam pulang kantor ini.

Oh ya, tadi abis makan siang yang ternyata beneran enak itu, Ben sempet masuk lagi ke ruanganku. Tapi dia hanya mengambil laptop dan bilang bahwa sore ini dia tidak bisa menemani aku karena ada meeting dengan klien. Aku sempat menawarkan diri untuk ikut meeting, namun dia dengan baik hati langsung menolak. KESEL, KAN?! Sok paling hebat banget nggak mau ngajak-ngajak aku meeting sama klien. Aku kan sekarang bosnya dia.

Ya walaupun emang cuma bos gadungan sih. Hehehe...

Oh ya, Ben juga memberikan nomer HPnya untukku, katanya aku boleh menghubunginya kalau membutuhkan sesuatu. Waktu aku tanya sesuatu seperti apa dia malah meledekku dengan menjawab, "Sesuatu seperti menghapus lipstik non-kissprove dari bibirmu."

KESEL KANNNN!!! ASIL NANTANGIN BANGET TUH ORANG.

NGGAK TAHU SIH DIA KALAU AKU UDAH TIGA TAHUN NGGAK PERNAH KESENTUH SAMA LAKIK! Lama-lama bisa terjadi pelecehan seksual kalau gini caranya. Mana mukanya Ben pas ngomong gitu bikin aku pengen mengaum. Untung nggak langsung aku terkam.

Kayanya aku harus melampiaskan seluruh hormon yang terbuang sia-sia selama tiga tahun ini dengan mencari pacar. Bahaya banget kalau terjadi apa-apa antara aku dan Ben. Bisa-bisa aku kena kasus sexual harassment karena dia itu kan bawahanku.

GAWATT!!!

AKU HARUS CARI PACAR BUAT PELAMPIASAN! SEGERA! SECEPATNYA!

Tapi aku ogah sama cowo yang nggak jelas. Apa lagi cowo mokondo yang ngarep dapet warisan keluargaku. MALES BANGET! Ah, nggah tau ah! PUYENG!

Bye.

Continue Reading

You'll Also Like

8K 1.1K 32
#HUJAN.SERIES.5 "Sorry, tapi lo, k-kamu..., kamu yang mana?" ***** Sagara, dihadapkan pada dua pilihan. Dua pilihan dengan wajah yang sama, dua pilih...
569K 80.2K 35
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
53.4K 4.9K 41
Mela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain...
6.7K 368 6
Pada akhirnya, cinta Aldric pada Keira begitu nyata. Setelah mereka kembali bersama, ada buah hati di antara keduanya. Keira pikir, itu adalah akhir...