Mas Ganteng

By mariautami2

19.7K 888 147

Kisah seorang jomblowati dengan pemuda ganteng tetangga kosnya yang dihiasi dengan tingkah konyol dan dibumbu... More

Part I
Part 2
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24

Part 3

1.4K 72 0
By mariautami2

Richard masih memikirkan kejadian semalam, hampir saja dia kehilangan akal sehat.

"Jam sembilan, Olie pasti dah berangkat kerja. Sial banget, gue ga bisa tidur semalam gara-gara mikirin Olie. Olie ... kayanya gue bener-bener suka sama lo. Gue kudu dapetin lo, gak mau tahu. Lo kudu jadian sama gue, titik." Richard bermonolog seraya melayangkan satu tangan ke udara, menyemangati dirinya sendiri.

***
"Semalam gue digendong sampai kamar, aduh gue malu banget deh, bisa-bisanya ketiduran di motor dan bener-bener susah melek. Semoga dia ga keberaten gendong gue semalam," gumam Olie disela-sela pekerjaannya.

"Ol, pssst ... pssst ... Olie, woiii Olie!" teriak Karen pas di telinga Olie.

"Setan alas, kadal buntung, kutu kupret ... eh, Bu Karen, ada apa?" sorak Olie sembari mengeluarkan sumpah serapah karena kaget dengan teriakan Karen.

"Kenapa si lo, pagi-pagi ngelamun sambil ngomong sendiri, sehat kan lo? Apa karena efek dianterin pulang sama cowo ganteng?" tanya Karen yang kemudian disesalinya karena keceplosan.

"Hah ... eh, lo bilang apa tadi, dianterin cowo ganteng? Kok lo bisa tau? Ada apa lo sama Richard? Lo kerjasama ya, sengaja ninggalin gue biar gue balik sama dia, dan oya setau gue kamar lo nyala semalem, tapi lo ga keluar, ga biasanya. Ngaku lo!" kata Olie sambil menyipitkan mata dan menatap Karen tajam.

"Eh-eh, gue-gue ga tau apa-apa soal rencana dia jemput lo ya, gue kemarin emang bener-bener ada janji sama Kevin buat dinner bareng. Soal kamar, emang gue dah di kos waktu lo balik, tapi gue dah ngantuk berat, jadi gue langsung tidur begitu liat lo balik digendong Richard," balas Karen membela diri, tapi tidak serta merta Olie percaya akan pengakuan Karen.

"Hmm ... oke, ga masalah kalau lo ga ngaku, terus ngapain lo ke ruangan gue?" tanya Olie.

"Heh, suka-suka gue mau ke ruangan siapa, gue kepala divisi di sini, bebas dong. Tapi sebenernya gue ada butuh bantuan lo sedikit, ikut ke ruangan gue!" perintah Karen sambil menarik tangan Olie agar mengikutinya.

"Ish, paan si lo, ga gini juga kali ngajaknya, gue bisa jalan sendiri, Bu Karen. Dah kaya apaan aja deh kita," ucap Olie kesal karena ditarik paksa oleh Karen menuju ruangannya.

"Nih bantuin selesein laporan, harus kelar sebelum istirahat, gue udah kerjain sebagian, tapi kepala gue pusing banget kelamaan mantengin layar, tolong lo selesin ya, pleaasee ..." pinta Karen.

"Gue lagi, gue lagi. Nasib jadi bawahan, padahal kerjaan gue aja belom kelar Karen, masa gue musti lembur hari ini? Huffftt ...."

"Gue traktir deh, makan siang plus makan malam, gimana?" tawar Karen.

"Mending lo kasih bonus aja deh, gue lebih butuh duit daripada makan," ucap Olie, berharap Karen akan mengabulkan.

"Oke deh, nanti gajian gue tambahin," balas Karen.

Mendengar kabar baik itu Olie pun bergegas menyelesaikan laporan Karen agar pekerjaannya juga bisa segera diselesaikan.

Tak terasa jam istirahat pun tiba, masih ada data yang belum Olie input ke dalam laporan, Olie putuskan untuk menunda makan siang dan segera menyelesaikan laporan.

"Ol, ga istirahat? Jam dua belas nih, apa mau gue beliin makan?" tanya Karen.

"Bentaran lah, dikit lagi nih laporan lo kelar, tanggung," jawabnya.

"Ya udah, gue tungguin deh."

Akhirnya pekerjaan dari Karen selesai pukul 12.15, Olie cukup kelelahan dan perutnya sudah berbunyi sejak tadi, dia pun beranjak dari kursi Karen dan melihat Karen sedang duduk di sofa memejamkan matanya.

"Ren, Karen ... lo gak apa-apa? Makan yuk, gue laper banget," kata Olie membangunkan Karen.

"Eh udah selese laporannya? Ya udah yuk makan, aduh-duh ... kepala gue." Karen memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit.

"Lo gak apa-apa Ren, kepala lo kenapa?" tanya Olie khawatir dengan kondisi Karen.

"Ga tau ni Ol, dari pagi tadi kepala gue sakit, tapi sekarang kok malah tambah sakit."

"Kita ke rumah sakit aja ya, biar jelas lo sakit apa," ajak Olie.

"Ya udah deh, gue dah ga kuat nih, sakit banget kepala gue," ucap Karen lirih menahan sakit di kepalanya.

Olie pun segera mengambil kunci mobil Karen dan memapahnya menuju parkiran, lalu pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi Karen. Dia terlihat kesakitan, Karen duduk dengan gelisah sambil memijit-mijit kepalanya. Olie sungguh tak tega melihat kondisi Karen saat ini, baru kali itu Olie melihat Karen kesakitan. Biasanya sakit Karen hanya flu atau masuk angin.

"Ren, kita udah sampai. Lo masih kuat, kan?" tanya Olie.

"Iya Ol, gue masih bisa nahan."

Mereka berdua turun dari mobil dan segera menuju ke UGD, Karen segera ditangani oleh suster dan dokter jaga di UGD.

"Mba, Anda ini apanya nona Karen?" tanya dokter yang tadi memeriksa Karen.

"Saya sahabatnya, Dok. Apa Karen baik-baik saja? Dia gak kenapa- kenapa, kan Dok?" tanya Olie kepada dokter yang diketahui bernama Andrew.

"Mari ikut ke ruangan saya. Ngomong-ngomong pasien apa tidak ada keluarga di sini? Kenapa Anda yang mengantar ke rumah sakit?" tanya dokter Andrew.

"Iya, dia di sini sendiri Dok, kami tinggal di kos yang sama, dia tetangga kos saya sekaligus atasan saya di kantor," jawab Olie memberi penjelasan.

"Oh begitu, sepertinya hubungan kalian sangat dekat ya, saya lihat seperti kakak beradik. Mari silahkan duduk, ucap Dokter mempersilakan, "jadi begini, mengenai kondisi nona Karen, sakit kepalanya itu disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah di otak, penyebabnya bisa beragam dan penanganan terbaik adalah dengan operasi. Saya harap Anda segera menghubungi keluarganya agar dapat segera dilakukan tindakan, karena kalau tidak segera, saya khawatir bisa mengancam nyawa nona Karen," kata Dr. Andrew menjelaskan kondisi Karen.

Olie yang mendengar kabar itu pun tak kuasa menahan tangis, dia tidak ingin kehilangan Karen--sahabat, kakak sekaligus sosok ibu bagi Olie--karena ibunya sudah meninggal sejak dia SMP.

"Ba-baik Dok, saya akan segera hubungi keluarganya. Terima kasih untuk informasinya Dok. Saya boleh tanya, berapa lama dia bisa bertahan sebelum operasi dilakukan?"

"Jika melihat kondisinya sekarang ini, kurang lebih 2 minggu, jadi saya mohon agar segera diputuskan untuk penanganan lebih lanjut agar tidak terjadi kerusakan diotaknya dan ..."

"Baik Dok, saya akan segera kabari keluarganya dan minta mereka segera kemari," ucap Olie menghentikan perkataan dokter Andrew yang seolah-olah menyiratkan kalau Karen tidak akan bertahan hidup.

Olie, ngapain dia di rumah sakit, sapa yang sakit? tanya Richard dalam hati sambil mendekati Olie yang sedang duduk di salah satu kursi dekat ruang rawat Karen.

"Hei ... sapa yang sakit?" sapa Richard.

Saat Olie mendongak dan melihat Richard, reflek dia langsung memeluk Richard dan membuat mereka berdua tersungkur dengan posisi Olie di atas Richard, karena Richard jongkok di depan Olie dan tidak siap saat Olie mendadak memeluknya. Akhirnya tangis Olie pecah, dia menangis di dada Richard dan membuat kaosnya basah. Sadar dengan posisi yang bisa membuat orang yang melihat salah paham, segera Richard bangkit dan mendudukkan Olie di kursi sambil berusaha menenangkan dan menanyakan penyebab dia menangis.

"Lo kenapa Ol, ada apa? Cerita sama gue, apa lo sakit? Apa yang sakit?" Richard menberondong Olie dengan banyak pertanyaan karena begitu penasaran dengan apa yang sedang dialami cewe yang disukainya itu.

"Karen ... hikzz ... hikzz ... Ka-karen ... hikzz ..." ucap Olie terisak karena tidak sanggup mengatakan apa yang terjadi pada Karen.

"Oke, tenangin diri lo dulu, lo bisa ceritain nanti kalau lo udah tenang. Gue bakal temenin lo di sini, lo jangan nangis terus ya, jelek tau kalau lo nangis, ingus lo ke mana-mana," canda Richard untuk menenangkan Olie, dan mau tidak mau Olie pun tersenyum dengan kata-kata Richard yang berhasil menghentikan tangisan Olie.

"Kita ke kantin aja mau, ngobrol santai sambil ngopi? Lo bisa ceritain apa aja sama gue, gue di sini buat lo, dan kayanya lo belom makan ya, perut lo bunyi dari tadi," kata Richard sambil menunjuk perut Olie dan membuatnya malu.

"I-iya, yuk ke kantin aja, dan iya gue belum sempet makan dari pagi makanya perut gue bunyi," ucap Olie sambil berdiri dan mengikuti langkah Richard menuju kantin rumah sakit.

Mereka berdua pergi menuju kantin dan tanpa sadar berpegangan tangan di sepanjang perjalanan menuju kantin. Hal itu membuat hati Olie menghangat dan merasa nyaman juga aman berada di dekat Richard.

Sesampainya di kantin mereka pun segera mencari tempat duduk, dan kebetulan kantin tidak terlalu ramai karena waktu istirahat karyawan sudah berakhir. Mereka memesan makanan, Richard memesan nasi goreng telor dan kopi hitam, sedangkan Olie memesan indomie rebus dan teh hangat.

"Kok makan mie doang? Emang kenyang? Kenapa ga nasi?" tanya Richard sedikit khawatir.

"Gue lagi ga nafsu makan," jawab Olie.

"Ya udah, habisin dulu mienya baru cerita."

Mereka berdua makan dalam keheningan, tidak satu pun membuka suara, hanya sesekali Richard perhatikan wajah Olie yang sendu, terlihat sekali kalau dia sedang bersedih, dan hal itu membuat hati Richard merasa sakit. Ya, entah sejak kapan, Richard mulai memiliki rasa kepada Olie, dibilang cinta mungkin belum, lebih kepada rasa ingin melindungi dan tidak ingin berjauhan.

Setelah mereka menghabiskan makanannya, Richard pun segera membayar makanan itu dan kembali duduk di sebelah Olie lalu memintanya untuk bercerita mengenai hal yang membuatnya sedih.

"Karen, sakit Chard. Ada penyempitan pembuluh darah di otaknya, dan kalau gak segera dioperasi itu bisa membahayakan nyawanya ... hikzz ... hikzz. Gue gak mau kehilangan dia, Chard, gue sayang banget ma dia. Selama ini dia sering ngeluh sakit kepala, tapi cuma dianggap sakit biasa. Dia cuma minum obat sakit kepala yang biasa dijual di warung, padahal sebenare dia lagi meregang nyawa. Gue sebagai sahabat gak tau menahu soal itu, gue bego, Chard, gue bukan sahabat yang baik. Hikzz ... hikzz ..." ucap Olie menjelaskan kondisi yang dialami Karen saat ini.

"Gue turut prihatin sama apa yang menimpa Karen. Gue gak tau seberapa dekat hubungan kalian, karena gue baru kenal lo dua hari yang lalu, tapi gue yakin Karen orang yang sangat-sangat berarti buat lo sampe lo sesedih ini liat kondisi Karen. Gue cuma bisa bantu doa semoga Karen bisa mendapatkan kesembuhan, dan lo jangan takut sendirian, gue janji bakal selalu ada buat lo," ucap Richard menenangkan Olie sambil mengelus punggungnya.

"Makasih, Chard. Gue gak tahu musti berbagi cerita ke siapa karena gue gak punya siapa-siapa di sini selain Karen. Gue gak mau Karen kenapa-kenapa."

"Ssshh ... udah, jangan nangis terus. Mendingan kita temenin Karen, dan jangan tunjukkin muka sedih lo di depan Karen, jangan buat dia khawatir. Kuatin hati lo, ok."

"Hu-um."

Setelah dirasa Olie mulai tenang, Richard pun mengajak Olie menuju kamar rawat Karen. Di sana Karen tertidur, tapi dalam tidurnya pun dia merasa kesakitan, terlihat dari dahinya yang berkerut dalam, dan rintihan kecil dari mulutnya. Melihat itu Olie pun tak kuasa untuk menahan tangisnya. Richard pun reflek memeluk Olie erat, agar tangisannya tidak terdengar oleh Karen.

"Lie ... Olieee ... laporan gimana Lie, udah kelar kan? Oliee ... sakit Lie, kepala gue ... sakit ...." Karen meracau dalam tidurnya, Olie pun terisak dalam diam melihat kondisi Karen.

"Lo kudu kuat ya Ren, lo musti bertahan, lo satu-satunya yang gue punya di sini, lo jangan tinggalin gue Ren, gue janji ga akan protes sama kerjaan apa pun yang lo kasih ke gue, gue akan kerjain semua Ren, tapi lo sembuh ya Ren. Please Ren, lo harus sembuh!" ucap Olie sambil terisak.

Olie sudah menghubungi keluarga Karen di Bali, dan mereka saat ini dalam perjalanan menuju Semarang. Tunangan Karen pun sudah Olie hubungi, dan kebetulan dia sedang di luar kota, jadi belum bisa kembali ke Semarang karena tugasnya belum selesai. Kebetulan tugas itu sangat penting sehingga tidak bisa dia tinggalkan karena itu menyangkut reputasi perusahaan tempat dia bekerja. Maka mau tidak mau dia menitipkan Karen pada Olie, karena dia tahu Olie adalah sahabat terdekat Karen.

Richard pun ikut menemani Olie di rumah sakit setelah sempat pulang untuk mandi dan berganti pakaian, juga mengambilkan baju ganti untuk Olie karena malam ini Olie akan menginap di rumah sakit.

"Malam ... gimana kondisi Karen?" tanyanya.

"Tadi sempet bangun sebentar, terus tidur lagi karena kepalanya masih sakit, tapi dari tadi ngigau terus," jawab Olie.

"Nih baju lo, sori gue gak tau musti bawa yang mana jadi asal ambil aja, sama sori juga gue jadi liat barang pribadi lo, sori ya. Gue gak maksud lancang and gue gak ada pikiran apa-apa kok, suer," Kata Richard sambil menyerahkan tas berisi baju ganti untuk Olie.

Olie pun tersipu malu mendengar kata-kata Richard, terutama kata-katanya soal barang pribadi. Dia benar-benar malu saat ini, tapi mau bagaimana lagi, dia tak mungkin meninggalkan Karen sendiri. Richard sudah tahu tempat kosnya dan bisa dipercaya, maka dari itu Olie tidak masalah memintanya mengambilkan baju ganti, sekalipun itu artinya dia merelakan privasinya diketahui oleh Richard.

"I-iya gak apa-apa ko, gue makasih banget lo mau bantuin, padahal kita baru kenal, dan lo bukan siapa-siapa gue, tapi lo mau berkorban, makasih ya. Gue hutang budi sama lo," ucap Olie tulus, berterima kasih atas kebaikan hati Richard.

"Ga masalah, gue seneng kok bisa bantu, malam ini gue juga bakal ikutan jagain Karen, dan gue harap lo ga nolak karena gue ga mau lo sendirian di sini," kata Richard menatap lekat manik hitam Olie.

"Eh-eh, o-oke kalau itu mau lo, gu-gue seneng kok ada yang nemenin," ucap Olie terbata-bata karena gugup ditatap oleh Richard.

Ini kenapa jantung gue deg-degan gini si, eh tapi tandanya gue masih hidup ya, eh apa si ngaco nih. Duuh ... jantung, lo jangan kenceng-kenceng dong denyutnya, batin Olie.

"Lo nanti tidur di sofa aja, biar gue yang tidur di lantai pake tikar, gue ga mau lo masuk angin," kata Richard membuyarkan lamunan Olie.

"Hah ... ga-gak apa-apa kok, biar gue yang di lantai, gue dah biasa tidur di lantai juga," balas Olie.

"Kalau lo gak mau tidur di sofa, kita tidur berdua di lantai," tegas Richard.

"Hah ... apa lo bilang? Lo mau modus hah?" kata Olie sambil mengangkat tangan ingin memukul lengan Richard, tapi Richard malah memegang tangannya dan mendekatkan wajahnya ke depan wajah Olie dan mengecup hidung Olie.

Olie terbelalak dan terdiam membeku mendapat ciuman dari Richard walau sebatas di hidung, tapi hal itu berhasil membuat jantungnya berdegup makin kencang dan pipinya memanas.

"Wajah lo menggemaskan kalau lagi blushing gitu, jadi pengin yang lebih," goda Richard.

"Ap ... apa!" seru Olie.

Satu jitakan berhasil mendarat di kepala Richard yang masih membungkuk di depan Olie,  dan sontak membuat Richard berjongkok sambil mengelus kepalanya yang berdenyut akibat jitakan Olie yang cukup keras dan menyakitkan.

Melihat Richard kesakitan, Olie pun merasa bersalah, dan ikut mengelus kepala Richard yang dia jitak tadi. Olie tidak menyadari kalau tindakannya membuat jantung Richard berdegup sangat kencang, tapi ada rasa nyaman yang dirasakannya juga. Richard jadi semakin yakin kalau dia memang menyukai Olie, dan bukan sekadar suka, melainkan menyayangi, mencintainya dan ingin Olie menjadi miliknya. Ya, sejak saat itu dia putuskan akan menjadikan Olie miliknya.

"Sorry ya, gue tadi bercandanya keterlaluan. Sakit ya kepala lo? Mana yang sakit?" tanya Olie sambil mengelus kepala Richard.

"Iya gak apa-apa, gue juga salah kok, kelewatan godain lo, he-he ... udah ga sakit kok," kata Richard lalu duduk di sebelah Olie.

Mereka tidak sadar bahwa kegiatan mereka sedari tadi diketahui oleh Karen. Ya, sekalipun dia memejamkan mata, tapi dia tidak benar-benar tidur karena kepalanya berdenyut parah dan dia kesakitan. Dalam hatinya dia bersyukur karena Olie menemukan sosok yang mungkin bisa menggantikan Karen, seandainya Karen terpaksa meninggalkannya.

Tak terasa malam pun semakin larut, tapi Olie masih terjaga. Entah kenapa sangat sulit untuknya memejamkan mata, mungkin karena dia khawatir saat dia memejamkan mata sesuatu terjadi pada sahabatnya, maka dia putuskan untuk begadang malam ini.

"Lo gak ngantuk Ol? Dah malam, sebaiknya lo tidur, biar gue yang gantian jagain Karen," saran Richard.

"Gue gak bisa tidur, gue takut pas gue tidur dia kenapa-kenapa."

"Sshh ... jangan ngomong gitu, gue bakal jagain Karen, kalau ada apa-apa gue bangunin lo. Sekarang lo istirahat ya, gue gak mau lo ikutan sakit karena kurang istirahat," bujuk Richard.

Olie memandang Richard dalam, heran dengan perhatian yang dia berikan padahal mereka baru saja kenal, tapi perlakuan Richard begitu istimewa kepadanya.

"Kenapa ... kenapa lo baik banget sama gue, Chard? Lo kan bukan siapa-siapa gue, tapi lo bela-belain nemenin gue di sini nungguin Karen. Gue ... gue gak tau musti gimana berterima kasih sama lo," ucap Olie terisak karena perhatian Richard.

"Ya, lo emang bukan siapa-siapa gue, tapi yang gue tahu lo udah ngobrak-abrik hati gue. Entah sejak kapan gue ngrasain ini, tapi ngliat lo sedih gini gue juga sakit, gue juga gak mau terjadi apa-apa sama Karen, apalagi sama lo. Gue mau jadi sandaran lo, Ol. Gue pengin jagain lo, gue pengin selalu deket sama lo. Apa boleh gue punya rasa ini Ol? Gue sayang sama lo." Tanpa sadar Richard mengungkapkan perasaannya langsung di depan Olie.

Olie pun terkejut dengan apa yang dirasakan Richard padanya, dan tak dapat dipungkiri kalau benih cinta juga mulai tumbuh di hatinya, melihat ketulusan Richard. Tanpa sadar pun Olie berdiri dan langsung berhampur ke pelukan Richard dan menangis di dadanya.

"Gue ... gue ... ju-juga suka sama lo, gue ... juga gak mau jauh-jauh dari lo, gue mau sama lo terus Chard," ucap Olie sambil memeluk Richard erat dan dibalas dengan kecupan di kepalanya.

"Ekheem ... ini kalian nungguin orang sakit apa mau pacaran? Kalau mau pacaran jangan di sini, lagian ini belum malam minggu," ucap Karen mengagetkan mereka berdua. Sontak mereka segera melepaskan pelukan dan menandang ke arah Karen dengan malu-malu.

"Ka-karen, sejak kapan lo bangun? Gimana, lo merasa baikan?"

"Dari sejak gue denger dia (Richard) bilang sayang terus kalian mesra-mesraan di depan gue," kata Karen yang berhasil membuat Olie blushing.

"Sorry, Ren, gue ga maksud macem-macem, tapi karena lo dah denger sendiri gimana perasaan gue ke Olie, gue sekalian mau minta restu lo, Ren. Bolehkah gue ikut mendampingi Olie, jadi sandaran buat dia?" ucap Richard meminta izin Karen.

"Uhmmm ... gue pikir-pikir dulu ya, Chard. Gue gak mau adik kesayangan gue ini salah pilih. Gue butuh bukti dari lo kalau emang beneran sayang, cinta sama Olie. Kalau gue dah yakin, baru gue serahin dia sepenuhnya buat lo. Lo gak apa-apa, 'kan?" tanya Karen.

"Iya gue ngerti, Ren. Gue gak mau janji apa-apa karena gue yakin gak bisa penuhin, tapi gue akan berusaha bahagiain Olie, jagain dia semampu gue," ucap Richard mantap.

"Gue pegang omongan lo. Ya udah, kalian istirahatlah, udah malem. Gue gak ngantuk karena seharian tidur. Gue gak apa-apa, jangan khawatir. Tar gue tidur kalau udah ngantuk."

"Tapi, Ren, lo yakin udah baikan? Kepala lo masih sakit?"

"Gue gak apa-apa Olie, sakitnya udah berkurang kok. Lo istirahat ya, gue gak mau lo sakit gara-gara gue."

"Gak Ren, gue gak apa-apa kok, gue masih ku ... hoaaammhh ... at melek kok."

"Yakin lo? Mata lo itu udah berat, tinggal lima watt Olie. Lo buruan deh ti ... eh ni anak, gue belum selese ngomong udah ditinggal tidur, dasar. Ya udah lo juga tidur aja Chard, lo keliatan lelah."

"Iya Ren, gue istirahat bentar gak apa-apa ya, kalau lo butuh apa-apa, bangunin gue aja. Hoaaammhh ... gue tidur dulu Ren," pamit Richard yang hanya dibalas anggukan lemah oleh Karen.

Sebelum tidur, Richard membenarkan posisi Olie terlebih dulu. Dia meluruskan kaki Olie karena dia tertidur dengan posisi duduk. Setelah itu Richard pun ikut terlelap di lantai sebelah sofa sambil menggenggam tangan kanan Olie.

Karen yang melihat pemandangan itu terharu dan menangis dalam diam, berdoa agar keduanya bisa berbahagia dan agar dia masih diberi kesempatan untuk melihat adiknya berbahagia. Ya, Karen sangat-sangat menyayangi Olie dan memperlakukan Olie selayaknya adik perempuannya sendiri, karena mereka sama-sama anak tunggal, tapi Olie sudah tidak memiliki siapa pun, sedangkan Karen masih punya orangtua dan tunangan.

Continue Reading

You'll Also Like

30.7K 1.1K 6
Terdengar lagu dangdut dari rumah tetangga seperti hari-hari biasanya. Setiap pagi dan sore mereka seolah berlomba memutar lagu kesukaannya dengan su...
968K 61.5K 37
SLOW UPDATE Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata lentik...
51.1K 5.6K 40
[Romance-Comedy] #Spinoff Pastel Sweater and Mr. Right 🌼 (Bisa dibaca terpisah tetapi lebih baik baca PSaMR dulu) Setiap ada bunga yang mekar, past...
319K 1.1K 3
Warning! 21+ Fantasi belaka Bocil minggir! Ga suka? Skip!