CEO in Training

By KinantiWP

316K 10K 853

Semua orang bermimpi menjadi CEO, atau menikahi seorang CEO. Tapi tidak dengan Moira Latief. Setelah menghind... More

[1] New Diary
[3] First Time
[4] Is He Gay?
[5] Too Sexy For Office
[6] Make Friends
[7] Shake It!
[8] That Bitch
[9] Weekend Duty
[10] Ugly Dress
[11] Brilliant Idea
[12] One Fine Day
[13] Marketing Support
[14] Lazy Ass
[15] Evil Bitch
[16] Old Friend
[17] Disaster
[18] Why Him?
[19] Unexpected Meeting
[20] Ex Attact
[21] Drama Queen
[22] Nomat?
PERFECT
BUKAN UPDATE
SEGERA TERBIT
PRE ORDER

[2] The Talk

12.8K 705 38
By KinantiWP

Minggu, 27 November
9.16 WIB
Ruang Makan

Aku, Mama dan Papa baru saja selesai sarapan.

Dan dalam sejarah hidupku, sarapan tadi adalah yang terpanjang. Aku bahkan tak mampu menyimak lagi apa saja yang Papa katakan sejak dia mulai membahas tentang brand image bagi Laksamana Group. Aku seperti baru saja mendapatkan 3 jam kuliah tambahan. Aku bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir aku belajar tentang tetekbengek bisnis! Kemana semua buku-buku kuliahku dulu? Sepertinya aku perlu belajar ulang untuk memahami semua yang tadi Papa bicarakan.

LORD, HELP ME!

Aku tidak diciptakan untuk menjadi seorang penerus pempimpin perusahaan! Seharusnya Papa dan Mama bikin satu anak laki-laki untuk menjadi penerus perusahaan. Aku kan perempuan! Seharusnya hidupku bisa seperti Mama saja. Menjadi perempuan yang jatuh cinta di usia muda, menikah dengan laki-laki yang selalu memujanya, mengurus rumah tangga, membesarkan anak dan menikmati hidup!!

Dan sepertinya Mama punya ilmu gaib. Karena saat semua pikiranku itu muncul Mama tiba-tiba bertanya, "Kenapa kamu nggak nikah aja, Moi?"

"HAH?" Aku shock mendengar pertanyaan Mama.

"Mama rasa pemikiran kamu, dan keinginan Papa tentang CEO untuk Laksamana Group akan mendapatkan win-win solutions kalau kamu menikah dengan laki-laki yang bisa menjadi pemimpin perusahaan Papa," ucap Mama.

Apa aku sudah gila? Papa baru menguliahi dengan rentetan berita terkini tentang bisnisnya dan Mama tiba-tiba saja membahas tentang pernikahan.

"Moi, sudah punya calon suami? Kenapa Papa nggak pernah dengar?" tanya Papa teralihkan dari presentasi bisnisnya.

"Apa sih, Papa!" protesku. "Aku aja nggak punya pacar, gimana mau punya calon suami."

"Ya, kalau gitu Moi harus mau belajar untuk menggantikan Papa."

"Ih, Mama. Sejak kapan sih Mama jadi keracunan sama ide gilanya Papa soal aku jadi CEO? Kalau Laksamana Group bangkrut gara-gara keputusanku yang absurd gimana?" tantangku.

"Laksamana Group tidak akan tumbang hanya karena satu-dua kesalahan, Moi. Perusahaan kita sudah cukup kuat. Lagi pula akan ada orang-orang di belakang kamu yang mengingatkan agar kamu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan data yang telah miliki. Laksamana Group juga bisa membayar konsultan jika memang diperlukan." Papa mulai kembali membicarakan bisnis.

"Tapi, Pa, gimana kalau aku salah mengambil keputusan dan Laksamana Group mengalami kerugian besar?" tanyaku.

"Sudah, kamu tenang saja. Ada Ben yang akan membantu kamu dalam proses transisi kepemimpinan ini," tegas Papa.

"Ben? Siapa Ben?"

"Ben itu CFO Laksamana Group. Kemaren padahal dia ke sini, tapi kamu nggak turun, jadi Papa baru bisa kenalin dia ke kamu besok."

"You gonna like him. He is a very good guy," ucap Mama.

"Me? Like him?" Aku mengerutkan kening dengan curiga. "Papa sama Mama nggak lagi berusaha jodoh-jodohin aku sama laki-laki tua yang nggak aku kenal itu kan?"

Papa terbahak.

Apa yang lucu? Coba kasih tahu aku apa yang lucu dari pertanyaan itu? I am deadly serious! Aku nggak mau jadi Siti Nurbaya!! Pokoknya ogah!

Sumpah aku pikir tadi Papa bakalan ngompol karena ketawa nggak berhenti-berhenti. Eh, si Mama bukannya menjelaskan malah ikutan ngetawain aku. Aneh banget deh!

Setelah puas tertawa Papa meletakan serbet di atas meja dan menepuk-nepuk pundakku, "Kamu tenang aja."

Dih! Gimana aku bisa tenang kalo mereka mencurigakan begitu?!

Mereka juga sepertinya nggak mau membahas hal itu lebih lanjut karena setelahnya Papa mengajak Mama kembali ke kamar.

Aku sempat memperhatikan Papa yang menggandeng Mama dengan protektif. Ada sedikit rasa bersalah menyusup dalam hatiku. Mungkin aku memang sudah terlalu lama menghilang dari tengah mereka. Mama terlihat begitu rapuh, meski penyakit yang menghinggapi tubuhnya tak mampu memudarkan kecantikan yang dia miliki.

Mama adalah perempuan anggun yang luar biasa baik hati. Dia rela kehilangan karier dan mimpinya menjadi dokter saat harus mengandung dan membesarkanku. Mama adalah seorang dokter. Saat mengandungku, dia sedang merencanakan untuk mengambil specialis. Namun dia urungkan niat itu demi membesarkanku dengan tangannya sendiri.

Mama adalah istri yang sempurna untuk Papa. Dia menemani Papa dalam suka dan duka, dalam setiap keterpurukan dan kerugian yang pernah Papa alami, hingga akhirnya bisa menikmati kesuksesan Papa. Mungkin itu yang membuat Papa begitu memuja istrinya itu. Tak pernah ada pertengkaran besar di antara mereka. Tak pernah ada perdebatan yang keluar dari kamar mereka. Bahkan aku tak pernah menemukan adanya perang dingin di tengah keluargaku.

Aku tumbuh dalam keluarga yang harmonis dan penuh cinta kasih. Itulah yang membuat aku memasang standar tinggi untuk laki-laki yang mendekatiku, apa lagi yang akan menikahiku suatu hari nanti.

Tapi sementara waktu, aku harus mulai bersiap menggantikan Papa di perusahaannya. Paling tidak sampai Mama sehat, atau sampai ada laki-laki yang layak menjadi pendampingku dan mampu memimpin perusahaan Papa. Sampai saat itu terjadi, aku harus menguatkan diri dan belajar demi kelangsungan bisnis Laksamana Group.

Dan sepertinya, aku juga harus memilih pakaian untuk aku pakai besok ke kantor Papa.

Baju apa yang harus aku pakai???

Oh, Lord!

Aku tidak punya pakaian kerja!!

Sebaiknya aku mulai menelusuri lemariku dan mencari pakaian yang layak untuk besok.

Bye.

---

---

(masih) Minggu, 27 November
11.48 WIB
Kamar Kece

AKU TIDAK BISA MENEMUKAN APAPUN!

Maksudku, tak ada bajuku yang cukup layak aku gunakan untuk ke kantor.

Aku hanya punya terlalu banyak baju santai dan jeans, selemari sunny dress, serta baju pesta. Apa aku boleh ke kantor pakai jeans?

Sebaiknya aku minta pendapat Papa.

Atau, sebaiknya aku belanja ke mall.

Tapi baju seperti apa yang digunakan orang-orang untuk bekerja di Laksamana Group? Casual atau resmi? Aku bahkan belum pernah menginjakan kaki ke kantor Papa sejak masih jadi bocah ingusan. Aku jelas bukan tipe anak yang doyan main di kantor orang tuanya.

Aduh! Sepertinya aku benar-benar harus konsultasi sama Papa.

Oke! Aku cari Papa dulu ya, diary.

Bye.

---

---

(masih) Minggu, 27 November
13.04 WIB
Kamar Kece

Aku sudah makan siang.

Aku juga sudah bertanya pada Papa tentang baju apa yang seharusnya aku pakai ke kantornya besok. Tapi Papa hanya menjawab aku boleh memakai pakaian apa saja yang aku inginkan asal rapi.

Jawaban macam apaaaaahhh??

Rapi yang seperti apa yang Papa maksud??

Oh Lord, Aku bisa gila hanya karena persoalan baju!

---

---

(masih) Minggu, 27 November
21.19 WIB
Kamar Kece

Diary, aku menyerah!

Ini sudah malam dan aku masih belum mapu menentukan baju mana yang layak untuk aku gunakan ke kantor Papa besok pagi. Mungkin aku akan menggunakan salah satu dress yang kumiliki. Dan, semoga saja aku tidak salah kostum.

Ada beberapa pakaian yang sekarang teronggok di atas ranjangku. Pakaian-pakaian itu harus aku singkirkan agar aku bisa tidur. Aku juga sudah menggantung tiga dress yang besok akan aku jadikan pilihan pakaian perdanaku ke kantor. Lalu aku harus tidur cepat. Karena besok, aku perlu mempersiapkan diri lebih pagi. Doakan aku mampu memberi kesan yang baik pada para direksi Laksamana Group. Aku tidak ingin mempermalukan Papa.

Good night.

Continue Reading

You'll Also Like

205K 25.1K 31
Reuben Rasya Atmadja, bertahun-tahun mencintai Alia-sahabatnya. Dan dia berpura-pura ikut bahagia atas kebahagiaan sahabatnya yang sudah menjalin cin...
15.7K 1.5K 11
[FOLLOW UNTUK MEMBACA] In the world of law, there is a term called the presumption of innocence. This principle states that a person is obliged to b...
1.4K 244 28
Rasi bertemu lagi dengan Kakak tingkat masa kuliahnya, plus orang yang ditaksirnya. Kali ini Ryu, sang kakak tingkat membalas perasaannya. Sial, Mama...
127K 14.1K 47
I can smile because we're together, i can cry because it's you. So what can't i do? - smile flower