My Unintended [PROSES PENERBI...

By Foebeeism

227K 34.9K 7K

"If shopping is what makes her happy, I'll just need to work hard so that she'll be happy. But I know she's m... More

Prologue
Dari Author
.:1:.
.:2:.
.:3:.
.:4:.
.:5:.
.:6:.
.:7:.
.:8:.
.:9:.
.:10:.
.:11:.
.:12:.
.:13:.
.:14:.
.:15:.
.:16:.
.:17:.
.:19:.
ATTENTION
Hai
.:32:.
.:33:.
OPEN PO
GIVE AWAY
Prosecution Open PO
.:34:.
Buat Pembeli Novel MU
Moving (not a new chapter)

.:18:.

5.7K 1.4K 163
By Foebeeism

Helen melilitkan handuk di kepalanya, membuatnya seperti turban berukuran besar. Ia melihat pantulan dirinya di cermin, menatap sosok wanita yang ada disana.

If anything goes wrong, you have me.

Kalimat itu terngiang di telinga Helen, membuatnya tersenyum simpul.

Everything is fine...

Helen memalingkan tatapannya, ia kemudian melangkah menuju walk in closet miliknya – ruangan itu kini sudah kembali seperti keadaan semula, Helen bekerja keras untuk merapikannya setelah pulang tadi. Sebagai bayaran atas semua hal yang membuatnya lelah hari ini, ia mengakhiri kegiatannya dengan berendam di air hangat dalam waktu yang lama.

Wanita itu mengeluarkan gaun tidur berwarna putih gading dari salah satu tumpukan lipatan pakaian dan segera memakainya. Helen lalu mengambil hairdryer, bermaksud mengeringkan rambutnya sebelum ia terkena flu musim panas. Dengan hati-hati, ia melakukan ritual setiap malamnya itu; mengeringkan rambut, menggunakan vitamin setelahnya untuk memastikan keindahan mahkotanya tetap terjaga.

Selesai dengan rambutnya, Helen kembali ke dalam kamar. Ia menjatuhkan diri ke atas tempat tidur, berbaring telentang, tangannya mencari-cari ponsel yang ada di di atas nakas di samping tempat tidurnya. Tak lama, benda berwarna rose gold itu sudah ada di tangannya. helen menolehkan kepalanya ke arah kanan, menghadap ke layar ponsel tersebut, ibu jarinya sibuk mengutak atik apa yang tertera di layar.

Helen tidak mengerti apa yang ia lakukan saat itu. kepalanya terlalu penuh dengan berbagai hal sehingga ia bahkan tidak tahu harus melakukan apa.

Tidak ada berita yang menarik, batin Helen saat melihat-lihat laman sebuah majalah elektronik. Ia lalu beralih ke media sosial yang ia install di ponselnya, mencari-cari sesuatu yang menarik dari feed yang ada. Ia melakukan kegiatan tersebut tidak terlalu lama, dalam waktu beberapa menit Helen sudah mengunci kembali ponselnya. Setelahnya, ia melemparkan benda itu tak tentu arah – tentu saja dengan tenaga minimal sehingga ponselnya hanya terlempar beberapa senti dari tangannya.

Wanita itu menutup matanya dengan tangan.

If anything goes wrong, you have me.

Helen menghela napas, adik sialan, kau membuatku mengingat hal yang tidak perlu.

DRRTT...

Terasa getaran di dekat tangan Helen, sepertinya berasal dari ponselnya. Helen mencari sumber getaran tersebut dan benda mungil itu pun kembali berada di tangannya. Ia melihat alasan ponselnya bergetar...

Luke?

Helen menggeser layar ponselnya untuk mengangkat telepon tersebut.

"Halo?" ucapnya.

"Hey...apa aku mengganggu?"

"Tidak sama sekali. Ada apa, Luke?"

"Uhm...hanya memastikan, apa kau baik-baik saja?"

Helen terkekeh pelan, "Pertanyaan macam apa itu..."

"Just wondering..."

"I'm fine, Luke. Everything's fine."

"Baguslah, mungkin aku terlalu banyak berpikir."

"Tepatnya apa yang kau pikirkan?"

"Aku hanya merasa kau sedikit berbeda saat aku mengantarmu pulang."

Perkataan Luke membuat Helen terdiam. Lama ia tak bersuara sampai suara Luke menyadarkannya dari lamunan.

"Helen, kau masih di sana?"

Helen mengerjap beberapa kali, "Ah...ya."

"Jadi memang ada sesuatu yang mengganggumu."

"Apa? Tidak, tidak ada, Luke."

"Look, Helen, jika itu berhubungan dengan apapun yang Davis katakan, mungkin kau akan merasa lebih baik jika menceritakannya padaku?"

"Tidak, Luke. Aku tidak ada masalah apapun yang berhubungan dengan hal itu, tenang saja."

"Okay...that's cool then."

Dan seketika hening.

"Luke, aku..."

"Jadi apa yang kau lakukan sekarang?"

Mereka mengatakannya di waktu yang hampir bersamaan. Terdengar tawa kecil dari seberang sana, membuat Helen ikut tersenyum simpul.

"Lady's first." ucap Luke.

"Sebenarnya bukan hal yang penting..."

"Apapun itu, Helen. I'm all ears."

Helen mengubah posisi ponselnya, memindahkan benda itu ke telinga kiri. "Aku hanya penasaran mengenai apa yang sebenarnya terjadi."

"Tentang apa?"

"Kau dan...err...wanita itu."

Untuk beberapa saat, Luke tidak menjawab apapun."Ah...jadi itu memang mengganggumu." ucapnya kemudian, seolah baru saja mengerti maksud dari kalimat Helen. "Itu agak sedikit...rumit."

"Kau tidak menyukainya?"

"Sejujurnya, aku punya ketertarikan terhadapnya, hanya saja...tidak, bukan begitu caranya."

Helen membiarkan Luke meneruskan ceritanya.

"Dia wanita yang baik, aku akui itu, tapi aku tidak siap untuk hubungan apapun. Aku belum siap. Dan aku juga tidak ingin dicap sebagai lelaki yang tidak bisa mengontrol nafsunya. Terlalu banyak resiko, bahkan jika kau memakai pengaman...astaga, apa yang kubicarakan..."

"I don't mind...just go on, Luke."

"Maksudku...aku tidak ingin ada kesalahan lain. Aku adalah hasil dari suatu kesalahan, aku sangat yakin akan hal itu. Memangnya apa lagi alasan seseorang membiarkan seorang bayi tergeletak begitu saja diluar jika mereka memang menginginkannya?"

Helen menggigit bibir bawahnya, ia tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Teman-temanku memang membanggakan diri mereka, terutama mengenai hal yang mereka sebut sebagai penaklukan para gadis – mereka seolah berlomba untuk menyombongkan hal yang mereka anggap sebagai prestasi. Mereka tidak tahu apa yang sekiranya terjadi jika ada satu langkah yang salah, kecelakaan bisa terjadi kapanpun. Setidaknya aku memperkecil kemungkinan itu dengan tidak sembarangan menyentuh gadis manapun."

"Lalu mereka dengan seenaknya menjebakmu." Helen mengucapkannya dengan lirih, hanya gumaman yang ia harap tidak sampai ke telinga Luke.

Tapi pria itu mendengarnya. "Ya, mereka menganggapku terlalu kaku atau mungkin takut untuk mengambil langkah awal sehingga terciptalah skenario itu. Setelah malam itu, aku menunggu. Aku berharap tidak ada hal lain yang terjadi. sangat berharap tidak ada kesalahan yang berarti malam itu. untuk beberapa minggu aku bahkan menghindari wanita itu dan teman-temanku."

"Lalu bagaimana?"

"Pada akhirnya tidak ada yang terjadi. Thank God, tidak harus ada anak lain yang bernasib sama sepertiku."

"Bukankah nasibmu cukup baik?"

"Sekarang, mungkin. Tapi coba bayangkan jika McClary tidak menemukanku saat itu."

"Tapi ia menemukanmu..." Tidak ada suara dari seberang sana. Helen masih menunggu beberapa saat sebelum melanjutkan, "Satu-satunya kesalahan yang dilakukan orang tuamu adalah meninggalkanmu di sana. Aku bersyukur kau ada, Luke. Semuanya sudah ditentukan dan kau memang ditakdirkan untuk ada di sini. Tidak ada yang salah dengan itu. Tidak ada hal yang namanya kebetulan, semuanya sudah tertulis di takdirmu. Kau memang ditakdirkan untuk menjadi seorang McClary. Itu saja."

"Kau membuat segalanya menjadi terdengar mudah..."

"Semuanya akan menjadi lebih sulit jika kau hanya memikirkannya sendirian." jelas Helen. "Dan sebagai seseorang yang dekat denganmu, tugasku adalah memastikan kau tidak terjebak dalam pikiran yang kau buat sendiri."

"Mungkin ini rasanya memiliki seorang ibu." goda Luke.

"Anggap saja aku terlalu sering menceramahi adik-adikku."

Luke tertawa, "Mungkin saja. Tapi...terima kasih untuk 'ceramah'mu tadi, benar-benar mencerahkan."

"Berhenti menyindirku, Tuan McClary."

"Menyindirmu? Untuk apa? Aku sungguh-sungguh mengatakannya, perkataanmu tadi sangat berarti untukku."

Helen memainkan ujung bantalnya, "O...kay...you're welcome..." ia berdeham sebelum kembali memulai percakapan, "Kembali ke topik semula, bagaimana dengan wanita itu?"

"Percaya atau tidak, ia menjadi istri Edgar sekarang."

"Apa??" Helen sangat terkejut saat mendengar hal itu.

"Aku juga tidak tahu bagaimana persisnya." Luke terkekeh, "Aku sangat kaget tadi begitu melihat mereka berdua bersama."

"Apa kau merasa lega?"

"Sejujurnya, ya. Banyak hal yang ingin aku tanyakan pada mereka, tapi terkadang beberapa hal akan jadi lebih baik jika kita tidak mengetahuinya."

"Kau benar..."

"Setidaknya mereka bahagia sekarang."

"Apa kau bahagia, Luke?"

"Untuk saat ini...ya."

Helen hanya tersenyum mendengar hal itu.

"Apa kau sudah mau tidur?"

"Sebenarnya belum..."

"Tidurlah, Helen, sudah cukup larut."

"Jika kau berpikir aku harus tidur sekarang karena takut aku akan terlambat bekerja besok, kau tidak perlu khawatir, Bos." canda Helen.

Tawa kecil itu terdengar kembali, "No, Helen, I really mean it."

"Okaaaay, Daddy...I'll go to sleep like a good girl."

"Goodnight, Helen."

"Kau juga."

Helen mematikan teleponnya. Ingatannya lalu kembali ke saat Luke mengantarnya pulang tadi.

Mereka berdua tiba di depan rumah Helen. Setelah turun dari motor dan mengembalikan helm yang ia kenakan, Helen berpamitan dan hendak masuk ke dalam rumah.

"Hey, Helen." Luke tiba-tiba memanggilnya saat Helen sudah setengah jalan menuju pintu depan.

"Kenapa?" tanya Helen setelah sebelumnya kembali berbalik ke arah Luke.

Pria itu mengetuk-ngetukkan jarinya di helm yang tadi Helen kenakan, "Ehm...apa aku boleh meminta nomor teleponmu?"

Helen mengernyit, bingung.

"Maksudku, aku memang memiliki nomor telepon rumahmu – bagaimanapun juga itu ada di data pelanggan kami. Tapi, apa aku boleh meminta nomor ponselmu? Atau mungkin email?"

Helen mengulum senyumnya, "No problem." ia lalu kembali mendekati Luke, tangannya terjulur ke depan.

"Apa?" tanya pria itu.

"Mana ponselmu?"

Luke lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya, meletakkan benda itu ke tangan Helen. Wanita itu lantas mengetikkan sesuatu di sana.

"Done. Now, i'm on your contact."

"Dan sekarang aku tidak perlu kerepotan saat harus mencarimu hanya karena kau tiba-tiba menghilang."

Helen tertawa. Ia berpamitan sekali lagi lalu masuk ke rumahnya.

Kejadian itu cukup membuat Helen sedikit melupakan hal yang tiba-tiba mengganggu pikirannya. Ia tersenyum, membiarkan ingatan itu mengantarnya ke alam mimpi.

##########

kayaknya dua hari ini jadi keseringan update tengah malem... (=_=")

maaf yaa...siangnya masih ada kerjaan lain, jadi baru sempet ngetik malem2, ini pun minjem laptop orang berhubung laptopku kejang2 lagi (T_T)

Good night, big hugs and kisses for you all...

still waiting for your vomments :*

Continue Reading

You'll Also Like

377K 47.1K 57
TAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Jatuh hati sendiri: check! Patah hati sendiri: double check! Status hubungan dengan A...
133K 7.2K 50
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...
60.4K 11.5K 21
COMING SOON...
505K 47.5K 111
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...