Fisika Vs Bahasa Inggris [COM...

By LavenderVio

89.7K 4.9K 315

Ini tentang seorang gadis penyuka Fisika namun tidak suka dengan Bhs. Inggris. dia adalah Aileen Aurelia Gri... More

Prolog
Guru Bhs. Inggris enggak masuk
Ulangan Fisika
Pretended to be serious,but caught
Go Home Whit Devan
Cakra Lagi!
Ulangan Bhs.Inggris
Ketika semuanya teringat kembali
Untuk Aileen
When He Came Back With Memories Of That
Pelajaran Olahraga
Afandra !!!
Hukum Kekekalan Energi
Debat Bhs. Ingris
Philosophie Naturalis Principian Mathematica
Memories
Lebih Dekat
Ledakan besar!
Hukum Gravitasi Newton
Awal dari semuanya
Awal Dari Semuanya #2
Dating a Double
Terungkap !!!
Mencari Aileen
Ada Apa Dengan Cakra !!!
Museum Naruto
With You
Santai Tanpa Perdebatan
Memulai Atau memutuskan
Bolos
Keputusan
Double date (2)
Pengakuan
END
Sayang kalian!!!
syuka!! wkwk
10th February
Ketemu Aileen dan Cakra

Matahari dan Bintang mencari bulan.

1.4K 86 5
By LavenderVio

Bab 22

Matahari dan Bintang Mencari Bulan

Di tengah keramain mall, Aileen dan Vanila tengah duduk sambil menyesap minuman yang di belinya. Setelah selesai nonton film tadi, Vanila langsung merasa lapar sehingga mau tidak mau Aileen harus ikut karena Vanila merengek. Seharusnya Vanila senang jika Aileen tidak ikut dengannya bersama Cakra, bukankah itu waktu mereka bisa berdua-pikir Aileen.

"Leen, Sorry yah gue maksa lo beli makanan," kata Vanila mengusir kesunyian di antara mereka berdua.

Aileen menoleh, "Halah, nggak papa kali, Van. Gue juga lapar kok." Bohong Aileen.

"Udah deh, jangan bohong. Tadi lo nolak gue ajak kan? Terus sekarang lo bilang juga lapar. Gue tau lo pasti kesel sama gue, gue bukan orang bego yah." Celoteh Vanila

Aileen terkekeh,"Gue tau lo bukan orang bego, buktinya aja lo bisa analisis perasaan gue. Sorry, ia gue emang kesel. Tapi udahlah abaikan aja." Kata Aileen kemudian merongo ponselnya di dalam tasnya.

Tiba-tiba datang Devan dengan sekantong makanan di tangan kanannya, dengan cepat pria itu meletakkan kantongan yang berisi burger di atas meja. "Lo beli apa?" tanya Vanila

"Kepo." Vanila langsung mengerucut bibirnya kesal. "Yeh, santai aja kali, gue kan Cuma nanya."

"Lah, gue kan cuma bilang dong. "Vanila langsung mengulum bibirnya dan mengalihkan pandangannya kearah ponselnya.

"Dev? Kok kamu beli ini sih? Siapa yang suruh?" tanya Aileen sambil megutak-atik isi kantongan yang di bawah Devan tadi. "Oh gue tau lo pasti lapar, makan aja nih. " kata Devan.

Aileen langsung tersenyum, kemudian meraih burger itu dan melahapnya. Sementara Vanila memilih diam dan mengutak-atik ponselnya untuk mengubungi keberadaan pria es yang bersamanya tadi.

"Nih makan aja, gue bawa banyak kok." Kata Devan sambil menyodorkan kotak yang berisi burger ke hadapan Vanila. "Lo nggak naruh racun kan?" tanya Vanila yang langsung membuat Devan terkejut. Hingga tanpa pikir panjang, Devan langsung meraih burger itu dan memasukkannya ke mulut Vanila dengan paksa.

"Makan noh, supaya lo mati aja sekalian." Ucap Devan setelah puas membuat Vanila menggigit burger yang di bawahnya tadi.

Sementara Aileen hanya menatap kedua orang di hadapannya. Bahkan Aileen sama sekali tidak begitu peduli melihat Devan menyuapi Vanila. Karena memang itu kelihatan di paksakan. Mungkin Devan kesal karena itu ia melakukan itu-pikir Aileen.

"Van kita pulang yuk?" tanya Cakra yang tiba-tiba datang entah dari mana.

Vanila terkejut kemudian menoleh menatap pria tinggi denga wajah datar khas miliknya. "Dari mana aja lo?" tanya Vanila dengan mulut masih menguyah burger di mulutnya.

Cakra menghela nafas kesal, ia tidak suka saat ia bertanya malah di jawab dengan pertanyaan saja. seharusnya Vanila menjawab pertanyaannya dulu baru mengelurkan pertanyaan.

"Ka? Gue nanya? Lo dari mana?" tanya Vanila kesal karena Cakra malah memilh duduk daripada menjawab pertanyaannya.

"Lo juga nggak jawab pertanyaan gue." Ucap Cakra

Vanila lagi-lagi mengulum bibirnya untuk kedua kalinya. Sudah cukup sikap Devan membuatnya ingin melempar sepatu ke wajahnya, kini di tambah Cakra. Mungkin jika itu terjadi, Vanila akan pulang tanpa sepatu.

"Iya kita pulang sekarang tapi mampir ke toko buku dulu yah?" ucap Vanila dan Cakra mengangguk," Gue dari toilet." Vanila ikut mengangguk kemudian berdiri sambil mengapitkan tasnya di kedua bahunya. "Yuk." Kata Vanila dan Cakra mengangguk sambil meraih tangan Vanila untuk di genggam kemudian mereka berdua pergi dari sana.

"Gue dulu ya,Leen. Nanti gue chat lo." Kata Vanila sebelum pergi dari sana.

Kini tingga Aileen dan Devan yang tersisah. Aileen tidak tahu harus berbuat apa, karena entah kenapa setelah kepergian Vanila dan Cakra kesuyian melanda mereka. Hingga Aileen memutuskan untuk membuka ponselnya dan menonton film Naruto di sana.

"Gue patung?" tanya Devan namun Aileen tidak mendengarnya karena dua telinganya tersumbat handset.

"Leen?" panggil Devan namun lagi-lagi Aileen tidak menyahut.

"Pacarnya Devan?" ucap Devan dengan nada yang lebih keras hingga membuat beberapa pengunjung menoleh kearah mereka. "Issh apa-apan sih Dev, malu tau!" kata Aileen sambil menekan tombol pouse dan menarik handset yang menyumbat kedua telinganya.

"Lah dari tadi aku manggil, kamu nggak nyaut. Jadi aku teriak." Kata Devan

Aileen langsung terkekeh,"Aku pake handset. Sorry." Devan mengangguk.

"Kamu nonton apa sih? Sampe pacar yang ganteng ini di abaikan." Tanya Devan

Aileen lagi-lagi terkekeh,"Pede amat pak, aku nonton Naruto."

Kedua mata Devan langsung membulat tidak percaya,"Sejak kapan kamu suka Naruto?"

Aileen menaikkan kedua bahunya,"Lupa. Yang penting sekarang aku suka Naruto." Kata Aileen.

"Naruto atau Devan?" tanya Devan sambil tersenyum jahil kearah Aileen.

Aileen kemudian berpikir sejenak. "Naruto lah," mata Devan langsung meloto kearah Aileen hingga membuat gadis itu tersenyum,"Iya-iya. Aku pilih dua-duanya," kata Aileen

"Kenapa nggak pilih Devan aja?"

"Nggak bisa. Devan sama Naruto sama-sama 50%, jadi nggak bisa."

"Jadi aku Cuma 50%?" Aileen mengangguk sambil menahan senyumannya melihat wajah Devan cemburu. "Yaudah, aku mau pulang." Kata Devan sambil beranjak dari duduknya hendak pergi namun lengannya langsung di tahan oleh Aileen. "Ceritanya ngambek?" tanya Aileen masih menahan tawanya.

Devan diam,"Biasanya cewe yang ngambek, lah ini cowo." Devan langsung menoleh kemudian mempelototi Aileen yang langsung membuat gadis itu tak bisa lagi menahan tawanya.

"Tawa aja terus, jadi gimana nih mau pulang atau jalan-jalan dulu?" tanya Devan

"Tsh, kapten tim basket ngambek." Tawa Aileen semakin meledak. Hingga membuat Devan memutar bola matanya jengah. "Kita jalan-jalan dulu deh, sekalian juga kan?"

Devan mengangguk setuju,"Yaudah kita jalan-jalan."

***

Vanila langsung menghempas tubuhnya ke sofa, tanpa peduli lagi dengan luka akbat keserempet motor. Sementara Cakra langsung menghela nafas jengah melihat Vanila yang sudah berbarig di sofa. Dengan cepat Cakra berjalan mengambil kotak p3k yang berada di lemari bagian sudut ruang tamu kemudian mmeberikannya kepada Vanila.

"Nih obati," kata Cakra sambil menyodorkan kotak berisi beberapa obat. Vanila yang mendengar suara Cakra langsung membuka matanya kemudian menoleh menghadap pria itu. "Bunda mana?" tanya Vanila sambil meraih kotak itu dan membukanya.

"Mungkin ke pasar." Kata Cakra kemudian berjalan meninggalkan Vanila yang masih mengobati lukanya sendiri. Pria itu memang seperti itu, Cakra tidak suka Vanila jadi gadis yang manja. Cakra mau Vanila menjadi gadis yang tangguh.

"Ka? Devan sama Aileen pacaran udah lama?" tanya Vanila yang langsung membuat Cakra menghentikan langkahnya. "Gue nggak tau." Ucap Cakra kembali melangkah memasuki kamarnya.

"Entah kenapa gue sikapnya aneh kalo soal Aileen sama Devan." Guman Vanila

***

Aileen tersenyum begitu melihat kelincahan Devan melempar bola basket ke ring. Yah, tentu saja secara Devan adalah ketua tim basket, tapi entah kenapa saat ini Aileen merasa Devan terlihat sangat tampan di matanya.

"Nah giliran kamu, nggak seru kalau aku yang main mulu." Ucap Devan

"Lah, main aja, aku lagi males main." Kata Aileen

"Yaudah kita cari permainan lagi,yuk. Kalau di sini bisa-bisa semua kupon aku yang menangin. Bagi-bagi dikit nggak papa lah," ucap Devan

"Tsh, dasar pamer."

Aileen dan Devan pun meninggalkan tempat itu dan memilih mencari permainan yang menurut mereka lebih seru. Hingga tanpa sengaja mata Aileen menangkap sebuah jaket di sebuah toko. Itu bukan jaket biasa, jaket itu memiliki motif seperti jubah saat Naruto melawan Pain.

"Dev, kita ke sana yuk." Ajak Aileen sambil menunjuk toko yang di maksudnya. Tanpa menunggu persetujuan Devan, Aileen sudah menarik tangan Devan untuk pergi.

Mata Aileen seakan berbinar saat melihat jaket dominan warna maroon itu, sementara Devan malah memutar bola matanya jengah. "Jadi ini yang buat kamu seneng gitu?" kata Devan memutar bola matanya jengah.

Tanpa peduli ucapan Devan,Aileen langsung merongo sakunya mencari lembara uang yang selalu di sisipkan di semua kantong pakaiannya. Aileen selalu begitu, ia berpikir akan sangat menyusahkan jika tiba-tiba ia lupa membawa uang.

"Udah biar aku yang bayar," kata Devan sedikit datar.

Aileen tanpa peduli dengan Devan langsung mengangguk kemudian meraih jaket itu dan menyerahkannya ke kasir untuk di bayar.

***

"Cla? Lo jangan bertindak gegabah, tadi lo hampir ketauan tau." Ucap seorang gadis berpakaian serba hitam. Sementara gadis bernama Clarista ini hanya tersenyum,"Gue nggak peduli." Ucap Clarista.

Tiba-tiba tangannya meraih tas kecilnya dan menyelipkan di salah satu bahu mungilnya kemudian meninggalkan gadis yang berpakaian serba hitam itu.

Setelah meninggalkan tempat itu, Clarista langsung memasuki mobilnya dan melaju kencang meninggalkan halaman parkir mall itu. "Sekarang!" ucap Clarista kepada seseorang yang di hubunginya melalui ponselnya.

Senyuman sinis kembali di perlihatkan Clarista kemudian melempar ponselnya ke luar. Tak boleh ada bukti itu yang di pikirkan Clarista hingga rela membuang ponselnya yang baru beberapa bulan lalu di belinya.

***

"Leen, kamu jangan kemana-mana yah, tunggu aku disini. Aku mau ke toilet bentar. " Aileen mengangguk paham kemudian Devan tersenyum.

"Ingat jangan kemana-mana." Ucap Devan sekali lagi sebelum pergi dari tempat itu.

Setelah kepergian Devan, Aileen langsung duduk di salah satu kursi di sana. Tidak mungkin ia terus berdiri, bisa-bisa orang-orang menganggapnya aneh. Terlebih lagi kakinya juga tidak akan mampu menahannya lebih lama.

Aileen kemudian terkekeh sendiri, melihat tingkah Devan yang begitu posesif kepadanya. Ia juga bingung sendiri, kenapa sikap pria itu begitu. Jika diingat-ingat sikap Devan seperti itu setelah Clarista mempermalukannya di depan umum.

Jika boleh jujur, Aileen cukup senang dengan sikap perhatian itu namun jika berlebih mungkin Aileen akan muak. Bukan Aileen tidak suka, hanya saja itu terlihat menyebalkan. Membuat Aileen seakan di kurung.

Mata Aileen kemudian beralih dengan kantongan yang berisi jaket yang di belinya tadi bersama Devan. "Nggak sabar pake." Guman Aileen sambil terkekeh sendiri. Mungkin jika ia memberitahu Alika pasti Alika tidak percaya.

"Hai?" ucapan itu langsung membuat Aileen menoleh dan mendapati sosok pria yang cukup tampan namun tidak setampan Devan. Aileen tersenyum sebagai jawaban- sopan santun itu penting-

"Sendirian aja, Devan mana?" kening Aileen mengerut. Ia tidak tahu Devan punya teman seperti pria di hadapannya ini.

"Oh ke toilet bentar, kenapa? " pria itu menggeleng.

"Gue tau kok, kan tadi gue ketemu dia di jalan." Kekehnya

Kening Aileen semakin mengerut,"Oh."

"Devan bilang kamu mending nunggu di mobil, aku disuruh jagain kamu." Ucap pria itu. Namun Aileen memilih menggeleng,"Nggak usah gue nunggu di sini aja." Kata Aileen

"Yah jangan nolak dong, gue nanti di marahin Devan loh," namun Aileen tidak menanggapinya ia memilih diam saja.

"Lo nggak percaya gue temannya Devan? Yaudah nih buktinya," kata pria itu sambil menyerahkan secarik foto ke hadapan Aileen.

Aileen meraih foto itu, dan benar di sana telihat wajah Devan dan pria di hadapannya yang terlihat akrab. "Yaudah kita ke mobilnya Devan." Senyuma pria itu seketika mengambang kemudian menggiring Aileen ke jalan yang benar.

"Kalau lo di izinin pergi ke luar negeri, negera apa yang lo mau datangi?" pertanyaan pria ini memang sangat mendadak, bahkan terasa aneh di telinga Aileen. Pria ini bahkan tidak menyebutkan namanya lalu sekarang bertingkah sok mengenal dirinya.

"Jepang!" jawaban singkat yang keluarkan Aileen. Ia kesal. Tapi mau bagaimana lagi.

Sementra pri itu hanya tersenyum dan kembali fokus berjalan.

"Kita udah sampai." Kata pria itu, sementara Aileen terheran. Ini bukan mobil Devan tapi..

"Loh kok ini bukan mobil Devan?"

"Emang!" ucapan pria ini tiba-tiba terdengar kasar. Tanpa pikir panjang pria itu langsung meyumbat hidung dan mulut Aileen dengan kain yang sudah di beri obat bius. Dan setelah itu Aileen menutup matanya dan saat itu juga Aileen tahu keadaanya selanjutnya akan tidak baik-baik saja.

***

Devan kembali dari toilet langsung terkejut melihat gadis yang di pintanya untuk dia disana tidak ada di tempat. Wajah Devan seketika menjadi pusat, di carinya Aileen di sekitar tempat itu namun gadis itu tidak ada.

Ponsel Devan tiba-tiba berdering, untuk pertama kalinya Devan membenci mendengar ponselnya itu, di saat seperti ini ia sedang sibuk harus di ganggu dengan bunyi ponsel ini, jika boleh ia akan memaki siapapun yang menghubunginya di saat seperti ini.

"Kenapa?" ucap Devan kesal.

"Lo dimana sekarang? lo sama Aileen baik-baik aja kan?" tanya Cakra.

"Ka, tolongin gue, Aileen menghilang!" rengek Devan.

"Jangan bercanda, Dev."

"BUAT APA GUE BENCADA. AILEEN BENERAN HILANG."

"Oke gue kesana sekarang!" setelah menutup panggilannya Devan kembali berlari mencari keberadaan Aileen.

Devan menyesal, meninggalkan gadis itu sendirian. Jika waktu boleh di putar, Devan tidak akan mengulangi kesalahannya itu, sungguh. Devan kembali berlari mencari gadis itu di tengah-tengah orang banyak, hingga otaknya menunjuk seseorang yang di yakininya adalah dalang dari semua ini.

Beberapa kali Devan mencoba menghubungi Claritas namun ponselnya langsung tidak aktif. Ini gila, Devan mau melapor ke kantor polisi tapi waktu Ailee menghilang belum 24 jam. Akhirnya Devan kembali meberlari mencari gadis itu.

"Kepada saudara yang bernama Aileen dimohon datang ke sumber suara. Sekarang! ada seseorang yang mencari anda."

Devan mendengarnya, benar! Jika Aileen hanya berjalan-jalan di sekitar mall ini maka Aileen akan menengar suara itu dan akan datang ke tempat itu. Kenapa Devan tidak memikirkannya.

"Lo yang lakuin itu?" tanya Devan pada orang yang sedang di hubunginya itu.

"Iya!" jawaban singkat- ciri khas seorang Cakra-

***

Seorang gadis berambut panjang dengan tubuh mungil di balut dress berwana pink lembut tengah berdiri di pinggir jalan dengan rangkaian bunga mawar pink di tangannya. Sesekali gadis itu menoleh ke sekitarnya seakan menunggu seseorang.

Alisha nama gadis itu, wajahnya terlihat kebingungan, pasalnya Fathur sudah berjanji untuk menjemputnya namun sampai sekarang pria itu masih tidak mucul di hadapannya. "Telat 20 menit." Guman Alisha sambil menata sekilas jam yang melingkar di tangannya.

Hari ini Alisha akan ke sebuah pesta, namun sebelum itu ia akan mampir ke makam ibunya untuk mengganti bunga lavender yang beberapa waktu lalu di bawanya. Pesta yang akan di datangi Alisha hanya pesta biasa yang di buat teman-teman lamanya yang ingin berkumpul lagi.

"Astaga, si pemalas itu sudah bangun atau belum sih? Jangan bilang kalau dia masih tidur," guman Alisha semakin kesal.

"Kalau telat 30 menit kubunuh dia." Ucap Alisha masih menoleh ke kanan dan kiri berharap mobil Fathur di tangkap rentina matanya namun nihil.

"Kubunuh lo,Thur! Tunggu aja." Ucap Alisha sambil menoleh ke samping kanannya dan menemukan sosok pria tinggi mengenakan kemeja biru dengan tas yang bertenggereng di bahu sebelah kirinya. Tatapan pria itu masih fokus dengan ponsel yang berada di genggamannya. Mungkin pria itu tidak menyadari kehadirian Alisha di sampingnya.

"Alex?" ucap Alisha dengan wajah terkejut.

Pria yang mengenal nama itu langsung menoleh dan tak kalah terkejutnya dengan Alisha saat melihat gadis itu tengah berdiri di sampingnya. Bahkan Abraham(Alex) sempat menelusuri penampilan Alisha yang sangat manis.

Tanpa pikir panjang, Abraham langsung mengalihkan perhatiannya, seolah-oleh tidak melihat Alisha.

"Please, berhenti bersikap seperti itu,Lex." Guman Alisha hampir menangis.

Tak ada jawaban. Pria di sampingnya masih sibuk memainkan ponselnya dan sesekali melihat ke jalan, menunggu lampu untuk pejalan kaki.

"Lo jahat,Lex." Sedikit lagi Alisha akan menangis jika saja tidak di tahannya mungkin Alisha akan meneteskan air matanya di hadapan Abraham. Tanpa pikir panjang, Alisha langsung nekat menyebrang jalan, tidak peduli mobil yang masih berlalu-lalang.

Abraham yang melihat tingkah bodoh Alisha yang hampir tertbarak motor langsung menarik lengan gadis itu mundur. Alisha sendiri tidak menyangka Abraham akan melakukanya, "Mbak lampunya belum nyala. Tunggu bentar." Ucap datar Abraham.

Mata Alisha langsung membulat, ini lebih sakit lagi. Pria itu bersikap tidak mengenalnya. Jika begini pria ini seharusnya tidak perlu menarik lengannya, daripada harus mendengar ucapannya.

Alisha menepis bekas air matanya kemudian berdiri di hadapan Abraham. Untuk sejenak Abraham hanya mengabaikannya namun lama-lama ia kesal juga akhirnya memilih bergeser tapi lagi-lagi Alisha juga ikt bergeser.

"Aissh apa-apan sih, mbak!" bentak Abraham namun Alisha masih diam di tempat dengan tangan yang masih memegang erat bunga mawar pink-nya.

Abraham kembali bergeser, namuna lagi-lagi Alisha ikut bergeser. "Sha stop!" setelah mendengar ucapan itu Alisha langsung tersenyum dan berhembur memeluk Abraham tiba-tiba. Hatinya menghangat mendengar Abraham menyebut namanya.

Sementara Abraham hanya bisa mematung, ini terlalu mendadak Jika boleh jujur Abraham sendiri juga merasa sedikit tenang, namun mengingat apa yang di perbuat Alisha semua itu tertutupi. Bahkan Abraham merasa rindu, merindukan pelukan gadis ini, tapi itu terlalu mendadak untuk merindu dan seharusnya rasa itu sudah menghilang sejak lama.

"Gue kengen lo,Lex!" suara parau Alisha terdengar di telinga Abraham, membuat pria itu tersadar dari lamuannya dan sedikit mengintip gadis itu membuktikan apakah gadis itu menangis atau tidak.

Alisha menangis!

Abraham langsung melepas pelukannya,"Apa-apaan sih mbak, kangen mantan? Jangan sama gue dong!" ucap datar Abraham

Alisah mendongkak sambil menghapus bekas air matanya,"Maaf Mas, saya emang lagi kangen sama mantan saja! habisnya belum move on, jadi yah gitu deh!" ucap santai Alisha

Abraham terheran," Jangan curhat sama saya dong, yang lain aja sana!"

Alisah tersenyum,"Mas saya cuma mau bilang satu hal sama orang lain yang ada dalam diri mas, kalau cewek yang bernama Alisha masih sayang banget sama dia, itu aja mas. Kalau gitu saya pergi dulu." Kata Alisha sambil berjalan meninggalkan Abraham yang kembali mematung karena ulah Alisha.

"Gue juga." Tanpa sadar Abraham mengeluarkan kalimat itu, untungnya Alisha tidak mendengarnya karena gadis itu sudah sampai di seberang jalan sana.

***

Wajah Devan kini sudah berantakan, ia sudah tidak tahu harus kemana lagi mencari Aileen. Gadis itu benar-benar hilang.

Devan kemudian mengusap wajahnya kasar sambil melempar botol minuman yang hampir habis ke tempat sampah,"Lo dimana, Leen." Guman Devan kemudian menjambak rambutnya sendiri.

"Lo udah cari di sana?" ucapan itu membuat Devan mengangkat wajahnya dan menemukan Cakra dengan nafas memburu, sejenak Devan menatap Cakra hingga membuat Cakra sedikit risih dengan itu.

"Gue nanya," ucapan itu menyadarkan Devan dari lamunannya.

"Lo kok mau nyari Aileen sampai segitunya?" pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulu Devan langsung membuat Cakra terkejut, dengan sigap otaknya berpikir keras untuk jawaban itu namun gagal tak ada jawaban pasti.

"Apa itu penting?" kata Cakra namun Devan hanya menggeleng kemudian beranjak dari duduknya meninggalkan Cakra.

"Dev?" panggil Cakra, Devan menoleh. "Gue tau Aileen baik-baik aja sekarang!" kata Cakra,

"Lo tau dari mana?"

Cakra menaikkan kedua bahunya,"Perasaan gue!"

Kening Devan mengerut,"Gue harap juga gitu!" kata Devan

"Sekarang lo pulang aja, besok kita lanjut!" setelah itu Cakra langsung pergi dari sana meninggalkan Devan yang masih setia menatap punggung Cakra yang mulai menjauh.

***

Apa mungkin bulan akan meninggalkan matahari dan bintang. Kurasa tidak, walaupun bulan hanya memilih bintang itu tidak-apa-apa asalkan bulan tidak menghilang dari pandangan matahari. Karena matahari tahu, bintang dan bulan selalu bersama saat malam hari walaupun sinarnya berasal dari matahari. Sementara matahari hanya sendirian saat siang hari walaupun kenyataannya matahari selalu ada bahkan saat malam hari hanya saja matahari tidak mau seraka. Matahari membiarkan bintang dan bulan bersinar saat malam hari.

Dengan kata lain matahari sebagai saksi bisu hubungan bulan dan bintang

Bersambung... 

Sabtu, 19 Agustus 2017

Haii, aku kembali lagi!! bagaimana kisah sebelumnya?, karena banyak yang bilang alur cerita ini berantakan dan banyak yang nggak ngerti alurnya.. jadi kuputuskan untuk merevisi ulang semua bab sebelumnya..  dan mungkin bab selanjutnya akan lama.. tapi tenang aku pasti lanjutin cerita ini entah itu lama atau cepat.. 

yaudah hanya itu yang bisa aku sampaikan sekarang!. please banget Vomment cerita ini jangan main lewat aja.. usaha juga butuh gaya sayang ku.. jadi 

Vote dan Komen yah.. 

salam 

Perempuan milik nandaime.

Continue Reading

You'll Also Like

76.9K 2.6K 73
[ cerpen/puisi/essay/quotes ] 03 Agustus 2020. Event pertama Wattpad Mission Community.
6.3K 4.4K 30
Disini ada berbagai kumpulan puisi dengan berbagai tema yang bisa kamu baca dan bisa jadi suka🤩🤗
10.7K 436 18
Di dalam ini, saya akan membagikan suatu ilmu yang mana merupakan hasil dari kerja kelompok mata kuliah pengantar ilmu hukum. Disini berisikan kumpul...
FisiKamu By nersptr

Teen Fiction

18K 950 63
Pergantian pemain setiap halaman cerita selalu terjadi. Bahkan selembar demi selembar halaman mampu membuat warna nya sendiri untuk tetap hidup. Ten...