Shadow Memory (LENGKAP)

By lanavay

129K 11.2K 674

Aku selalu membayangkan suamiku selalu ada di sisiku. Sepertinya baru kemarin kita bersama. Tertawa dan berba... More

SM
2. Tersembunyi dalam Hati yang Berdendam
3. Teka-Teki Berganda
4. Masih Tanda Tanya
5. Perasaan yang Aneh
6. Terbuka tetapi Tetap Saja Sama
7. Sakit yang Mendalam
8. Rumit
9. Ilusi atau Mimpi
10. Hilangnya Kabut Kelabu
11. Sisi yang Berbeda
Test
12. Terbongkar
13. Di Balik Kisah, Tersembunyi Cerita
Attention

1. Kembali Bersua dengan Lara

10.3K 918 55
By lanavay

Ps: ini pakai pov 1 terus ya chicklit

Terik mentari semakin memanas. Membuat keringatku bercucuran dari pelipis dahiku. Dahaga juga menyerang kerongkonganku. Namun, tak kurasakan itu semua.

Gelenyar hebat melanda. Rasa bahagia semakin kurasa. Kuharap ini bukan mimpi. Sekian lama aku mencari suamiku tak bersua juga. Namun, beberapa hari yang lalu kawan lamaku bertemu dengannya. Di negeri ini. Negeri yang baru pertama kali kutapaki. Untungnya aku bisa berbicara bahasa negara ini walau tak fasih karena suamiku dulu yang mengajariku.

Kuingat kembali hari itu. Di mana ia mengenggam tanganku erat seraya berkata bahwa dirinya suatu saat akan membawaku ke negaranya. Makanya aku belajar bahasa Indonesia darinya.

Kulangkahkan kakiku ke bangunan kokoh menantang langit kota metropolitan. Kuusap-usap mataku berulang. Benarkah apa yang kulihat suamiku pemilik bangunan raksasa itu. Sekayakah itu?

Perlahan-lahan kutapakkan kakiku di gedung itu seraya berdoa bisa menemukannya. Belahan jiwaku. Aku rindu dirinya.

Kuambil cermin kaca kecil untuk melihat wajahku. Apakah sudah baik atau belum? Kugeret koperku dengan perasaan yang tak menentu. Banyak orang yang menatapku aneh karena membawa koper saat gerimis seperti ini. Namun, tak kuhiraukan karena aku hanya ingin menemui suamiku.

"Permisi, Nona. Apa Tuan Fernandez ada?" tanyaku dengan nada suara antusias.

"Anda, siapa? Presdir hari ini ada meeting di luar. Jadi, tak bisa ditemui," jelas sang resepsionis itu dengan suara lembut kepadaku. Aku menatap nanar ujung kakiku.

Aku tak tahu mau ke mana lagi? Bahasa Indonesiaku juga belum fasih. Tak ada sanak saudara di negara ini. Hanya bermodal nekat untuk mencari suamiku. Uang yang kubawa tak banyak. Hasil menjual mobilku. Aku bodoh dan gila. Pergi meninggalkan negaraku hanya mencari suamiku yang entah merindukanku atau tidak.

Berat sekali aku meninggalkan tempat itu. Perlahan-lahan aku membalikkan badanku. Tepat saat aku menghadap ke arah utara, mataku bertemu dengan iris cokelat itu. Suamiku. Dia ada di sana. Berdiri menatapku.

Aku berlari begitu saja. Kujatuhkan koperku. Aku sangat merindukannya. Kupeluk tubuh jangkung itu erat.

"Sayang, aku merindukanmu," lirihku seraya menitikkan air mata. Betapa senangnya hatiku melihat sosoknya yang baik-baik saja.

"Maaf, Nona. Kau siapa?" ujarnya seraya melepaskan pelukanku.

"Aku Anne, istrimu," jelasku bingung. Sedang bercandakah dia? Kutatap manik mata cokelat itu. Namun, yang kutatap memandangku tak suka.

"Entahlah kau orang ke berapa yang mengaku istriku. Tolong jangan membuat gosip murahan. Aku ini belum menikah. Jangan mengaku-ngaku," jawabnya ketus dengan memandangku penuh ketidaksukaan. Ini bukan Ferly, suamiku. Lelaki yang hangat penuh canda.

Hatiku terasa tercabik-cabik. Sudahkah lupa dirinya denganku? Atau lupa ingatan?

"Aku Anne. Kau sedang bercanda, 'kan? Aku mencarimu bertahun-tahun. Kukira terjadi sesuatu yang buruk padamu." Kutatap manik mata cokelat itu lekat. Tatapan penuh kasih bercampur rindu.

"Maaf, Nona. Berhentilah mengada-ada. Kalau tidak aku panggilkan keamanan untuk menyeretmu keluar dari perusahaanku," tegasnya sambil menatapku penuh kebencian. Dalam tatapannya aku dapat melihat diriku seperti sampah tak berarti di matanya.

Ini bukan lelucon, tapi kenyataan. Suamiku tak mengakuiku. Kenyataan yang menyakitkan begitu mematikan. Seluruh saraf di tubuhku serasa lumpuh. Mendadak aku membisu, terpaku dengan semua ucapannya. Kugeleng-gelengkan kepalaku, masih menepis kenyataan ini.

"Tak perlu. Apa semua pria kalau sudah kaya raya akan meninggalkan istrinya yang miskin?" teriakku meluapkan amarahku yang tak dapat kutahan lagi. Hatiku sudah hancur. Anganku sudah terbang bebas bersama angin.

Bodoh dia pergi meninggalkanku, tetapi aku malah mencarinya terus. Mencari yang tak pasti.

Kulangkahkan kakiku kembali. Kuambil koperku berjalan meninggalkan gedung itu. Aku tak tahu harus ke mana. Uang yang kumiliki tak banyak. Kembali ke negaraku juga tak bisa.

Seperti orang yang tak punya tujuan. Aku terus berjalan menyusuri jalanan kota. Gerimis yang semula tenang, kini menjadi tak beraturan iramanya. Berubah menjadi hujan lebat.

Seluruh tubuhku basah. Kurasakan dinginnya. Namun, aku bersyukur bersama hujan aku bisa menangis tanpa terlihat air mataku menitik. Jadi, tak ada orang yang tahu aku menangis.

Petir menggelegar dengan angkuhnya membuat jantungku berdebar tak karuan karena takut. Aku terburu-buru menyeret koperku untuk mencari tempat berteduh. Namun, naasnya aku tersandung dan terjerembab. Kakiku terasa sakit. Perih sekali. Kenapa ada hari seperti ini? Tidak diakui sebagai istri. Tak tahu arah. Jatuh. Apalagi, hal yang akan aku dapatkan sekarang?

Aku mencoba menggerakkan kakiku, tetapi rasanya semakin menyakitkan. Aku mendesah frustrasi.

Kurasakan ada seseorang yang berjongkok di sebelahku. Kudongakan wajahku menatap sosok itu.

"Ferly," lirihku tak percaya. Apakah tadi dia hanya bercanda? Dia menyusulku.

Ferly tak menjawab panggilanku. Lelaki itu langsung menggendongku tanpa bicara apapun. Membuatku menjadi bertambah bingung.

"Fer, kita mau ke mana?" tanyaku penuh harap kalau suamiku menjawabnya.

"Diamlah. Nanti kau juga tahu," jawabnya ketus.

***

Dekorasi dengan warna biru laut yang pertama kali kulihat di kamar Ferly membuatku tersenyum. Aku suka warna biru laut, tetapi Ferly tak suka. Dia suka warna cokelat tua dan hitam.

"Fer, kau tinggal di sini?" tanyaku lembut. Kamar ini dipenuhi dengan barang mewah yang membuatku takjub. Dulunya kami tinggal di apartemen biasa, tak semewah ini. Meski Ferly seorang rocker terkenal, tetapi suamiku itu sangat sederhana.

"Tidak. Aku tinggal di rumah keluargaku," jawabnya seraya membuka isi almarinya.

Aku hanya membulatkan bibirku membentuk huruf O.

"Pakai ini," ujarnya memberikanku sebuah kemeja miliknya. Aku menerimanya. Aroma Ferly melekat di sana. Bau mints yang selalu aku rindukan.

"Terima kasih."

Ferly tak membalas ucapanku. Lelaki itu terburu-buru membalikkan badannya untuk mengganti pakaiannya juga yang basah.

"Kembalilah ke negaramu. Tempatmu bukan di sini," terangnya menatapku serius.

Aku bingung sekali sebenarnya apa yang terjadi. Kukira Ferly bercanda tadi. Berarti dia memang ingin membuangku. Pasokan udara banyak, tetapi kenapa rasanya aku tak bisa bernapas?

"Maksudmu? Aku kan istrimu. Hartaku semuanya hampir habis karena bertahun-tahun kugunakan untuk mencarimu. Aku tak punya uang juga kalau harus pulang sekarang."

Ferly tersenyum miring. Lelaki itu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku akan bayar tiketmu. Kau butuh uang berapa aku kasih, tapi jangan pernah muncul dalam hidupku," ungkapnya membuat hatiku bertambah pilu. Aku tak butuh uang, tapi dirinya. Air mataku menitik kembali.

"Aku tak butuh uang. Simpan uangmu. Aku hanya ingin bersamamu seumur hidupku." Kutatap manik mata cokelat itu lekat.

Ferly menghela nafas, lalu duduk di sampingku.

"Sebenarnya apa maumu? Kau kemari kalau bukan uang untuk apa? Menghancurkan hidupku?" Ferly menatapku kesal. Tatapan begitu tajam menakutkan. Padahal dulu hanya ada tatapan sayang. Kenapa seperti ini?

"Tidak. Aku merindukanmu, Fer." Kuberanikan memeluknya. Aku sungguh merindukan suamiku yang hilang bertahun-tahun.

"Kau boleh tinggal di sini bersamaku, tapi kau harus mengikuti semua aturanku," tegasnya sambil melepaskan pelukankku.

Aku hanya mengangguk. Hanya Ferly yang aku punya. Aku tidak bisa menjauh darinya lagi.

"Jangan pernah bilang kepada siapapun kalau kau istriku. Hubungan kita hanya suami dan istri di atas kertas saja. Semuanya telah berakhir," tegasnya dengan suara mantap. Membuat hatiku menjadi bertambah sakit.

"Fer, apakah kau punya wanita lain? Kenapa kau memperlakukanku seperti ini?" Kuguncang bahunya keras.

"Tidak. Aku tak pernah dekat dengan wanita manapun, setelah menikah denganmu. Aku bukan tukang selingkuh. Mungkin kau yang punya pria lain," tuduhnya dengan nada mencemooh. Gila. Mana mungkin aku memiliki pria lain. Cuma Ferly seorang yang di hatiku

"Tidak ada, Fer. Aku sangat mencintaimu. Kau tahu itu."

"Ohh, ya. Hebat." Ferly menatapku remeh.

"Fer, kau tak mau tanya tentang anak kita?" Kualihkan pembicaraan kami. Aku ingin tahu responnya. Ferly pergi saat aku hamil.

"Anak?" ulangnya seraya memandangku penuh cela.

"Iya, anak kita. Maafkan aku, Fer. Aku keguguran karena jatuh dari tangga," jelasku dengan suara lirih.

"Ohh."

Ferly terlihat cuek tak peduli. Padahal dulu dia antusias ingin segera melihat anaknya lahir ke dunia. Hatiku sakit sesakitnya harus menerima kenyataan ini.

"Fer, kau tak sedih?"

"Untuk apa. Itu tak penting. Untuk apa menangisi anak itu. Aku tak punya alasan untuk menangisi anak itu. Berhentilah mengoceh. Sudahlah jangan berdrama terus."

Ucapan Ferly benar-benar menyakiti hatiku. Lelaki ini bukan suamiku yang kukenal. Hanya pria tak berhati.

Tbc...

Kisah anaknya Vano judulnya Romantic Drama. Kalau anaknya Justin si Frray Wanted! Ugly Wife! Udah tamat. Sekarang pindah di web comic. Terus si Ferra sedang ditangguhkan.

Continue Reading

You'll Also Like

2.8K 178 21
Gadis itu sangat menyukai hujan. Pria itu memiliki rahasia di tengah hujan. Keduanya bertemu di tengah hujan. Saat tatapan mereka bertemu, dunia mer...
1M 115K 52
[PRIVATE ACAK! SILAHKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "NENEN HIKS.." "Wtf?!!" Tentang kehidupan Nevaniel yang biasa di panggil nevan. Seorang laki-laki yan...
3M 13.7K 4
Cerita When The Rain bisa dibaca di aplikasi _Dreame_ Author@ Rara_el_hasan 18+ Mohon Bijak
2.5M 76.5K 28
It may hurt to let go, but sometimes it hurts more to hold on. Relis Paundra Candra, wanita cerdas dan pekerja keras. Dia menghabiskan waktunya denga...