1. Kembali Bersua dengan Lara

10.3K 918 55
                                    

Ps: ini pakai pov 1 terus ya chicklit

Terik mentari semakin memanas. Membuat keringatku bercucuran dari pelipis dahiku. Dahaga juga menyerang kerongkonganku. Namun, tak kurasakan itu semua.

Gelenyar hebat melanda. Rasa bahagia semakin kurasa. Kuharap ini bukan mimpi. Sekian lama aku mencari suamiku tak bersua juga. Namun, beberapa hari yang lalu kawan lamaku bertemu dengannya. Di negeri ini. Negeri yang baru pertama kali kutapaki. Untungnya aku bisa berbicara bahasa negara ini walau tak fasih karena suamiku dulu yang mengajariku.

Kuingat kembali hari itu. Di mana ia mengenggam tanganku erat seraya berkata bahwa dirinya suatu saat akan membawaku ke negaranya. Makanya aku belajar bahasa Indonesia darinya.

Kulangkahkan kakiku ke bangunan kokoh menantang langit kota metropolitan. Kuusap-usap mataku berulang. Benarkah apa yang kulihat suamiku pemilik bangunan raksasa itu. Sekayakah itu?

Perlahan-lahan kutapakkan kakiku di gedung itu seraya berdoa bisa menemukannya. Belahan jiwaku. Aku rindu dirinya.

Kuambil cermin kaca kecil untuk melihat wajahku. Apakah sudah baik atau belum? Kugeret koperku dengan perasaan yang tak menentu. Banyak orang yang menatapku aneh karena membawa koper saat gerimis seperti ini. Namun, tak kuhiraukan karena aku hanya ingin menemui suamiku.

"Permisi, Nona. Apa Tuan Fernandez ada?" tanyaku dengan nada suara antusias.

"Anda, siapa? Presdir hari ini ada meeting di luar. Jadi, tak bisa ditemui," jelas sang resepsionis itu dengan suara lembut kepadaku. Aku menatap nanar ujung kakiku.

Aku tak tahu mau ke mana lagi? Bahasa Indonesiaku juga belum fasih. Tak ada sanak saudara di negara ini. Hanya bermodal nekat untuk mencari suamiku. Uang yang kubawa tak banyak. Hasil menjual mobilku. Aku bodoh dan gila. Pergi meninggalkan negaraku hanya mencari suamiku yang entah merindukanku atau tidak.

Berat sekali aku meninggalkan tempat itu. Perlahan-lahan aku membalikkan badanku. Tepat saat aku menghadap ke arah utara, mataku bertemu dengan iris cokelat itu. Suamiku. Dia ada di sana. Berdiri menatapku.

Aku berlari begitu saja. Kujatuhkan koperku. Aku sangat merindukannya. Kupeluk tubuh jangkung itu erat.

"Sayang, aku merindukanmu," lirihku seraya menitikkan air mata. Betapa senangnya hatiku melihat sosoknya yang baik-baik saja.

"Maaf, Nona. Kau siapa?" ujarnya seraya melepaskan pelukanku.

"Aku Anne, istrimu," jelasku bingung. Sedang bercandakah dia? Kutatap manik mata cokelat itu. Namun, yang kutatap memandangku tak suka.

"Entahlah kau orang ke berapa yang mengaku istriku. Tolong jangan membuat gosip murahan. Aku ini belum menikah. Jangan mengaku-ngaku," jawabnya ketus dengan memandangku penuh ketidaksukaan. Ini bukan Ferly, suamiku. Lelaki yang hangat penuh canda.

Hatiku terasa tercabik-cabik. Sudahkah lupa dirinya denganku? Atau lupa ingatan?

"Aku Anne. Kau sedang bercanda, 'kan? Aku mencarimu bertahun-tahun. Kukira terjadi sesuatu yang buruk padamu." Kutatap manik mata cokelat itu lekat. Tatapan penuh kasih bercampur rindu.

"Maaf, Nona. Berhentilah mengada-ada. Kalau tidak aku panggilkan keamanan untuk menyeretmu keluar dari perusahaanku," tegasnya sambil menatapku penuh kebencian. Dalam tatapannya aku dapat melihat diriku seperti sampah tak berarti di matanya.

Ini bukan lelucon, tapi kenyataan. Suamiku tak mengakuiku. Kenyataan yang menyakitkan begitu mematikan. Seluruh saraf di tubuhku serasa lumpuh. Mendadak aku membisu, terpaku dengan semua ucapannya. Kugeleng-gelengkan kepalaku, masih menepis kenyataan ini.

Shadow Memory (LENGKAP)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz