Married by Accident

By litmon

5.2M 382K 57.6K

[ver. belum di edit] Jeon Jungkook dan Shin Jinri adalah tetangga yang terkenal selalu tidak akur. Jeon Jungk... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Litmon Info (Harap dibaca)
Chapter 22
Chapter 23
Pengumuman (Wajib Baca)
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
ask_litmon
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Pengumuman
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Tolong dibaca :'v
Chapter 59
OPEN ORDER MBA versi PDF

Chapter 39

80.8K 6.3K 1.1K
By litmon

Hari masih sangat pagi, semua penghuni di villa Min itu sudah dipastikan masih menjelajah dunia mimpi mereka masing-masing. Namun, Jungkook dan Jinri sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu karena alarm dari ponsel Jinri.

Jungkook menggaruk pipinya dengan mata setengah terbuka. "Aku mengantuk tapi tidak bisa tidur lagi," keluhnya pada Jinri yang tengah bersandar di headbed sambil memainkan tab milik Jungkook.

Jinri membawa tangannya untuk mengusap kepala Jungkook berharap dengan begitu si Jeon manja disampingnya ini bisa tidur dan berhenti mengeluh. "Aku tahu. Kau sudah mengatakannya sekitar tujuh kali sejak tadi," sahutnya dengan matanya tidak lepas dari layar tab dipangkuannya.

Jungkook mendongakkan kepalanya untuk melihat apa yang tengah dilihat Jinri di tab miliknya itu. "Kenapa pagi-pagi kau sudah sibuk dengan tab? Itu tidak baik untuk kesehatan mata mu," nasehatnya yang dibalas kerlingan tidak setuju Jinri.

Jinri menghentikan usapannya di kepala Jungkook. "Ada yang ingin aku lihat. Sebenarnya, itu juga berlaku padamu. Kau juga setelah bangun tidur langsung bermain game dan itu hampir setiap hari sedangkan aku baru pagi ini," sanggahnya.

Wanita disampingnya ini selalu mempunyai seribu alasan untuk melawan perkataannya. Malas memperpanjang masalah, Jungkook hanya memutar matanya jengah secara diam-diam untuk pelampiasan. "Iya... Iya... Wanita memang selalu benar dan laki-laki selalu salah." sindirnya.

Jinri tidak menanggapi sindiran Jungkook, ia lebih memilih melanjutkan kegiatannya. Jungkook yang merasa diacuhkan, akhirnya bangun dari posisi tidurnya dan melihat apa yang tengah dilakukan Jinri di tab kesayangannya itu.

Jungkook berdecak pelan. Pantas saja Jinri terlihat sangat asyik dengan dunianya sendiri, wanita itu tengah berselancar di surga online para wanita. Apalagi jika bukan online shop.

"Kau berbelanja lagi?" tanya nya.

Jinri menolehkan kepalanya kearah Jungkook, lalu tersenyum penuh arti. "Jungkook-ah, aku tadi ada melihat paket make-up yang aku incar selama ini dan itu tengah diskon," ceritnya dengan suara yang entah terdengar seperti ada maunya di telinga Jungkook.

Jungkook mengangkat sebelah alisnya. "Lalu?" tanya nya dengan wajah serius.

Sadar dengan nada bicara Jungkook yang terdengar tidak bersahabat membuat Jinri terlihat ragu untuk memberitahukan keinginannya. "Hmm... Apa aku bisa meminjam uangmu? Aku akan menggantinya bulan depan." ucapnya cepat. Jinri memang selama ini selalu berbelanja keperluannya menggunakan tabungannya sendiri, ia tidak pernah meminta uang Jungkook untuk hobby belanjanya kecuali laki-laki itu yang berinisiatif membayarnya.

Jungkook tampak berpikir sejenak. "Apa kau benar-benar menginginkannya?" tanya nya dengan raut wajah tak terbaca.

Jinri lantas langsung menganggukkan kepalanya dengan yakin. "Aku sudah lama ingin membelinya tapi harganya terlalu mahal. Barangnya baru bulan ini memiliki diskon," sahutnya. "Jadi, aku pinjam uangmu, hm?" mohonnya dengan wajah seperti meminta belas kasihan.

Jungkook bersedekap seperti keberatan dengan permintaan Jinri. "Kapan kau akan memakainya? Di meja riasmu hampir penuh dengan benda seperti itu. Kau membelinya hanya untuk mengoleksinya. Produk yang diberi Hana Noona juga masih ada. Kenapa kau tidak memakai itu saja?" komentarnya tidak setuju.

Jinri tampak langsung kecewa namun ia tidak terlalu menunjukkannya pada Jungkook. Ia mematikan tab yang sejak tadi ia pegang lalu menyimpannya ke atas nakas disamping ranjang. "Kau benar juga. Aku akan memakai yanga ada saja." sahutnya dengan senyum tak terlihat tulus.

Setelah berkata seperti itu, Jinri langsung turun dari atas ranjang, menggulung rambutnya, lalu pergi ke kamar mandi tanpa menoleh pada Jungkook lagi.

Bermimpi saja Jungkook mengerti kemauannya. Laki-laki mana pernah mengerti dengan kebutuhan wanita.

Jungkook tersenyum geli ketika melihat Jinri langsung meninggalkannya dengan ekspresi kecewa. Sejak tadi, sebenarnya ia hanya sengaja berkomentar seperti itu seolah-olah tidak setuju dengan keinginan Jinri.

Ia mendesah. "Meminjam? Kenapa ia tidak langsung meminta saja. Dasar." gumamnya turun dari ranjang untuk menyusul Jinri ke kamar mandi.

Selesai sikat gigi dan mencuci muka, Jinri berniat untuk keluar dari kamar mandi. Ia berniat ke lantai bawah untuk membantu menyediakan sarapan. Ia sudah janji dengan Hana kemarin untuk membuat sarapan bersama-sama.

Tapi, sepertinya Jinri harus mengurungkan niatnya karena Jungkook menjaga jalannya. Laki-laki itu memasukkan kedua tangannya ke kantong celana piyamanya sambil memperhatikan wajah Jinri.

"Kau marah?" tanya nya sambil memajukan wajahnya lebih dekat ke wajah Jinri.

Jinri menundurkan kepalanya ke belakang. "Ti⎯Tidak. Kenapa aku harus marah padamu?" sahutnya yang entah kenapa suaranya sempat tergagap tanpa alasan.

Jungkook tampak terdiam. Meneliti perubahan raut wajah istrinya itu. Jinri mundur dua langkah kebelakang ketika melihat Jungkook hanya menatapnya tanpa sepatah katapun.

Sadar dengan tingkah Jinri yang mencoba menjauh darinya. Jungkook maju lalu menangkap pinggang Jinri. Ia mengangkat tubuh wanita itu ke atas wastafel kamar mandi, membiarkan Jinri duduk disana sedangkan ia kini berdiri di hadapan wanita itu sambil bersedekap.

"Kita harus bicara tentang masalah tadi." ucapnya serius.

Jinri memainkan ujung piyamanya. "Jika kau menolak meminjam uangmu, aku tidak apa-apa. Aku juga sudah tidak berminat untuk membelinya. Walaupun produk itu diskon, tetap saja mahal," ucapnya dengan senyum yakin.

Jungkook mengangkat sebelah alisnya. "Kau yakin? Tapi, ekspresimu sepertinya tidak menunjukkan kau baik-baik saja," godanya.

Jinri tertawa pelan. "Iya, aku yakin. Aku sudah tidak apa-apa." sahutnya.

Jungkook tidak bisa menahan senyumnya. Ia tahu, Jinri pasti sangat menginginkan paket make-up yang memang sejak 2 bulan lalu diincar oleh wanita itu. Ia sempat beberapa kali mendengar Jinri mengobrol dengan Yerin tentang keinginannya mencoba produk tersebut.

Harganya memang mahal. Namun, tidak sampai menguras isi tabungan Jungkook. Sebenarnya, ia tidak masalah jika Jinri langsung meminta kepadanya tapi wanita itu malah ingin meminjam uang kepadanya. Itu terdengar lucu baginya. Jadilah, ia sedikit mengganggu Jinri sekedar untuk melihat bagaimana ekspresi istrinya itu.

Jungkook berdehem. "Pesan saja. Aku yang membayar," ucapnya terdengar tanpa beban sedikit pun.

Jinri sempat melongo. "Hah? Ma⎯Maksudmu? Kau jadi meminjamkan uangmu?" tanya nya dengan wajah sumringah.

Jungkook menghela napas. Ia membawa kedua tangannya ke sisi tubuh istrinya itu, tangannya kini bertengger di pinggir wastafel hingga sekarang Jinri terkunci di antara lengannya.

"Kau tidak usah meminjam uangku, aku akan membeli apa yang kau mau. Jangan gunakan kata 'meminjam uang' lagi, aku lebih suka jika kau meminta. Aku ini suamimu, jadi sudah sewajarnya kau meminta uang padaku," jelasnya terlihat tanpa keraguan sedikit pun.

Jinri tampak ragu-ragu. "Tapi, itu kan uangmu, Jungkook-ah. Kau bersusah payah mengumpulkan uangmu dan aku malah memintanya dengan seenakku saja. Kau juga pasti banyak keperluan yang lain," sahutnya tidak enak hati.

Jungkook memukul dahi Jinri dengan jarinya. "Tidak usah memikirkan hal itu. Uangku berarti uangmu juga," ucapnya terdengar begitu manis di telinga Jinri. Perkataan Jungkook berhasil membuat senyum Jinri mengembang. Siapa yang tidak senang mendengar laki-laki berkata seperti itu. Demi Tuhan... Semua wanita didunia ini ingin mendengar perkataan itu dari mulut laki-laki yang mereka cintai. Itu impian semua wanita.

Jinri menyipitkan matanya. "Tapi kau benar-benar seriuskan? Kau akan membelinya untuk ku?" tanya nya dengan sorot mata curiga. Ia hanya takut Jungkook mempermainkannya. Siapa yang tidak tahu jika si Jeon ini memiliki ribuas ide usil diotaknya. Jinri sudah tak terhitung berapa puluh kali menjadi korban keusilan laki-laki itu yang terkadang keterlaluan.

Melihat sorot mata Jinri yang menaruh curiga untuknya membuatnya hampir tidak bisa menyembunyikan tawa gelinya. Ternyata Jinri masih was-was padanya. "Aku serius, Nyonya Jeon. Perlukah aku yang memesannya untukmu sekarang juga?" sahutnya bersiap untuk mengambil ponselnya.

Jinri dengan cepat menarik Jungkook lalu memeluk leher laki-laki itu. "Tidak usah. Biar aku saja yang memesannya nanti." tolaknya.

Ia melonggarkan pelukannya hingga sekarang wajah mereka berhadapan cukup dekat. Tidak seperti biasanya, tanpa ragu Jinri memajukan wajahnya lalu mengecup bibir Jungkook sekilas.

Jungkook tampak terkejut dengan tindakan tiba-tiba Jinri yang sangat jarang dilakukan wanita itu. Biasanya, ia yang selalu memulai. Ia menatap Jinri tanpa bersuara, hanya sorot matanya yang berbicara.

Jinri tersenyum melihat ekspresi Jungkook yang terkejut. "Itu hadiah untukmu. Terima kasih, Jungkook-ah," ucapnya dengan semburat dipipinya. Yakin saja, batin Jungkook tengah bersorak bahagia memuja wanita didepannya ini.

Walaupun batinnya tengah bersorak bahagia, Jungkook berhasil mengontrol ekspresinya. Ia sudah tidak terlihat terkejut, ekspresinya kembali normal. "Apa hadiahnya hanya satu kecupan?" tanya nya. "Aku juga ingin disini, disini, dan disini." ia menunjuk kedua pipinya dan dahinya.

Jinri mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana bisa kau menawar seperti itu?" ia memukul Jungkook pelan.

Bukan Jungkook namanya jika ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau. "Aku tidak suka hadiah yang setengah-setengah." ucapnya dengan seringai tipis disudut bibirnya.

Jinri sebenarnya sudah memikirkan resiko atas tindakannya. Sedikit saja ia memancing laki-laki didepannya ini, maka habislah ia. Setelah ini, Jungkook pasti akan berpikir meminta hal yang lain. Laki-laki itu pintar memanfaatkan segala kesempatan untuk mendapatkan kesenangannya sendiri.

"Hanya itu, kan? Jangan meminta yang lain lagi. Kau harus ingat tempat." Jinri harus was-was dalam kasus ini.

Jungkook tampak menganggukkan kepalanya. "Hmm... Hanya itu. Kenapa? Kau takut aku menerkammu saat ini juga?" sahutnya dengan senyum bak setannya itu.

Jinri memutar matanya jengah. "Tidah usah kau sebut juga, Jeon Jungkook." ucapnya gemas. Perkataan Jungkook selalu saja terdengar vulgar ditelinganya.

Jungkook memajukan wajah didepan wajah Jinri. "Ayo, cepat lakukan sebelum aku berubah pikiran." Pintanya yang terdengar seperti ancaman ditelinga Jinri. Berubah pikiran yang dimaksud Jungkook tentu saja tidak akan memberi keuntungan untuk Jinri.

Akhirnya, Jinri tidak mempunyai pilihan lain selain memberi hadiah ekstra untuk si Jeon didepannya ini. Ia membawa kedua tangannya untuk menyentuh kedua pipi Jungkook, laki-laki itu menutup matanya menikmati sentuhan-sentuhan lembut Jinri di pipinya.

Namun, itu tidak berlangsung lama ketika Jinri menghentikan sentuhannya. Wanita itu bahkan tidak mengecup pipinya seperti yang ia minta.

"Ia menyentuh kedua pipimu kemarin." gumam Jinri pelan.

Jungkook langsung membuka matanya ketika ia mendengar perkataan istrinya itu. Ia memundurkan kepalanya menjauh.

"Bisakah kita tidak membahas itu lagi?" tanya nya dengan suara beratnya.

Jinri kembali membawa Jungkook mendekat padanya. "Aku akan menghapusnya." Ia menyentuh pipi Jungkook. "Aku akan menghapus semua bekas sentuhannya." bisiknya.

Mata mereka bertubrukan. "Maka lakukanlah. Aku dengan senang hati menerimanya." bisik Jungkook tidak kalah menggoda.

Jinri tersenyum tipis. Ia mengecup pipi kiri Jungkook terlebih dahulu, berpindah ke pipi kanan lalu naik ke dahi. Kecupannya kembali turun, ia mengecup hidung Jungkook dengan lembut lalu turun bibir laki-laki itu yang langsung di sambut oleh Jungkook dengan senang hati.

Sesi ciuman yang tak terduga yang diberikan oleh Jinri membuat Jungkook tidak bisa menghentikan batinnya yang bersorak kegirangan. Ini diluar permintaannya, sepertinya Jinri terbawa suasana yang menguntungkan bagi Jungkook.

Mereka berdua masih melanjutkan ciuman dipagi hari mereka, tidak memperdulikan suara diluar kamar mereka yang berisik. Sepertinya Jimin dan Hoseok sudah bangun. Terbukti dengan suara Hoseok yang tengah tertawa terbahak-bahak bersama Jimin.

Tidak sampai disitu, suara Hoseok dan Jimin semakin mendekat dengan berakhir sebuah ketukan dikamar mereka berdua. Hoseok memanggil Jungkook untuk sarapan.

"Jungkook-ah. Hoi... Jeon Jungkook. Cepat bangun. Kau tidak bangun untuk sarapan, hah?" teriakan Hoseok diluar. Mereka tidak tahu, jika ada Jinri didalam. Setahu mereka, tadi malam Jinri tidur bersama Yerin.

Jinri yang pertama terusik dengan teriakan Hoseok, berniat untuk melepas ciumannya. Namun, Jungkook dengan cepat menarik tengkuknya kembali seakan menyuruh Jinri untuk mengabaikan suara berisik yang memekak telinga itu.

Jungkook melepas ciumannya setelah ia merasa puas mengecap bibir manis milik istrinya itu. Ia mengusap dagu Jinri dengan ibu jarinya, membersihkan bekas saliva hasil pertautan mereka. "Terima kasih untuk hadiahnya, Nyonya Jeon." ucapnya pelan.

"Ayo, kita turun. Aku yakin, setelah ini Hana Noona yang akan datang kesini untuk meneriakiku." lanjutnya. Membayangkan kakak perempuannya itu meneriakinya membuatnya merinding ngeri.

Jinri mengulurkan kedua tangannya. "Gendong aku sampai ke depan pintu kamar." pintanya dengan tiba-tiba.

Jungkook tersenyum paham. Ia langsung menggendong Jinri dengan posisi kaki wanita itu melingkar dipinggulnya. Jinri dengan nyaman menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook. Pagi ini, sikap manjanya tiba-tiba datang. Ia hanya merasa butuh perhatian lebih dari Jungkook setelah pertengkaran mereka kemarin.

Mereka sudah sampai didepan pintu kamar. Namun, Jinri masih nyaman di posisinya. Ia baru sadar ketika merasa Jungkook berhenti melangkah. Ia mengangkat kepalanya dari bahu Jungkook.

Posisi kepalanya mereka kini berhadapan, mereka berdua saling bertukar pandang. Membiarkan mata mereka yang berbicara untuk sesaat.

Jungkook terlebih dulu melepas kontak mata diantara mereka. "Sampai kapan kita akan seperti ini? Kau ingin aku menggendongmu sampai ke ruang makan?" tanya nya dengan nada menggoda.

Jinri mengerecutkan bibirnya. "Okey... Aku turun." sahutnya singkat.

Sebelum Jinri turun, Jungkook masih sempat saja mencuri satu kecupan dibibir istrinya itu. "Upah karena aku sudah menggendongmu." ucapnya dengan santai yang dibalas pukulan kecil dilengannya oleh Jinri.

-00-

Semua orang sudah berkumpul di lantai bawah kecuali Jungkook dan Jinri yang entah kenapa belum keluar dari kamar. Menu sarapan belum sepenuhnya selesai karena menyediakan sarapan untuk 12 orang dengan selera menu sarapan yang berbeda-beda bukanlah hal yang gampang. Apalagi, mereka punya Seokjin, Namjoon, dan Jungkook yang mempunyai selera makan yang tidak bisa diragukan lagi. Tidak ada kata diet dikamus ketiga laki-laki itu.

Selesai membahas tentang sarapan, ada satu pemandangan yang membuat semua orang takjub kecuali Jiwoo tentunya. Yoongi bangun pagi hari ini dengan mata yang terbuka lebar. Itu adalah sebuah keajaiban yang luar biasa.

Yoongi bangun pagi bukanlah tanpa alasan. Ia bangun karena belum puas memarahi Taehyung karena mengganggu tidurnya tadi malam. Demi Tuhan, jika tidak mengingat Taehyung adik dari Seokjin sahabatnya, ia mungkin sudah menendang Taehyung keluar dari villa tadi malam.

Mereka yang dilantai atas mungkin tidak tahu, Yoongi sempat mengamuk saat jam masih menunjukkan jam 2 pagi karena suara berisik dari kamar Yerin.

Yoongi tidak habis pikir. Siapa yang menonton film horor saat jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi? Tentu saja jawabannya hanya Taehyung dan Yerin. Mereka berdua berteriak, lebih tepatnya suara teriakan Taehyung yang lebih nyaring membuat siapa saja mendengarnya pasti berpikir tengah ada pembunuhan di kamar Yerin saat itu.

Tatapan Yoongi masih saja terlihat mengerikan yang ia lempar dengan sengaja pada Taehyung yang parahnya terlihat santai-santai saja. Tidak seperti Yerin sudah beberapa kali meminta maaf. Yoongi tidak marah pada Yerin, karena ia tahu biang masalah dari semua ini adalah Taehyung.

Melupakan sesaat kekesalan Yoongi pada Taehyung yang tak habis-habis. Kini, pasangan Jeon yang baru turun dari lantai atas berhasil menjadi pusat perhatian. Baru kemarin mereka melihat Jungkook dan Jinri tak saling berbicara bahkan saling menghindar, tapi pagi ini mereka sudah melihat pasangan itu kembali mesra. Jungkook bahkan sekarang dengan santai merangkul Jinri seolah kemarin tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

Namjoon memandang Jungkook yang mengambil tempat duduk disampingnya. "Kau sudah berbaikan dengan Jinri?" tanya nya pelan.

Jungkook mengambil roti panggang diatas meja lalu melahapnya. "Hmm... Tidak ada gunanya berlama-lama bertengkar," sahutnya santai.

Namjoon menganggukkan kepalanya. "Syukurlah. Noonamu sudah berencana untuk menghajarmu hari ini jika kau masih belum berbaikan dengan Jinri." bisiknya sambil menunjuk istrinya yang tengah menyiapkan sarapan didapur dengan dagunya. Jungkook hanya menatap kakaknya ngeri. Hana tidak sekedar mengancam, ia benar-benar akan menghajar Jungkook. Ia tahu itu.

Selesai sarapan, mereka bubar secara teratur. Seokjin, Yoongi, dan Namjoon berencana untuk berangkat memancing di danau belakang villa. Tiga ayah itu sudah merencanakan acara memancing mereka sejak kemarin.

Mereka juga mengajak yang lain, namun sepertinya tidak ada yang mau bergabung karena memancing ditengah udara dingin seperti ini bukanlah hal yang menyenangkan. Hoseok dan Jimin lebih memilih berkeliling menggunakan sepeda. Dua laki-laki kesepian itu memilih untuk menjauhkan diri dari yang lainnya.

Taehyung dan Yerin, jangan ditanya lagi, pasangan itu lengket seperti perangko. Taehyung sudah menyediakan kameranya. Mereka berdua pasti akan mencari objek untuk sesi berfoto untuk kepentingan bisnis. Setidaknya itu alasan yang Taehyung katakan.

Jinri dan Yerin sebenarnya ingin bergabung bersama Jiwoo dan yang lainnya untuk jalan-jalan ke kebun strawberry yang tidak jauh dari villa keluarga Min itu. Namun, Jungkook dan Taehyung serempak menolak itu.

Tidak seperti yang lainnya, Jungkook dan Jinri lebih memilih tinggal di dalam villa saja ketimbang keluar. Sebenarnya itu pilihan Jungkook. Entah apa alasan laki-laki itu tidak ingin keluar. Padahal walaupun udara cukup dingin, namun cuacanya cukup cerah untuk jalan-jalan.

Villa terasa sunyi karena semua orang sudah meninggalkan villa untuk melakukan acara masing-masing. Tinggal Jungkook dan Jinri yang berada di villa.

Kini, mereka berdua hanya bersantai di ruang tengah sambil menonton kartun pagi. Jungkook sudah mendapatkan posisi nyamannya. Ia merebahkan kepalanya dipangkuan Jinri sambil memainkan jari-jari tangan istrinya itu. Jungkook seperti mendapatkan kesenangan tersendiri dengan kegiatannya itu, berbanding terbalik dengan Jinri yang tampak mulai bosan.

Bosan melihat televisi, Jinri mengalihkan perhatiannya pada Jungkook yang masih nyaman merebahkan kepalanya dipangkuannya. Sekarang, posisi kepala laki-laki itu tengah menyamping menghadap televisi.

Tanpa sadar Jinri menyentuh telinga kanan Jungkook yang dihiasi tiga buah piercing dengan desain yang cukup unik menurutnya. Ia menyentuh piercing-piercing itu dengan penasaran. Gerakan menyentuh telinga yang dilakukan Jinri membuat Jungkook berjengit geli namun ia tidak melarang wanita itu menyentuh telinganya. Ia lebih memilih diam saja.

"Jungkook-ah, kenapa kau sangat menyukai piercing?" tanya Jinri memecah kesunyian diantara mereka.

Jungkook tidak langsung menjawab. Ia mengubah sedikit posisi kepalanya. "Hanya suka saja," sahutnya singkat dan terdengar seperti malas menjawab.

Jinri menatap datar Jungkook. Jawaban macam apa itu pikirnya. "Apa kau tidak risih dengan piercing sebanyak ini?" tanya lagi. Sekarang saja, Jungkook memakai tiga piercing di telinga kanannya dan satu di telinga kirinya.

Jungkook terdengar mengambil napas panjang. "Tidak. Aku nyaman-nyaman saja memakainya," gumamnya terdengar hanya terpaksa menjawab.

"Kenapa? Kau tidak suka laki-laki yang memakai piercing sepertiku?" lanjutnya. Ia sempat mengubah posisi kepalanya untuk melihat wajah istrinya itu.

Jinri tertawa pelan. "Kau berpikir seperti itu? Tidak, aku tidak mempermasalahkannya selagi itu cocok untuk kau pakai. Hanya saja, piercing-piercingmu itu lebih mahal dari cincin pernikahan kita," komentarnya.

Jungkook berdecak pelan. "Berarti kau mempermasalahkannya. Omong-omong, dari mana kau tahu harga piercing yang aku pakai?" tanya nya penasaran.

Jinri mengangkat bahunya pelan. "Aku melihatnya disalah satu web dan tidak sengaja melihat beberapa piercing yang sama dengan milikmu," sahutnya. Awalnya, Jinri tidak tahu jika jejeran piercing koleksi milik Jungkook itu adalah barang mahal dari brand perhiasan yang terkenal. Tapi, saat ia iseng mencarinya, ia cukup kaget ketika melihat harga-harganya. Jungkook sepertinya mencari uang hanya untuk membeli barang-barang seperti itu.

Jungkook kembali mendongakkan kepalanya walaupun hanya sekilas untuk melihat raut wajah Jinri. "Itu sebagian besar hadiah dari Namjoon Hyung dan Hana Noona. Setiap mereka berlibur, mereka selalu membawa oleh-oleh piercing untukku," jelasnya.

"Lalu yang lainnya? Aku juga melihat beberapa gelang dan cincin," Jinri sepertinya semakin penasaran dengan barang-barang milik Jungkook yang harganya cukup membuatnya kaget.

Jungkook tersenyum kecut. "Ku pikir kau tidak akan mau lagi mendengar dari siapa barang-barang yang lainnya," sahutnya dengan suara yang terdengar tidak terlalu sehat.

Jinri terdiam, dari perkataan Jungkook ia tahu siapa yang dimaksud oleh laki-laki itu. "Kwon Yuri, kah? tanya pelan.

Jungkook tidak menjawab. Ia lebih memilih mengubah posisi kepalanya menjadi kembali menyamping menghadap televisi. Sepertinya, nama Kwon Yuri semakin sensitif diantara mereka. Suasana diantara mereka tiba-tiba menjadi hening.

Jinri berdehem. "Jika uang bulanan kita tidak cukup. Aku akan diam-diam mengambil barang-barang koleksimu itu lalu menjualnya untuk membayar tagihan gas kita," ucapnya dengan nada bergurau. Ia mencoba memecah keheningan yang baru saja mereka berdua ciptakan.

Jungkook hanya tertawa pelan. "Jual saja. Jika ada uang lebih, kita gunakan untuk berlibur ke Hawaii." sahutnya.

"Omong-omong, kau ada berpikir ingin berlibur kemana jika ada waktu?" lanjutnya. Jungkook bangun dari posisi tidurnya.

Jinri tampak berpikir. "Aku ingin pergi ke Jepang." sahutnya cepat.

Tentu saja negara pertama yang diingatnya adalah Jepang karena kedua orangtuanya pindah kesana. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jinri memang sudah mengatakan keinginannya untuk pergi ke Jepang.

Jungkook menganggukkan kepalanya. "Kalau pergi ke Jepang itu sudah pasti. Tunggu sampai libur akhir tahun kita. Bersabarlah sampai bulan depan." ucapnya lalu mengacak rambut Jinri pelan.

Jinri ikut menganggukkan kepalanya. Jungkook sudah berjanji untuk membawanya berlibur ke Jepang untuk mengisi waktu libur akhir tahun mereka. Mereka pergi kesana sekalian untuk menjenguk orangtua Jinri. Jungkook paham, istrinya itu pasti sangat merindukan kedua orangtuanya.

Tidak terasa, sudah satu jam mereka berdua duduk di depan televisi, mengobrol berbagai hal yang tidak terlalu penting dan sampai dimana Jungkook akhirnya mengeluh perutnya kembali lapar. Padahal, laki-laki itu baru saja menghabiskan dua bungkus keripik kentang.

"Aku ingin gurita pedas." pinta Jungkook dengan senyum lebarnya hingga memperlihatkan gigi kelincinya itu.

Jinri hanya memutar matanya sebal. "Kenapa kau tidak bisa berhenti makan, Jungkook-ah? Kau baru saja menghabiskan dua bungkus keripik kentang, saat sarapan tadi kau juga sudah makan banyak. Pikirkan berat badanmu. Olahragamu akan sia-sia jika kau selalu seperti ini," omel Jinri sambil memotong gurita yang sudah ia rebus terlebih dahulu.

Jika dilihat, pipi Jungkook memang terlihat lebih chubby dan badannya semakin berisi. Seminggu yang lalu, saat mereka mengecek berat badan. Berat badan Jungkook bertambah 10 kg sedangkan Jinri mengalami penurunan berat badan. Ia turun 6 kg.

Jungkook menghampiri Jinri. Ia berdiri disamping wanita itu. "Kenapa? Kau tidak suka jika aku sudah tidak memiliki abs lagi?" tanya nya dengan senyum jahil.

Mendengar pertanyaan Jungkook membuat Jinri terlihat salah tingkah. Ey... Sepertinya, dugaan Jungkook benar. "Hah? Itu tidak ada hubungannya. Aku hanya mengatakan olahragamu akan sia-sia jika kau tidak bisa mengontrol selera makanmu," sahutnya kalang kabut.

Jungkook menyeringai. Ia berpindah ke belakang Jinri lalu memeluk wanita itu. "Hmm... Kau yakin? Ku pikir abs ku termasuk bagian favoritmu. Kau selalu menyentuhnya saat kita me⎯" ucapan Jungkook terhenti ketika tiba-tiba Jinri mengacungkan pisau yang ia pegang di depan wajahnya.

Jinri menundukkan kepalanya dengan pipi yang merona. "Bisakah sehari saja kau tidak mengeluarkan kata-kata vulgarmu itu, Jeon Jungkook?" suaranya terdengar geram.

Jungkook terkekeh. "Iya... Iya. Aku akan berhenti. Jadi, lanjutkan saja acara memasakmu, Nyonya Jeon. Aku akan menunggumu di ruang tengah." sahutnya. Ia melepas pelukannya pada pinggang Jinri lalu mengecup sekilas pipi istrinya sebelum pergi.

Jinri hanya bisa menghela napas sabar. Jungkook memang tidak pernah habis akal untuk menggodanya. Tidak ada yang berubah dengan otak usil laki-laki itu.

Masih sibuk memotong gurita, Jinri tidak sengaja melihat ponsel Jungkook yang tergeletak begitu saja di atas konter dapur. Ponsel itu bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Jinri membersihkan tangannya, ia berniat untuk memberikan ponsel itu pada Jungkook karena ada panggilan masuk namun, ia langsung mengurungkan niatnya ketika melihat nama kontak yang tertera di layar ponsel tersebut.

Ia dengan cepat menolak panggilan itu. Karena dorongan rasa penasaran, Jinri membuka pemberitahuan panggilan masuk dan keluar. Nama Kwon Yuri ada disana, sejak kemarin sepertinya Yuri berusaha menghubungi Jungkook namun tidak direspon. Tidak sampai disitu, Jinri membuka salah satu aplikasi chat yang sering laki-laki itu pakai.

Saat ia membuka aplikasi itu. Nama wanita itu juga ada, bahkan Jungkook sempat berbalas pesan dengan Kwon Yuri. Walaupun respon Jungkook hanya singkat tapi itu menunjukkan Jungkook sebenarnya tidak sepenuhnya menjauhi wanita itu.

Rasa ragu kembali menggerogoti hatinya. Ada suatu hal yang sampai sekarang tak ia pahami dengan perasaan Jungkook yang sebenarnya. Terkadang ia berpikir, apa Jungkook benar-benar sudah melupakan wanita Kwon itu?




-TBC-

Maaf ya gue gak update kemaren, karena kemaren gue gunain buat tidur seharian wkwk. Gue bangun cuma buat makan sama mandi, jadi gak kepikiran buat buka laptop untuk update ini ff.

Buat yang berharap ada adegan nc di chapter ini. Nak, kalian telah tertipu wkwk xD maksud Taehyung bersenang-senang itu nonton film horor. Makanya, jangan percaya sama omongan si tetet ya :"v wkwk

Dari awal, ff ini sebenarnya bukan ff nc cuma kesini-sini nya malah mendekati ke semi nc :'v tapi karena ini ff tentang pernikahan jadi memang mau gak mau harus nyelipin berbau nc. Tapi, sekali lagi adegan di ff ini litmon usahakan untuk tidak vulgar banget.

Gue sebagai author disini, tidak akan mau mengubah ff ini jd ff penuh adegan nc seperti chapter 27 yang dengan terpaksa litmon private karena banyak pembaca anak dibawah umur. Jadi, adegan romance nya disini normal-normal aja, gak kya ff-ff tetangga sebelah ya xD

Sekian dari litmon. Jangan lupa vote dan komentarnya. Terima kasih dan selamat membaca 💕

Continue Reading

You'll Also Like

121K 18.6K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
87.2K 10.2K 69
[COMPLETED] Hidup itu penuh kejutan. Apakah kejutan itu akan membawa kebahagiaan, atau kejutan itu akan membawa sebuah duka? - - - Jeon Jungkook, na...
5.7M 275K 51
Cerita ini bisa membuatmu gila!! Hati-hati jadi SARJANA BUCIN🚫🚫 [Follow dulu sebelum baca] *** Ini tentang Ana si gadis polos dan pekerja keras. Da...
273K 15.5K 33
[TERSEDIA DI DREAME] Cerita ini pernah saya posting pada tahun 2015, lalu saya selfpublish. Sekarang, cerita ini saya repost di wattpad. Selamat mem...