Keponakanku, Selingkuhanku, C...

Av MissRossStarBear

1.2M 12.9K 397

Cerita pertama saya (Khusus 21 tahun keatas) Dimohon kebijakan pembaca! Kritik dan saran yang sop... Mer

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
INFORMASI

Chapter 6

144K 2K 113
Av MissRossStarBear


Author POV

Zee sedang mempersiapkan diri untuk menuju pesta penyambutan mahasiswa baru, dia memilih dress soft blue selutut yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.

Mark sedang menunggunya dibawah.

Dia tiba-tiba terpukau saat melihat Zee menuruni tangga.

"Maaf membuatmu menunggu lama." Ucap Zee menyadarkan Mark.

"It's okay." Mark tersenyum menyambutnya. "Lets go."

Mereka menaiki mobil Mark dan menuju pesta yang berada di ballroom kampus.

"Are you ready?" Ujar Mark membukakan pintu untuk Zee, dan memberikan lengannya untuk bisa di gandeng Zee.

Zee mengapitkan lengannya dan tersenyum menyambutnya.

Mereka berdua memasuki ruang pesta yang meriah itu.

Setiap tahunnya pesta akan diadakan untuk menyambut mahasiswa baru secara resmi.

Zee mengedarkan matanya, memperhatikan sekeliling.

Ka Vani? Batinnya saat melihat sosok yang dia kenal.

"Ayo kita kesana." Ujarnya menarik Mark.

"Hai Ka?" Sapanya kepada satu-satunya sosok yang dikenalnya di pesta itu.

"Hei Vio. Kukira kau tidak datang, aku mencarimu sejak tadi." Seru Vani senang melihatnya.

Vani melirik pria yang digandeng Zee.

"Kenalkan ini Mark." Zee hampir melupakan Mark yang ada disampingnya.

"Mark. Mark Anderson." Mark mengulurkan tangannya. "Nice to meet you Mrs. Rameroz." Mark mengecup punggung tangan Vani sopan.

"Nice to meet you too." Ujar Vani "Ini suamiku." Seru Vani menggandeng Verdi yang entah sejak kapan berada disitu.

Deg. Zee kaget menyadari keberadaan Verdi. Dia tidak menyadarinya dari tadi.

"Hai Mr. Rameroz." Mereka bersalaman.

"Jadi apa dia pacarmu?" Seru Vani antusias.

Verdi menatap tajam ke arah Zee, tanpa mereka sadari.

"Tidak Ka. Dia hanya salah satu teman ku dikampus." Bantah Zee sopan. Dia menyadari tatapan Verdi padanya, yang entah kenapa membuatnya salah tingkah.

"Lihatlah, sekarang kau salah tingkah." Goda Vani.

Zee hanya tersenyum simpul.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Zee mengalihkan pembicaraan.

"Tentu saja kami diundang malam ini. Kurasa kau tidak tau, kami adalah salah satu penyumbang dana terbesar di kampus ini." Ungkap Vani

"Ohh. Kapan Ka Vani kembali dari Chicago?" Tanya Zee.

"Aku baru kembali dari tadi sore dan langsung datang kesini. Aku tidak ingin membiarkan suamiku sendiri, apa lagi ditempat ini banyak daun-daun muda yang mungkin saja akan menggodanya." Canda Vani

Zee dan Mark tertawa kecil mendengarnya.

Sedangkan Verdi tidak peduli mendengarnya.

"Sepertinya kami harus pergi, kami harus memberikan sambutan malam ini dan banyak yang harus kutemui." Vani tersenyum menyesal.

Zee mengangguk mengerti.

"Mereka pasangan yang serasi," Ujar Mark setelah kepergian Vani dan Verdi. "Apa hubunganmu dengan keluarga Rameroz?" Ucap Mark yang sejak tadi ingin bertanya.

"Aku tinggal dirumah mereka."

"Tante yang pernah kau ceritakan waktu itu?"

Zee menggangguk mengiyakan. Mark sepertinya belum mengerti, mengingat umur Vani dan Verdi yang masih muda dan sudah Zee panggil tante.

"Hubungan keluarga yang rumit." Ucap Zee dengan tersenyum mengerti keheranan Mark.

Mark hanya mengangguk.

Saat ini Verdi didampingi Vani sedang memberikan sambutan.

Entah apa yang mereka katakan, Zee tidak fokus mendengarkannya. Dia hanya memandang Verdi mengingat ciuman diantara mereka. Ralat itu hanya kecupan.

Verdi juga tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Zee. Sesungguhnya dia sudah tidak fokus dari tadi.

Dia melihat Mark berbisik ditelinga Zee.

Verdi segera mengakhiri sambutannya dan turun dari panggung disambut tepuk tangan yang meriah oleh para audience.

Zee menuju keluar ballroom, berdiri memandang pinggiran kolam dengan gelas minuman ditangannya. Dia tidak suka berlama-lama dipesta yang resmi seperti ini. Dia lebih suka pesta yang liar, dimana dia bebas bergoyang.

"Kenapa kau disini?" Suara serak itu membuyarkan lamunan Zee.

Dia menyadari sosok yang berdiri disampingnya saat ini.

"Aku bosan didalam. Kau sendiri kenapa disini? Bukankah banyak yang harus kau temui saat ini?"

"Sudah ada Vani yang mewakili ku."

Zee mengangguk mengerti. Situasi diantara mereka masih canggung.

"Bukankah tadi kau bersama si Anderson?"

"Dia menemui teman-temannya." Ucap Zee sekenanya.

"Ckk. Mana ada pria yang meninggalkan kekasihnya sendiri."

Entah kenapa Verdi kesal saat menyebut 'kekasihnya'

"Dia bukan kekasihku. Kami hanya teman." Bantah Zee

Tanpa disadari Verdi tersenyum mendengarnya.

Mereka kembali dalam diam. Dengan pikiran yang terus berkecamuk dipikiran masing-masing.

Melihat penampilan Zee, membuat Verdi ingin menerkamnya saat ini.

Shit. Pekik Verdi dalam hati.

"Aku akan kembali. Kurasa Mark sedang mencariku." Ucap Zee yang segera berbalik pergi.

Tapi Verdi mencekal tangannya dan menarik Zee hingga menubruk dada Verdi.

Tidak ingin gadis itu pergi.

Mata mereka bertemu. Saat ini tangan Verdi memegang pinggang Zee.

Zee mencoba memberontak ingin lepas dari pelukan Verdi. Tapi Verdi mencegahnya.

Entah setan apa yang ada di pikiran Verdi saat ini. Dia tidak bisa menolak gejolak yang ada didadanya saat ini.

Tanpa dia sadari bibirnya telah menyentuh bibir Zee.

Mencoba menggerakan bibirnya diatas bibir Zee, berharap balasan dari gadis itu.

Dia terus memagut bibir indah itu, sesuai harapannya Zee mulai membalasnya.

Mereka terus memagut, tanpa henti. Menelusuri mulut dari lawannya saat ini.

Entah perasaan aneh apa yang telah merasuki mereka.

Pelukan Verdi semakin erat, dan tangan Zee telah melingkar dileher Verdi memainkan jemarinya dirambut Verdi.

Pagutan mereka terus menuntut satu sama dengan yang lainnya.

Aahhh.

Erangan itu lolos keluar dari bibir indahnya Zee, membuat Verdi semakin menggila mencium Zee.

Mereka berhenti sejenak, untuk menghirup oksigen yang mulai habis diantara mereka.

Verdi menarik memagut bibir Zee lagi. Seolah tidak ingin melepaskannya.

Zee juga terus membalas pagutan itu. Entah sihir apa yang telah memabukannya saat ini.

Drrrt Drrrttt Drrrrtttttt

Sampai akhirnya ponsel Verdi menyadarkan mereka berdua.

Zee mendorong bahu Verdi. Pikirannya telah kembali.

Mereka saling menatap, mencoba untuk saling menyadarkan keadaan mereka sendiri.

"Maaf." Gumam Verdi pelan.

"Aku harus pergi." Ucap Zee segera berlalu pergi dari pandangan Verdi.

Verdi mengangkat teleponnya. Vani.

"Haloo..."

Zee kembali memasuki ballroom.

Dia berusaha menormalkan deru nafasnya.

Memegang dadanya yang terus berdetak kencang, menyadari situasi tadi.

"Kau dari mana saja?" Pekik Mark yang telah berada di hadapannya.

Zee hanya memandanginya. Pikirannya kosong saat ini.

"Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Mark dengan menyentuh lengan Zee, menyadari keanehan gadis dihadapannya.

"Aku tidak apa-apa." Seru Zee menyadarkan kondisinya.

Zee tersenyum tipis memandang Mark.

"Bisakah kau mengantarku pulang. Kurasa aku hanya kelelahan."

"Baiklah." Mark mengiyakan. Walaupun banyak pertanyaan dikepalanya saat ini.

Didalam mobil Zee tetap diam, memandang keluar jendela.

Pikirannya tidak bisa berhenti mengingat kejadian tadi.

Apa aku sudah gila. Batinnya dalam hati.

"Kita sudah sampai." Seru Mark menyadarkan lamunan Zee.

Zee baru menyadari mereka sudah sampai didepan rumahnya.

Dia bergegas turun dari mobil.

"Terima Kasih, Mark." Ucap Zee dengan tersenyum tipis kepada Mark.

"Baiklah. Sampai bertemu dikampus esok." Seru Mark.

Zee mengangguk mengiyakan.

Mobil Mark segera berlalu pergi dari hadapan Zee.

Zee menghela nafas berat saat dia sudah berada dikamarnya.

Dia menuju kamar mandi, melepaskan pakaiannya dan memasuki bath up.

Zee menyentuh bibirnya. Masih terasa disitu bibir Verdi yang memagutnya mesra.

"Aku memang sudah gila." Pekiknya.

Dia menenggelamkan kepalanya. Mencoba menyegarkan pikirannya yang sudah gila.

Bersambung

Please VOTE !

Kritik dan saraannya juga... :) 

Baca juga cerita ku yang lainnya. Judulnya "EMPTY (?)"

Gak kalah seru juga dari KSC ... Hehehehehe

#MaafTypo

Follow IG : @missrosssb

Fortsett å les

You'll Also Like

5M 272K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
227K 7.6K 47
"Suruh anak nggak jelas itu keluar dari rumah kita! " "Ardi!! Andrea itu adekku! " Pertengkaran demi pertengkaran kakaknya membuat Andrea memilih unt...
2M 17.3K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.2M 41.3K 55
Sial bagi Sava Orlin setelah melihat lembar penetapan pembimbing skripsinya. Di sana tertulis nama sang mantan calon suaminya, membuat gadis itu akan...