Masih Engkau #WattPride

By NathanHendrata

23.2K 1.8K 363

10 tahun sudah berlalu.. Dia masih sama.. hanya berubah.. sedikit.. Dia masih saja bisa menggetarkan sukmaku... More

Astaga!
Lagi?!
Alkisah
Hukuman?!
Semakin Absurd
Pembalasan
Welcome, Rival~
Dimulai~
Fatamorgana~
Terhempas Kembali
PERMAINAN HATI?
Renyahnya Cemburu
Hancur Runtuh
Runtuh
Rengkuh Gundahku
Semilir Angin Baru?
Hati Semerah Darah
Saling Memberi
Kisah Elang & Rajawali
Kebimbangan Berselimut Asa
Ombak Mulai Singgah
Purnama Bergolak Dalam Diam

Sang Rajawali Sakti Perkasa

534 58 18
By NathanHendrata

Keduanya sudah sama-sama terlepas dari armor kainnya, dan Fay sedang persiapkan lubang Gio agar bisa menampung miliknya yang cukup besar melebihi rata-rata ukuran lelaki negeri ini. Entah Gio harus mensyukurinya atau ini sebuah penderitaan. 

"Haaanghh... Faayyhh... cukup... haarrhh..." Tubuh telanjang nan ramping Gio meliuk ke sana kemari dikarenakan stimulasi yang diberikan Fay membuatnya bagai ada di hamparan lautan bunga berbagai warna. Semoga tak ada bunga bangkai. 

Fay sorotkan mata elangnya ke utara, mengamati Gio yang menggeliat sensual. Ia lepas sejenak kejantanan Gio untuk bersuara. "Gio, apa ini kau sedang sengaja menggodaku dengan bergerak begitu?" 

"Hah?" Gio bagai orang linglung, menatap bingung ke Fay. "Apa? Aku... menggodamu? Bagaima--ARRNGHH...!" Kalimatnya terhenti ketika ujung jari Fay menyentuh sebuah titik di dinding rektumnya. Wajahnya jadi berubah aneh. Antara mengiba dan memohon. Oh, itu sama. 

"Ada apa, Gio? Terasa enak?" Fay duduk santai sambil terus sodokkan jarinya di titik tadi, di mana Gio menampilkan muka luar biasa seksi. Pandangannya pun sayu mendamba pada Fay. 

"Faayyhh... please..."

"Please apa, Gio?" 

"Oh, demi nenek sihir! Bukankah kau sudah pah--ARNGHH! FAYYH!" pekiknya frustasi. Rupanya ini memang disengaja oleh Fay. Terbukti dengan seringai jahil sang dominan sembari terus tohok spot itu berulang-ulang membuat Gio serasa gila. "Faayyhh... berhenti... ernnghh... menggodaku..."

"Apa aku sedang menggodamu, Gio? Darimana kau yakin itu?" 

"Fayhhmhh... aku hafallhh muka isengmuuhh... haanghh... kumohon..."

"Aku ini sedang mempersiapkan lobangmu, Gio. Bagaimana bisa sambil menggoda, humm?" Please, Fay... dari wajah senyum miringmu dan tatapan jahilmu saja sudah bisa dipastikan kau tidak hanya sekedar mempersiapkan lobang syurga itu. 

Gio kian frustasi. Rasa ingin lekas dipenuhi terus menjalar, berdenyut kencang di sekujur tubuh, mendamba milik Fay. Ia terus mengerang, melenguh mengisyaratkan perasaannya--apa yang dirasakan. 

"Faayynghh... kumohonhhh... lekas... mmgghh..."

"Lekas apa, Gio? Bicaralah yang jelas dan lengkap." 

"Haangh! Anggrhh! Susahhh! Aangghh!" Tohokan jari Fay makin beringas. Gio tak tahan. "Penismu...hhaahh... akuhh mauuhh... penismuugghh Faayyyhhh... cepaattt..."

Fay terkekeh sejenak. "Hei... hei... kenapa kau jadi semesum ini, humm?" 

"Faayhh... aku sudah tak tahan... kumohon... hhnghh..." Gio pun menatap penuh syahdu ke Fay. Perpaduan tatapan sayu, muka merona manis, dan suara mendayu... rupanya cukup membuat Fay goyah. 

"Tapi aku ingin kau keluar dulu dari hasil jariku ini, Gio." Fay bersikukuh. Padahal dia sendiri mati-matian menahan gejolak berahi yang sudah meluap-luap menggila hanya dari melihat wajah sensual Gio yang merengek manja padanya. 

Gio menggeleng. "Sudaahhh... tak tahaannhh... Faayyhhh... haaghh... akuukkhh... ingin penis besarrrhh Faayyhhh penuhi... ermmghh... lobangku yang berdenyuutthh ingin kaauuhh... ermmghh..." Susah payah Gio merayu Fay ditengah deraan siksaan seksual Fay pada titik manisnya di selatan belakang sana. 

"Arrghh, goddammit, Gio!" maki Fay yang kemudian ia pun cabut jari pada liang hangat Gio. Ia pun memposisikan dirinya di depan selangkangan Gio. Ia urut beberapa kali penisnya yang sudah membengkak sempurna, siap melaksanakan tugasnya. 

"Hnnghh..." Gio masih sempat-sempatnya melenguh manja sembari tersenyum. Dia senang akhirnya bisa meluluhkan Fay kali ini. Tapi diam saja, atau Fay akan kembali menyiksanya dengan jari lagi. 

"Gio, dammit! Kau yang meminta ini, kau dengar itu?" Fay mulai condongkan badan ke Gio sambil tempelkan ujung penis ke liang selatan Gio. 

"Iya, lelakiku... aku tau itu. Ayo..." 

DEG!

Fay bagai dipukul 10 palu Thor melihat betapa sensualnya Gio ketika merayu manja dirinya. 

Bahkan Gio dengan atraktifnya melingkarkan dua lengan ke leher Fay. 

"You ask for it, Gio. Get ready... ERGHMHH..." 

Bersamaan dengan deraman Fay, Gio membusurkan punggungnya ke atas karena pusaka besar Fay melesak masuk, menghujam dalam-dalam ditenggelamkan hingga seluruh batangnya. 

"Ha-aaarkkhh..." Gio lalu menggigit bibir bawahnya. Masih terasa sakit. Mungkin dia butuh dibiasakan agar tak perlu ada nyeri lagi. 

"Kenapa, Gio? Sakit?" Fay belum bergerak. 

Gio tau, jika ia mengangguk mengiyakan, maka ia kalah. Sia-sia upaya dia merengek tadi. Maka, Gio menggeleng sembari berikan senyuman termanisnya disertai wajah merona yang menguarkan rasa cinta penuh untuk Fay. "Tidak. Aku... bahagia... akhirnya kita bisa menyatu dengan cara seperti ini."

Fay terkekeh. "Kau ternyata bisa jadi kucing nakal juga, hemm?"

"Heeii... aku ini harimau tangguh, Fay." Gio sok merajuk, namun belitan lengannya belum mau lepas di leher Fay. "Aku tangguh karena bisa bertahan menunggumu." 

Fay kembali terkekeh. "Kau benar. Kau memang kekasihku yang paling tangguh." Fay pun kecupi bibir Gio bertubi-tubi. 

"Kekasih?" Gio menghindari kecupan Fay. "Jadi, kita ini sekarang sepasang kekasih?" 

Fay mendengus. "Kumohon, Gio... jangan mulai mendebatku hal yang tak perlu." 

Gio tak mau surut. Baginya ini harus jelas. "Tunggu sebentar, jangan marah. Aku hanya ingin... sebuah prosesi manis pelamaran status kekasih. Atau aku tak layak dapat itu?" 

"Astaga, Gio... kau ini..." Rasanya Fay ingin hujamkan kuat-kuat miliknya agar Gio mengerang keras sebagai pembalasan atas kalimat Gio barusan. 

"Apakah aku tak layak, Fay?" Gio tampilkan raut inosens semanis mungkin. 

Fay menyerah bila Gio sudah memamerkan wajah begitu. "Baiklah... baiklah..." Ia pun mengalah. Bagaimana pun Gio layak mendapatkannya. Sangat layak setelah semua yang mereka lalui. "Dengarkan aku baik-baik, Gio..."

"Hu-um..." Gio mengangguk, berdebar menunggu momen sakral ini. Momen yang ia tunggu-tunggu semenjak 10 tahun silam. 

"Gio... maukah kau menjadi kekasihku? Menjadi pendamping hidupku, dan selalu ada di hatiku?" Fay melantunkan kalimat itu hingga membuat mata Gio berkaca-kaca. 

"Fay, kau ini..." Tangan kurus Gio mengusap genangan air mata yang siap meleleh turun. Ia tersenyum haru. "Kau ini melamar jadi kekasih atau jadi suami, sih?" kekehnya geli. 

"Keduanya." 

Kekehan Gio lenyap seketika. "Maksudmu?"

"Aku sedang mempersiapkan pernikahan kita. Mungkin tidak di Indonesia. Kita harus ke luar negeri." 

"Tidak mau! Aku mabuk udara."

"Gio, kumohon..."

"Bagaimana kalau aku malah sakit di sana. Itu kan memalukan, Fay."

"Di sana ada jutaan dokter untuk membuatmu sehat kembali secepatnya."

"Lalu bagaimana dengan sekolah anak-anak? Pastinya setelah menikah, kita bakalan bulan madu, bukan? Atau... kau tidak menjadwalkan itu di agenda pernikahan kita kelak?" Gio menyipit. 

"Forsaken God, Gio... itu soal mudah. Aku bisa mengaturnya."

"Aku ini mabuk udara..."

"Kumohon tahanlah mabukmu itu dan akan kuganti dengan mabuk cinta setelahnya, oke?!" Fay nyaris putus asa membujuk Gio. 

Gio pun terkikik geli. "Alangkah bahagianya membuat Tuan Fay mengiba dan memohon padaku... hihi..."

Fay menggeram. Dia kena jebakan nakal Gio. 

"Aarghh! Haarghh! Faayy! Pelaannhh! Aarrghh!" Gio segera saja sibuk menjerit-jerit ketika Fay bergerak hardcore menghujam cepat dan kuat liangnya. 

"Ini hadiah untuk kauuhh... ermghh... yang sudah baik hati menjebakku... ergghh! Hrghh! Giooo!"

Gio merasa pusing, namun ini jenis pusing yang lain. Ini pusing nikmat. Bahkan dengan biadabnya Fay menohok spot yang tadi menggunakan ujung penisnya kencang-kencang. Tubuh ramping itu pun terhentak-hentak di bawah Fay yang mendekap sembari Gio memeluk leher kokoh kekasihnya. 

Kekasihnya.

Ohh... alangkah terdengar indah nan merdu bila itu diucap.

Tapi itu nanti dulu, karena ini masih ada yang lebih krusial, yaitu menggilanya Fay menghujam lobangnya. 

"Faayhh! Haahh! Pelan! Aerrghh! Ranjangnyaahh bisa robohhh... aanggkh!" 

"Akan kuberikan ranjang baru!" tukas Fay cepat, tanpa memperlambat ritme hentakannya. 

"Akuuuhh... akughh... aarghhh... tak tahaannhhh..." Gio memang sudah di ambang limit sedari tadi, bukan? "Faayyghh! Aaarrghhh!!!" Maka ia pun melepaskan lahar putih kentalnya meski tentunya bakal menempel di perut atau dada Fay karena posisi mereka yang berhimpitan. 

"Hrghh! Bagus, Gio! Errghh! Hrghh!"  Fay tanpa jeda hentakkan penisnya dalam-dalam ke liang Gio setelah sang kekasih memuncratkan cairannya. 

Spot lelaki itu letaknya tidaklah dalam dari pintu masuk. Tak sampai 5 senti kedalamannya, sama seperti letak spot wanita. Jangan ragukan kemahiran Fay mengenai pencarian titik koordinat istimewa itu. 

Kini Fay bebas hujamkan penisnya sedalam yang ia mau. 

"Faayyhh... keluarkannhh... aaarghh..."

Fay menyeringai. "Tidak semudah itu, sayangku... hrrmghh!" 

Gio merutuki dirinya yang bagai makhluk yang kalah perang jika berhadapan dengan Fay. Stamina seorang Fay memang tak perlu ia ragukan. Segalanya. Termasuk stamina yang itu. 

Maka, Gio pun mencoba rileks dan pasrah dengan segala hentakan Fay meski ini mungkin sudah hampir 30 menit semenjak Fay melesakkan masuk penisnya tadi. 

"Gio! Hrghh! Ketat! Lubangmu ketat!" 

"Urrghh! Suka? Ummhh?"

"Sangatthh! Hrrghh!" Fay terus tatap wajah kekasih barunya. Kekasih yang tertunda selama 10 tahun.  "Dan awas saja kalau kau berani berikan lobangmu selain padaku, Gio. Akan kukuliti kau."

Gio memukul lengan Fay. "Jangan menakutikuhh--aaghh... Faayyy..."

Kembali wajah Gio berubah sendu merayu. Fay terkekeh. Gio kembali dalam mode berahi tinggi karena Fay berhasil menohok titik spesialnya kembali. 

"Kau takkan dapat hak eksklusif penisku jika berani berselingkuh. Kau akan merugi berat, Gio... rrmmghh! Kenapa, sayank? Mulai terangsang lagi?" Kemudian Fay melirik kejantanan Gio. Ia menyeringai. "Sudah tegang lagi, sayank..."

Gio kembali menepuk lengan kekar Fay seraya merajuk dengan wajah merona tua. "Itu... itu gara-gara kemesuman gilamu!"

"Hahaha..." Fay tergelak senang. 

Kini ia mengganti posisi, duduk di depan selatan Gio sembari cengkeram pinggul kurus Gio kuat-kuat dan semakin kencang sodok lubang ketat Gio yang sepertinya mulai kewalahan akan permainan hardcore Fay yang tak berjeda. 

"Faayyhh! Stttoppp! Haahh... akuhh... akuh bisaaahh... mati keringgghhh... kekurangan cairan spermaahhh..." Wajah sayu Gio dipaparkan, membuat Fay makin ingin beringas menindas Gio supaya lelaki manis itu terus menguarkan suara-suara sensual bagi telinga Fay. 

"Hah, hentikan omong kosongmu, Gio! Aku akan mengganti cairan yang kau keluarkan. Ayo, cepat lepaskan cairanmu itu!" Mata elang Fay tajam menusuk manik sayu Gio. 

"Kejammmhh... dasar kauuhh kedjaammhh... aarghh... tak tahaannhh... Faayy... haahh... ARRGHH!" Lagi-lagi Gio menyemburkan cairan cintanya hingga terkena ke dadanya sendiri. 

Fay bahagia. 

Kebahagiaan seorang dominan, adalah apabila submisifnya bisa 'keluar' akibat perbuatannya. Dan lebih bagus lagi jika bisa berkali-kali dalam sekali permainan. 

Setelah melewati 40 menit, Fay akhirnya mulai fokus untuk mengeluarkan miliknya sendiri. "Baiklah, sekarang aku akan serius agar keluar."

Gio mendelik. "APA?! Jadi daritadi kau hanya main-main?!"

Tapi Gio tak bisa berlama-lama melongo, karena hentakan Fay sudah berubah lebih sadis dan menggila. Ranjang kayu itu sampai berderit riuh mengimbangi gerakan beringas Fay. Konsentrasi Gio terpecah ke bagaimana jika ranjangnya rubuh. Alangkah konyolnya bila itu terjadi. 

"Gio! Gio!" panggil sang kekasih. "Aku hampirkkhh..."

Gio tersenyum bagaikan dewi welas asih pandangi Fay. Dua lengannya kembali melingkar di leher sang dominan. "Iya, lelakiku... pejantan tangguhku... keluarkan saja. Aku... siap menerima benihmu..." 

Fay sangat terprovokasi atas perilaku Gio barusan. Manis namun juga binal. Belajar dari mana si manis ini? Nanti akan Fay tanyakan kalau tidak lupa. 

"Iya! Iya Gio! Gio! Gio! Ini! Ini untukmuugghh! Orgh! Orrghh! OORRGHH!" 

Berbarengan dengan deraman panjang Fay, maka ia juga melepaskan tembakan peluru cair nan hangat memenuhi lobang spesial Gio. 

"Hoooghh... oorrghh..." Fay terhenti agar semua cairannya selesai menetes tanpa sisa. 

Gio lega. Hampir satu jam. Dia kan melirik jam dinding di dekat pintu. Gila, kakinya sampai nyaris kram saking lamanya mengangkang. 

Usai tetesan terakhir, Fay pun mencabut penis yang dibarengi dengan lenguhan keduanya, lalu membiarkan cairan kental itu meleleh keluar malu-malu dari lobang Gio yang sempat menganga akibat bekas dimasuki Fay. Namun lubang tersebut kembali ketat dalam hitungan detik saja. 

Gio menghembuskan nafas lega. "Akhirnya selesai. Tubuhku remuk. Aku ingin tidur."

Fay menelentangkan kembali Gio yang bermaksud miringkan badan. "Siapa yang menyuruhmu tidur seawal ini?"

"Heh?!" Gio tampakkan wajah bingung. 

"Sebentar lagi pasti milikku bangkit lagi. Dan itu tak sampai 10 menit, sayankku."

"APA?!"

"Persiapkan staminamu setelah ini, my love..." 

Fay menyeringai meski muka Gio pias. Neraka seksualnya sudah dimulai. Oh, apakah Gio musti menyesali keputusannya meminta dilamar Fay? Apakah itu bisa dibatalkan? Dan... apakah Fay tak pernah cukup sekali saja keluar dalam setiap permainannya?!

Gio... persiapkan dirimu.


===BERSAMBUNG===

Kayaknya gw kalo bikin judul kok absurd amboi gt yak :"V
Dan yg bs liat ini hanya para followers saja, krn hanya kalian yang berhak dpt asupan dr gw. Call me daddy //halah!// :"D 

Jgn lupa vote yak! Komennya mana nih kok skrg sepi amirr?!
Lagi pd sariawan jempolnya yak?

Yodah makasih yg msh setia ama ini fic.
Msh bakal ada gelora lagi loh ,,
ini belum usai //sok misterius//

See ya!

||

=[[ RYUU ]]=

Continue Reading

You'll Also Like

927K 45.7K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
270K 26.4K 30
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
6.1M 316K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
370K 28.2K 86
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...