Cinta Dari Langit [Completed]

נכתב על ידי Lil_Butterflies

191K 13.6K 1.6K

There are million reason for me to leave you. But i never do that for one reason because i love you. O'on עוד

Prolog
1. Fragrance Riverside
2. I Love You More Yansen
3. Si Oo'n yang Nyebelin
4. Please, Do Not Change
5. When Disappear
6. She is a Hero
7.Saving My Love For You
8. Morning Sickness
9. No, l Won't Give Up
10. Kemelut Prasangka & Diagnosa Akhir
11. Don't Say Good Bye
12. Everytime I Need You
13. We're Like Different Stars
14. The First Day of Work
15. Stay With Me
16. First Kiss
17. Perasaan Yang Berbeda
18. April Die?
19. Please Comeback For Me
20. April Reborn
21. Terbiasa Bersama
22. Menyangkal Rasa
23. "Are You Still Love Me?"
25. Shootout
26. "Onci, wake up.."
27. Bunga Terakhir
28. Liebe Vom Himmel [Completed]
Epilog
[*]

24. Penyadapan

6.3K 452 72
נכתב על ידי Lil_Butterflies

One week later

April memimpin rapat pembentukan EO yang akan ia dirikan, ia membuat rancangan saat berminggu-minggu di rumah Onci, ia menghabiskan waktu kesendiriannya dengan melukis mimpi dalam rancangan planning strategi yang harus ia eksekusi. Menghubungi rekan yang memiliki pandangan yang sama, tujuan dan ambisi untuk membuka lapangan pekerjaan bagi ia yang tidak memiliki titel sebagai lulusan kesarjanaan, lebih tepatnya sebagai alumni DO yang berusaha mencoba peruntungan. Ia akhirnya memutuskan memilih bisnis yang bergerak dalam even rancangan tata busana dan permodelan yang bentuk bersama Team Managament Jhansamudera, salah satu relasi yang pernah mempercayakan April untuk mendesign launching produk baru yang saat itu sedang dalam proses promosi. Beberapa management yang ia tawarkan berhubungan langsung dengan team yang menaungi beberapa artis terbaru dan model pendatang baru, ia tidak terlalu buruk dalam hal fashion, beberapa , merk dan style yang ia presentasikan seolah telah tergambar di luar kepala, menempatkan ia akhirnya berkarir sesuai passion yang telah ada padanya sejak dulu.

Bersama alumni mahasiswa beasiswa yang kini telah kembali memilih pensiun menjadi pengacara, mereka justru bersama banting stir menjadi wirausaha. Onci mendukung penuh keputusan April. Masa lalu tidak menjadikan ia berhenti untuk melanjutkan langkah, April kembali bangkit dari nol menghabiskan seluruh tabungan yang ia miliki demi membentuk mental baru dalam dunia perbisnisan.

"Yang kamu tau nggak, berapa biaya kontrak awal launching filem terbaru dari Production House  Cinemax Place, mereka minta EO kita bikin even untuk artis-artis mereka, OMG aku bisa bawa kamu nikah ke luar negeri dalam tujuh kali kontrak yang" April menggenggam handphone miliknya yang terhubung ke handphone miliki Onci disela waktu makan siang.

"Tabung Pril, jangan seperti kuliah dulu ya, dulu kamu lumayan boros. Sekarang kamu harus save pendanaan untuk masa depan".

"Iya, iyaaaa, untuk masa depan kita juga" April terkekeh menahan tawa, membayangkan wajah Onci di seberang sana.

***

"Sorry" April melirik ke arah suara, seorang wanita dengan kemeja putih bermotif bunga yang ia rasakan seperti sengaja menyenggolnya.

"nggak papa" April tersenyum saat wanita itu melirik kearahnya dengan gerakan tiba-tiba menyenggol tas April saat ia berlalu pergi tanpa kata.

Melangkah beberapa detik melewati kerumunan para pekerja, April memesan taxi online untuk menjemput, ingin hati nya agar Onci bisa ikut untuk makan siang bersama, mengerti akan kesibukan Onci, ia tidak ingin mengganggu.

April terus melangkah namun seperti ada perasaan yang kurang enak pada feelingnya yang merasa seperti diikuti, ia menoleh ke belakang, lalu melangkah kembali, maju beberapa langkah seorang pria berjas hitam dengan brewok tebal menggiringi langkah kaki April berjalan, firasatnya kurang tenang, mengaktifkan radar perasaannya nya yang terasa kurang nyaman, ia terus melangkah menuju pusat keramaian.

"Ci, kok seperti ada yang ngikutin aku ya, apa cuma perasaan aku aja?. "

Sebait pesan ia kirim pada Onci, tak lama ia menunggu balasan, dering call phone berdecit April bergegas mengangkat.

"Kamu di mana?"

"Nggak jauh dari South Tower?"

"Aduh di jalan apa ya aku lupa?"

"Ya ampuun cii, di jalan Jendral Sudirman"

"Yaudah kamu bisa tunggu aku jemputkan, kamu lihat di sana , sebisa mungkin kamu berada di tempat orang ramai, kamu tunggu aku di situ ya"

"Iya sayang, yaudah, aku tunggu kamu di Sampoerna strategic square, hati-hati ya On"

Panggilan tertutup, April melangkah cepat. Ia harus mengorbankan beberapa waktu untuk dua hingga tiga bulan kedepan berpanasan diudara panas Ibu kota, berpeluh keringat pada hawa debu dan merasakan sengatan matahari demi menunggu jemputan taxi online dari tempat satu ke tempat yang lain, jika ada banyak permintan EO, ia bisa jauh lebih cepat untuk bisa membeli kendaraan, seluruh tabungan dan deposito yang ia miliki telah ia tarik untuk dipergunakan sebagai modal awal untuk membeli seluruh perlengkapan kebutuhan penunjang usaha EO yang ia dirikan.

April memutuskan untuk tidak lagi membebani kedua orang tuanya, bahkan menggunakan jasa mereka dalam hal permodalan, ia bisa saja memiliki gedung pribadi tanpa harus mengeluarkan biaya sewa jika saja ia menutup sedikit gengsi untuk meminjam modal pada kedua orang tuanya, dan mengambil kendaraan yang ia miliki di rumah. Namun semua itu ia urungkan sebab bukankah sedari dulu saat kedua orang tuanya tak menyetujui hubungannya bersama Yansen seluruh fasilitas bahkan kendaraan saat kuliah ditarik paksa hanya demi April mau menuruti kemauan Mama dan Papa.

Ia telah terbiasa dan kini pelajaran berharga itu menjadikan April tak lagi menjadi pribadi yang gampang berkeluh kesah. Baginya selama masih memiliki tenaga ia tak lagi ingin memulai karir awal dari pendanaan kedua orang tua, sebab ia tahu, apa yang saat ini dan kedepannya ia perjuangkan, adalah tanjakan gunung yang tak terdaki, selain dengan keinginan untuk melangkah meraih puncak mimpi. April pun sadar, baik kedua orang tuanya maupun Onci akan menjadi duri penghalang yang akan menjadikan hubungan mereka terasa berat untuk diperjuangkan.

Hampir setengah jam April menunggu, ia melihat tak jauh dari gedung Onci dan Gina mendekati arah pintu masuk, ia berdiri, menoleh ke sisi kanan dari meja sudut gedung pria brewokan tebal yang mengikutinya masih duduk manis membuka lembar demi lembar koran.

"Apa mungkin itu suruhan papa?" April bergumam lirih di dalam hati, nalarnya mulai bekerja dengan baik

"Kamu nggak papa?" suara itu terdengar menenangkan, jika tak ada Gina, April akan melompat ke arah Onci dan memeluknya.

"Ia aku baik-baik aja" belum sempat April mempersilahkan Onci duduk, tepat di hadapannya wanita dengan menggunakan boot heels zipper dengan tinggi 12cm membuka kursi dan mendudukinya, ia masih menggunakan kacamata criztal brown yang sesuai pada tungkai hidungnya yang mancung, style cueknya terlihat tegas dengan light blazer blach yang wanita dingin itu kenakan, menggantung pada tubuhnya yang tinggi, ia melihat ada selipan pistol di saku blazer pada sisi kanan, April mendongak menatap wanita itu menghamburkan penglihatan dengan tatapan tajam sejauh-jauh mata memandang.

April melingkarkan tangannya pada pergelangan tangan Onci.

"Pria yang ada di pojokan kanan itu, dari tadi dia terus ngikutin aku" Onci melirik ke arah yang di maksud oleh April, disusul Gina yang menggerakkan mata tanpa melakukan gerakan aktif pada lehernya, ia terlihat diam memberikan tampilan tubuh yang tak mencurigakan.

"Mungkin dia suruhan papa" April mengibasi tangannya dan mengangkat kedua bahu tanda tak perduli.

"Kamu yakin itu suruhan papa?"

"Bisa jadi, hampir kurang lebih dari enam tujuh bulan aku nggak pulang kerumah, dan barang kali mereka hanya ingin tahu keadaanku". April tersenyum lebar. Gina mendengar seluruh pembicaraan Onci dan April, namun seperti kebiasaanya, ia bukan tipekal yang mudah masuk pada pembicaraan siapapun, berbeda dengan Mira, yang memiliki sifat supel pada siapa saja.

"yaudah kita pulang aja kalau begitu, kamu aku anter ya"

"Tapi kamu juga pulang kan Onn"

"Aku masih ada kerjaan, lusa Mrs Alissah akan datang, aku harus nyiapin laporan"

"Pulang saja Ci" potong Gina melirik ke arah Onci, di ikuti April yang menurunkan senyumannya luruh terlihat ia yang mengapa justru memerintah Onci untuk kembali pulang.

"Tapi Mbak Gin, Frans belum masuk kedalam database kasus, dan kita belum membuat laporan?" Gina meletakkan tangan di atas meja.

"Tidak akan ada laporan. Tidak ada laporan mengenai keberadaan Frans dan kondisi ia saat ini" Onci menggelengkan kepala, dengan berbagai pertanyaan yang melintasi memory ingatannya, bagaimana bisa Gina untuk tidak membuat laporan atas kematian teamnya dalam menjalankan tugas. Ia memundurkan kaki satu langkah.

"Aku harap bisa menemukan jawabannya" Onci menatap Gina yang masih duduk mematung, dengan posisi leher kedepan, namun lirikan matanya masih memperhatikan pria yang duduk dari sudut meja pojok, Gina mengeluarkan secarik kertas dari saku baju, menulis beberapa kalimat dengan gaya santai ia memajukan kertas itu ke Arah April.

Aku mohon jangan memberikan gerakan berarti dan mengundang curiga, sebisanya santai saja, seolah tidak terjadi apa-apa, jawab pertanyaan ku, kapan terakhir kali kamu menyadari jika pria itu mengikutimu?. Jawab tanpa harus melihat kertas, dan tutup tanganmu dengan apapun yang ada di meja.

Pada tindakan pertama, keduanya bersamaan menundukkan kepala membaca tulisan Gina di secarik kertas di atas meja, namun gerakan itu tak terlalu mencolok, teralihkan pada posisi Gina yang sibuk memainkan bangles yang ada di tangannya.

Saat pertama kali aku keluar kantor. Tulisan singkat April tanpa harus membalik kertas, Gina melanjutkan pertanyaan.

Apa dia sempat menyentuh atau pun menyenggolmu

Tidak

Gina menegakkan kepala, membuang tatapan ke arah berlawanan. Sesekali ia menatap Onci, perasaannya kembali tak tenang.

Apa sebelum dia ada orang yang tidak kamu kenali mendekatimu? Gina kembali bertanya, kini wajahnya terlihat sedikit curiga, April terlihat berpikir, bukan pertanyaan Gina yang membuat ia terpaksa untuk berpikir, namun karena ia menganggap Gina aneh dan terlalu over membuat ia sedikit risih.

"Jangan terlalu berlebihan" April membuka suara membuang tatapan jengah, ia mengibasi lehernya yang mulai terasa membasah akibat berkeringat. Gina terdengar kaget saat April mengeluarkan suara, giginya bergemeretak menahan geram, jika bukan demi Onci, sudah ia biarkan saja gadis bodoh di hadapannya yang tak mengikuti intruksi itu hilang barang kali di culik orang. Apa perlu ia mengeluarkan kartu kepolisian agar apa yang sedang Gina lakukan merupakan bentuk pendalaman kasus dan perlindungan saksi kunci. Sejauh itu kah?. Gina memiringkan kepala mencoba tak menjatuhkan gerak pandagannya ke arah April.

"Aku tahu sedari tadi dia merhatiin kamu On, mungkin lagi cari perhatian kamu, biar di kira hebat" bukan justru bertambah tenang, kembali April menguji kesabaran, gadis itu membangkitkan emosi di dalam diri Gina yang telah ia tahan dari beberapa kasus yang ia tangani, dan kini ia harus berhadapan pada sosok yang menyebalkan.

Gina sadar, April tidak lah dapat di ajak bekerja sama, wanita bodoh di hadapannya itu tidak mengerti arah bicara dari maksud tujuan Gina, namun sebisa mungkin Gina bersikap santai seolah tak terjadi apa-apa, salah kata, justru memperkeruh keadaan dan instingnya berkata, Onci kini sedang dalam bahaya.

"Iya doong aku merhatiin dia, Onci dari tadi kelihatan seperti orang yang sedang mengantuk" Gina membuka suara yang mengada-ada, lantas melemparkan kertas ke arah April dan diikuti Onci turut membaca.

Wanita, bodoh, aku hanya ingin tahu di mana ia melekatkan alat penyadap di tubuhmu, jika tidak ingin bekerja sama, apa perlu aku menelanjangimu. Reflek Onci melirik ke arah Gina yang kini menampilkan senyuman yang sengaja ia buka lebar, 'impas' lirihnya kini merasa puas jika harus membalasi April kembali dengan kalimat kasar. April merasa dirinya sedang dihina ia tidak terima, akal sehatnya belum kembali secara sempurna, bisa jadi karena April kekurangan cairan hari ini, hingga ia baru tersadar saat beberapa detik lalu setelah ia berdiri.

"Oh my God", April menutup mulutnya dengan kedua tangan, lantas duduk kembali memperhatikan Gina yang kali ini sibuk bersiul.

Ya ya aku ingat, sebelum mengetahui dia ngikutin aku, ada seorang wanita yang menabrak dan menyentuh tas milikku.

April menulis pesan singkat dan menaikkan satchel bag miliknya ke atas meja. Gina memperhatikan tas itu secara keseluruhan, secara detail dan terlihat samar, sebuah bendolan kecil berukuran seujung kuku jari kelingking berada pada penutup bag bagian depan.

"kenapa kamu berpikir jika orang yang ngikutin kamu itu adalah suruhan kedua orang tua kamu?" suara Gina meninggi, April terkaget menatap wajah itu sembari memegang tungkai kursi, ada rasa takut, dan kini ia menunggu apa instruksi selanjutnya dari Gina.

Jawab dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa, berikan tanda jika kita tidak tahu tentang penyadapan ini, lanjutkan pembicaraan kita, jangan membahas apapun tentang pekerjaan Onci saat kalian berdua.

"Ya, bisa jadi, karena mereka hanya memiliki aku sebagai anak satu-satunya dari mereka" Gina mengeluarkan handphone dari saku celana, meminta Onci dan ia berbicara melalui pesan singkat, tanpa harus megeluarkan kalimat-kalimat yang terlalu mencolok dan mencurigakan.

"nanti malam aku ada party, kalian berdua harus ikut" Gina mencoba mengalihkan pembicaraan, dari dua analisa yang sedang ia kembangkan mengenai siapa orang itu, jika itu benar adalah suruhan kedua orang tua April, maka itu tidak terlalu membahayakan bagi Onci, namun jika itu memiliki kaitan terhadap kasus kematian Frans, maka akan bertambah kasus serius yang harus ia selesaikan, namun Gina masih mencoba mengkorelasikan seluruh kasus yang sedang ia ungkap, tentang mengapa harus April, apa hubungannya itu semua dengan April, jika karena Onci, Onci hanya bagian dari System Engineering and Analysis, pada struktur Central Intelligence Agency ia hanya khusus penanganan Science dan Technology. Tidak, kali ini Gina mulai membuat kesimpulan. April benar, bisa saja mereka benar suruhan kedua orang tua April yang ingin mengetahui kabar anaknya dengan tindakan ekstrem berlebihan. Menyadap anak sendiri, itu sudah melanggar ranah prevacy, prasangka Gina mencoba mempercayai semuanya.

***

April menarik tubuh Onci saat ia melangkah memasuki ruangan kerja, usai makan malam, rindu menyisakan sekeping rasa yang mampu menyesakkan rongga dada, April tak ingin jauh, karna jauh cukup membunuh, meski berada pada tempat atau rumah yang sama. Ia rindu, dan ingin selalu berdekatan setelah seharian menghabiskan waktu di luar rumah dengan jarak dan perpisahan. 

"Aku nggak mau kamu kerja lagi, apa nggak cukup seharian kamu habisin waktu berkutat pada kerjaan dan hanya sesekali menghubungi aku, saat jarak berpihak memberikan kesempatan kita untuk saling mendekat, lalu kamu sia-siakan begitu saja. Onnnn, aku kangen kamuuuu"

April tak melepaskan pelukan. Siapa yang tak tersanjung, saat orang yang selama ini kamu cintai memberikan sepenuh hati dengan ketulusannya memujamu dan memberikan perasaan dengan segenap ruas pengistimewaan, maka Onci merasa, bahwa menjadi bahagia amatlah sederhana.

Ia membalik tubuhnya yang telah mengenakan piyama, tepat pada tubuh April ia membalas memeluknya, rasanya seperti air yang jatuh dari tempat tertinggi saat dilihat ia menimbulkan ketenangan pada mata yang memandang, riak suara air yang mengalir menyatukan simfoni tanpa ujung itu berirama pada jiwa-jiwa yang sedang jatuh cinta, karam lautan membuat sebagian awak kapal kehilangan arah, namun kram yang dirasakan Onci membuat hati terasa berbunga.

Indah, tenang, menenangkan, memeluk seseorang yang teramat disayang memunculkan energi yang tak mampu dibahasakan dengan kata bahkan diksi terindah, takkan cukup kata untuk berucap. Bahkan tak cukup bilangan angka pada part-part cerita yang ada di wattpad, serta chord pada tangga nada, Onci tergugu dalam cinta, ia jatuh cinta lagi dengan energi baru yang diberikan April padanya.

"Kamu tahu sekalipun hujan di saat malam bulan nggak pernah tenggelam, hanya saja ia terselimuti awan, namun terangnya masih bisa dirasakan"

"Mungkin bulan sedang kedinginan, makanya dia berselimut" April membuka jarak memperhatikan setiap inci wajah Onci. Cantik atau tampan memanglah sesuatu keistimewaan, kesempurnaan yang menenangkan saat mata memandang, namun bagi April yang memang pengagum keindahan seni pada ukiran wajah. Cantik hanya pekara kesekian, karna cinta tak memandang rupa, usia, warna kulit, kelamin, namun ketenangan dan rasa yang ada saat hubungan itu terjalin, apalah lagi saat ia sadari sedari dulu Oncinya memang  memiliki keindahan wajah di atas rata-rata wanita pada umumnya, rasa syukurnya semakin terus bertambah.

Onci memberanikan diri melumat bibir April lalu melepasnya.

"Karena bulan setia pada malam, makanya dia berjanji nggak akan hilang sebelum pagi, sebagaimana matahari setia pada pagi dan siang, yang nggak akan hilang sebelum senja, dan aku ingin selalu setia sama kamu pada kehidupan sekarang, kedua dan bahkan jika ada kehidupan setelah kehidupan sekarang, nggak akan ada tempat pada hati yang baru, selain selalu setia untuk kamu".

April kembali melanjutkan menciumi Onci, menarik tubuh itu menggiring nya ke arah kursi. Ia hanya ingin memeluk Onci malam ini. Menghabiskan malam dalam saling melepaskan rindu atau cinta tanpa melakukan hal lebih, cinta bukan pekara nafsu, ia terlalu istimewa jika hanya di identikkan tentang itu. Cinta terlalu istimewa. Seistimewa April mencintai Onci dengan sederhana, namun dengan sepenuh nyawa yang ia punya.

TBC.

Mulmed : Stay With You

המשך קריאה

You'll Also Like

6.6M 340K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
48.5K 5.1K 27
Woman x Woman Rebeca Georgino Key, pengusaha muda itu butuh seseorang untuk menghangatkan hatinya yang telah lama mendingin. Disaat sedang mencari s...
1M 154K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
40.1K 5.8K 76
Lembar baru, apa kabar? [gxg] Lesbian! ChaeKyul | ChaeQiong Jung Chaeyeon x Zhou Jieqiong ©2019 Pikasquirtle (n.) beberapa chapter berisi konten dewa...