Beautiful Disaster (Sudah Di...

By yeyeevilangel

115K 14.2K 2.3K

Bagaimana rasanya jika kesetiaan Dan persahabatan dibalas dengan pengkhianatan... More

Awal kisah
Seo Hyun
Bohong
Ketahuan
Jebakan
Sial
Penasaran
Kesepakatan
Kembalinya Marsha
Gelisah
Semakin dekat
Cemburu
Marah
Resah
Tak bisa tidur tanpamu
Tahanan
Rengekan Seohyun
Terkuak
Harus berpisah
Malam final
Sebuah kebenaran
Rasa Sakit
Senyum yang hilang
Sebuah Kebutuhan
Kembali
Mr. ChoKyu
Calon Istri
Takut
Maaf
Lamaran
Direktur Baru
Marry Your Daughter
Sebuah Rahasia
Wedding
Masalah baru
Pertengkaran
Hamil
Protect
Ketulusan
Baca dulu sebentar
Pre Order Book
Tutup PO
Info penting
Book Beautiful Disaster
Info Penting
Cerita Baru
Post

Kebodohan Marcuss

2.7K 333 57
By yeyeevilangel

Seohyun berdiri disamping tempat tidur berukuran king size, tempat dimana seorang pria tampan tergeletak tak berdaya karena ulahnya. Sejujurnya Seohyun bukanlah tipe wanita jahat yang sengaja membuat seorang pria mabuk sampai tidak tau diri seperti sekarang. Tidak, ia tidak sejahat itu. Salahkan pria asing yang tidak ia ketahui namanya itu yang membuatnya senekat ini. Seohyun tidak terima disamakan dengan wanita jalang diluar sana yang mau menjual tubuh mereka hanya demi uang..

Seohyun tidak seperti itu meskipun penampilannya kelihatan sama seperti mereka. Seohyun masih menjaga aset berharga miliknya yang hanya akan ia berikan untuk suaminya kelak. Siapapun silahkan tertawa karena Seohyun masih memegang Teguh pendiriannya yang sudah hanyut didunia modern saat ini.. 

"Satu.. Dua.." Seohyun menghitung uang yang ia ambil dari dompet milik Marcuss yang ia temukan disaku celana milik pria itu. Benar adanya, ternyata ia seorang yang sangat kaya Raya, terbukti dengan satu black card berlogo khusus yang hanya dimiliki oleh beberapa orang saja didunia.. 

Seperti Centurion. kartu kredit khusus orang kaya yang paling terkenal. Untuk mendapatkannya, pemilik setidaknya harus membayar uang pendaftaran US$5.000 untuk seumur hidup dan iuran tahunan US$2.500.  

Berbeda dengan kartu kredit pada umumnya, Amex Centurion terbuat dari titanium. Tidak sembarang orang dapat memiliki kartu kredit ini, karena harus mendapatkan undangan khusus dari American Express serta harus dapat menunjukkan rata-rata pengeluaran tahunan US$250.000 per tahun. Pemegang kartu ini sebelumnya harus memiliki American Express Platinum Cards yang memiliki biaya tahunan paling rendah US$450 dan pria ini memiliki semuanya yang membuktikan dirinya benar-benar orang terkaya dinegeri ini... 

Astaga.. 

Seohyun jadi kurang percaya diri dan tidak yakin dengan apa yang ia lakukan sekarang,  but sudah terlambat untuk memperbaikinya. Seohyun berdoa dalam hati semoga ini kali pertama sekaligus yang terakhir ia melihat pria itu karena selanjutnya Seohyun tidak akan berani menunjukan batang hidungnya didepan pria tersebut... 

Selesai menguras isi dompet milik Marc. Seohyun langsung bersiap meninggalkan kamar hotel. Waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam. Pasti kakaknya saat ini tengah menyebut namanya, mengomelinya yang tak kunjung pulang.

"Yuri.." panggil Seohyun mendekati gadis bersurai coklat tua yang sedang kebingungan didalam cafe tempat janji temu mereka.. 

Yuri,  gadis cantik berkulit eksotis itu menoleh, berbagai ekspresi ia tunjukan saat melihat Seohyun, antara lega dan gelisah yang bercampur aduk membuat wajah cantiknya terlihat lucu dihadapan Seohyun.. 

"Mukamu kenapa," Seohyun tertawa namun tawanya berubah menjadi tawa tercekat ketika melihat ponselnya yang berisi notifikasi dari kakaknya.. 

"Ya ampun, Yul," panik Seohyun menarik Yuri pergi dari sana.

Changmin mendengus melempar ponsel miliknya diatas sofa. Sudah tak terhitung lagi ia menelpon Seohyun namun yang menjawab diakhir nada hanya suara operator menandakan ponsel adiknya itu tidak diaktifkan oleh pemiliknya..

Dirinya benar-benar gelisah memikirkan dimana keberadaan Seohyun saat ini. Segala kemungkinan buruk telah ia tepis jauh-jauh dari benaknya sampai sebuah suara mesin mobil yang berasa dari luar mengalihkan dunianya kembali.. 

Dengan cepat Changmin brranjak dari ruang tamu menuju pintu utama, membukanya lalu melangkah keluar menghampiri Seohyun yang baru saja turun dari taxi. Perlu digaris bawahi.  Adiknya,  yang baru dua hari di tempat ini pulang menggunakan taxi? Oke, apa yang Changmin lewatkan selama ini dari pertumbuhan serta pergaulan adiknya.. 

"Sayang..,"

Seohyun membeku ditempat mendengar suara berat kakaknya dari arah belakang. Seohyun sempat menetralkan detak jantungnya sejenak sebelum berbalik dan dengan berani pula menghadapi wajah galak Changmin yang terlihat jelas meskipun penerangan diluar rumah mereka kurang.. 

"hai, Oppa, sudah pulang yah.." 

Changmin tertawa. Bisa-bisanya adiknya bersikap semanis ini ditengah emosinya yang sudah memuncak.. 

"Dari mana saja kau,?" tanya Changmin langsung.

Kali ini kedisiplinan adiknya harus ditegakkan. Changmin tidak tau seperti apa ayahnya dan ibu tiri nya itu mendidik Seohyun diseoul tapi sekarang. Seohyun adalah tanggung jawabnya dan adiknya itu harus hidup dibawa aturan yang ia buat.. 

"Tadi buat tugas dirumah Yuri tapi ternyata aku ketiduran, itu yang antar tadi Yuri temanku," jelas Seohyun yang nyatanya adalah sebuah kebohongan belaka. Ia sudah mengatur semuanya sebelum pulang kerumah.. 

"Kau sedang tidak berbohong kan? " tanya Changmin lagi memastikan. Seohyun mengangguk, mengigit bibirnya ragu, salah satu kebiasaan nya jika sedang berbohong.. 

"Baiklah, tapi ini adalah yang pertama dan yang terakhir kau pulang selarut ini karena jika kau mengulanginya, kakak akan mengirim tim sar untuk mencarimu dan menyewa beberapa pengawal untuk menjagamu.,"

Changmin mengangguk, merangkul pundak Seohyun dan membawanya masuk kedalam rumah.

'Nenek sihir itu telah berhasil meracuni pikiran adikku hingga bisa menjadi seorang pembohong handal didepanku sekalipun'

Seoul 

Kepergian Seohyun keluar negeri mulai merubah kehidupan keluarganya yang lain diseoul. Semua yang harusnya dimiliki oleh Seohyun mulai diambil alih oleh Yoona. Dimulai dengan menjadi manager keuangan diperusahaan Shim group sampai mengelola butik milik mendiang ibu Seohyun yang begitu terkenal dengan nama Hyun Beauty. 

Semua Yoona dapatkan dengan mudah, mengingat dia adalah orang yang paling dipercaya dan disayangi oleh Seohyun. Meskipun yang ia dapatkan belum sepenuhnya menjadi miliknya tapi apa salahnya ia berusaha dan membuktikan bahwa dirinya bisa bertanggung jawab mengeola semuanya... 

"Ibu benar-benar bangga, kau telah bekerja keras, Sayang.." puji Ny. Shim memeluk tubuh Yoona.. 

"Terima Kasih, Mom, tapi ini hanya sementara, Mom tidak mungkin lupa akan hal itu kan. " balas Yoona berhasil memudarkan senyum ibunya. 

"Kau benar, Sayang.."

#New york

Marcuss bangun dan mendapati dirinya masih berada dikamar hotel yang ia sewa semalam bersama seorang wanita yang tidak ia ketahui namanya. Kepalanya masih terasa sakit membuat Marcuss menggeleng kasar guna mengembalikan kesadarannya yang belum kembali sempurna..

Apa yang terjadi..  Binggung Marcuss mencari keberadaan wanita semalam. Kamarnya bersih,  tidak da tanda-tanda bahwa telah terjadi sesuatu disana. Marcuss memegang kepalanya lagi, berusaha mengingat kejadian yang mungkin luput dari ingatannya semalam akibat terlalu banyak mengosumsi minuman beralkohol.. 

Tunggu... Alkohol?  Marcuss sepertinya mulai bisa mengendalikan otak cerdik yang sempat lumpuh sejenak dan berpikir tentang kemungkinan yang terjadi selama dirinya tidur atau bisa dibilang sengaja dibuat pingsan dan tidak berdaya diatas ranjang.. 

"Brengsek... " erang Marcuss bangun mencari dompet miliknya disegala penjuru ruangan lalu berhenti saat matanya menangkap dompet, ponsel serta kunci mobilnya diletakan diatas meja kaca tengah ruang kamar tersebut.

Dengan cepat Marcuss meraih dompet miliknya dan mengecek isinya yang jangan ditanyakan lagi apakah isinya masih utuh atau tidak karena semuanya telah diembat oleh Seohyun tanpa sisa sepeserpun. Yang tertinggal hanyalah credit card dan beberapa kartu penting lainnya.. 

"Sialan, baru kali ini aku ditipu seperti ini.. " desis Marcuss menunduk kembali mengambil kunci mobilnya tapi sebuah note kecil dengan tulisan tangan terselip diantara kunci mobil dan ponselnya..

Semalam adalah malam terindah dalam hidupku.. Uangmu banyak sekali dan itu membuatku tidak tahan jika tidak membawa semuanya

Terima kasih ..

Marcuss meremas kertas pemberian Seohyun dengan emosi yang meluap. Marcuss harus menemui Grace, ia harus bertemu dengan wanita itu secepatnya. Marcuss tidak akan diam saja setelah dipermainkan seperti ini..

"Siapapun kamu, dimanapun kamu berada, jangan harap bisa hidup dengan tenang.." desis Marcuss penuh penekanan.. 

Seohyun bergedik ngeri. Entah apa yang terjadi padanya sampai bisa merinding seperti tadi. Seohyun menepuk lehernya berulang kali, meredakan perasaan aneh yang tiba-tiba saja menjalar diseluruh sel tubuhnya. Perilaku Seohyun selama beberapa detik itu ternyata tidak lepas dari pandangan Changmin yang tengah menyetir disampingnya. Sejak kejadian semalam, keputusan Changmin berubah. Ia akan mengawasi Seohyun dan supir Seohyun hanya dipergunakan jikalau Changmin benar-benar tidak bisa menjemput Seohyun.. 

"Ada apa, sayang?" tanya Changmin menyentuh dahi Seohyun dengan tangan kirinya sementara tangan yang lain sibuk memegang kemudi.. 

"Tidak tau, tiba-tiba saja merinding.. " binggung Seohyun mengamit tangan Kakaknya dan menggenggamnya erat.

"Merinding kenapa,?" Changmin melirik Seohyun sejenak, menunggu jawaban gadis itu.. 

"Entahlah, mungkin perasaanku saja kali yang tidak enak," Seohyun tertawa. Mencoba menghibur diri.

"Hah.. Kenapa bisa begitu." Seohyun mendengus, menggeleng pelan menjawabnya..

'Perasaanku kenapa mendadak aneh, seperti ada yang memanggilku..' batin Seohyun

Dengan perasaan yang aneh Seohyun melangkah memasuki kelas pertamanya. Yuri berdiri menyambut kedatangan Seohyun dan menuntun gadis itu untuk duduk disampingnya..

"Seo, gila yah, uang yang kamu beri semalam itu sangat banyak. Jadi benar, pria itu kaya Raya, lalu bagaimana jika dia melaporkan kita ke kantor polisi," keluh Yuri. Sungguh tidak lucu model papan atas seperti dirinya terlibat kasus penipuan yang melibatkan seorang bilioner terkenal seasia.. 

"Tenang, Yul, dia tidak akan berani.. "

"Kenapa kau begitu yakin? "

"Yah ampun, Yul, siapa juga yang mau mempermalukan dirinya sendiri didepan publik. Dengan melaporkan kita sama saja ia membongkar aibnya," Yuri mengangguk paham, detik berikutnya ia terkekeh menyadari betapa bodohnya dirinya yang tidak sampai memikirkan hal tersebut. 

"Ah yah... " bisik Yuri tersenyum lega namun detik berikutnya wajahnya kembali berubah serius.

"Oh ya, semalam aku coba mencari tau informasi tentang pria itu.. " 

Ucapan Yuri kali ini berhasil menarik perhatian Seohyun sepenuhnya.Yuri tau jika Seohyun cukup penasaran meskipun gadis itu tidak mengatakan apapun.. 

"Dia seorang billoner. Marcuss dijuluki pangeran New York karena ia pewaris satu-satunya keluarga Cho. And you know? Mereka masih termasuk keluarga bangsawan, diusia dua puluh tujuh tahun pria yang kita tipu semalam itu sudah memimpin beberapa perusahaan yang bergerak dibidang strategis seperti properti, otomotif dan tambang. Kurang apa lagi coba," jelas Yuri panjang lebar

"dia pintar memimpin perusahaan tapi tidak bisa menghargai wanita.. " decak Seohyun. Yuri mengangguk setuju. 

"Entah mengapa, aku rasa dia mungkin tidak akan diam saja mengenai perilaku kita semalam terhadapnya.. " Seohyun tertawa meskipun dirinya juga merasa takut karena ternyata bukan hanya dirinya yang berpikiran seperti itu.. 

"Jangan takut!! Kita akan bertemu dengannya hanya karena dua hal. Yang pertama adalah takdir dan yang kedua mungkin kita sedang sial,"

Oh astaga. Seohyun harus memberi penghargaan untuk ekspresinya saat ini. Sungguh, itu semua hanya kebohongan semata karna jauh didalam benaknya Seohyun tidak menginginkan dua hal yang ia sebutkan tadi terjadi.. 

"Aku harap tidak keduanya.. " doa Yuri. Seohyun balas tersenyum. Semoga saja doa dari dua orang wanita yang telah melakukan dosa semalam dikabulkan.. 

Marcuss masuk kedalam ruangannya. Ekspresinya datar, terkesan dingin dan mematikan bagi siapapun yang melihat wajahnya. Marcuss marah, emosinya sama sekali tidak berubah sejak dua jam lalu ia keluar dari hotel, pulang kerumah dan melanjutkan menghabiskan waktu yang ada dikantornya.. 

Ia merutuki dirinya yang bodoh karena begitu mudah diperdaya oleh seorang wanita semalam dan parahnya ia yang telah terbiasa membaca setiap gerak gerik berbentuk sandiwara berlapis kebohongan harus kecolongan. Wanita itu benar-benar hebat dalam menipu dirinya dan bisa dibilang rencananya atut diacungi jempol. Sial.

"Sshh brengsek," desis Marcuss memukul meja.

"Jonathan.. " teriak Marcuss dari dalam ruangannya. Sedetik kemudian, seorang pria tampan masuk kedalam ruangannya dengan kepala tertunduk menungu perintah.. 

"Aku mau kau menyelidiki seseorang. Seorang gadis dari Seoul, aku pernah menemuinya dua Bulan yang lalu di Seoul dan aku yakin dia baru datang kesini. Entah dia sedang liburan atau apa, aku mau kau menyelidiki semuanya.." titah Marcuss tak terbantahkan.

"Tap-" Jonathan terdiam ketika melihat Marcus menatapnya seakan kata yang akan ia ucapkan selanjutnya adalah bom yang akan membunuh dirinya sendiri. Jonathan menunduk sekali lagi, dengan pasrah mengiyakan perintah tersebut meskipun sulit karena dia sama sekali tidak mendapat penerangan mengenai orang yang akan ia selidiki..

"Keluarlah sekarang dan kerjakan apa yang ku perintahkan tadi.."

Jonathan mengangguk dengan berat hati lalu melangkah mundur sebelum balik meninggalkan ruangan tersebut. Okay, sekarang ia harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk satu tugas yang mustahil selesai dal waktu singkat.. 

Malam harinya Marcuss kembali ke club untuk menemui Grace, satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab atas apa yang sudah menimpa dirinya kemarin malam. Marcuss menghampiri Grace diruangannya setelah penjaga didepan memberitahu bahwa teman kencan dari sahabat karibnya Max baru saja tiba dan sedang melayani kliennya didalam ruangan pribadi miliknya.. 

"Grace.." teriak Marcuss ketika pintu ruangan Grace dibuka olehnya.

Grace, wanita yang dipanggil olehnya menoleh kearah pintu begitupun pria duduk hadapan Grace yang terkejut melihat kehadiran Marcuss disana.. 

"Jadi ini klien kamu," decak Marcuss

"Marc, masih terlalu awal untuk datang bersenang-senang, Kawan," ejek Max disambut tawa oleh Grace. 

Marcuss mendekat, duduk disamping Max lalu menyambar gelas berisikan beer milik Max dan meneguknya sampai habis.. 

"Sayang, jangan menggodanya, kau tau? Semalam dia mendapat mangsa yang benar-benar mahal.. " cerita Grace tidak menampik wajah kesal Marcuss yang memiliki arti lain. Gadis itu tetap saja menceritakan kejadian semalam pada kekasihnya yang baru berkunjung setelah beberapa minggu menelantarkan dirinya.. 

"Oh astaga, aku harusnya tidak terkejut" balas Max ikut tertawa. 

"Aku sedang dalam mood yang buruk untuk bercanda," jelas Marcuss. 

"Kenapa?  Apa masalah keluargamu."

"Lebih dari itu," Marcuss menarik nafas lalu membuangnya kasar. "Aku kesini untuk protes karena pacarmu telah memberikanku pada seorang penipu.." Max mengernyit. Ia yang tidak mengerti lantas menatap Grace namun yang ditatap justru mengangkat bahu.. 

"Apa maksudmu dengan penipu, Marc."

"Apa kau tau, gadis itu membawa kabur semua uang tunai didompetku setelah membuatku mabuk dan tidak berdaya dan parahnya lagi,  aku bahkan tidak dapat apapun darinya. Bisa dikatakan aku rugi banyak tapi dia menang banyak.. " 

Untuk sejenak tidak ada yang bersuara saat mendengar cerita Marc barusan tapi selang dua detik kemudian. Ledakan tawa dari Grace dan Max menggema diseluruh penjuru ruangan Grace yang kedap suara. Max maupun Grace sama-sama memukul meja sambil tertawa.. 

"Brengsek!!" maki Marc tidak terima ditertawai oleh kedua temannya.. 

"Haha gilaa, berani sekali gadis itu, apa dia tidak tau sedang berhadapan dengan siapa?  Hahaha... " ucap Max susah payah menahan tawanya melihat wajah merenggut Marcuss. 

"Maafkan aku,  Marc." Grace tertawa. "Sungguh, aku tidak tau jika dia akan melakukan hal senekat itu," lanjutnya kembali tertawa.. 

"Teruskan saja tertawa kalian, sialan." 

bukannya merasa takut karena amukan Marcuss. Grace justru nut terpingkal-pingkal bersama kekasihnya Max. Ya Grace termasuk daftar orang yang tidak kenal kata takut menghadapi Marcuss karena mereka sudah berteman cukup lama dan wanita itu telah mengenal sosok Marcuss luar dalam.. 

"Mungkinkah aura playboy pangeran dari keluarga Cho berkurang.. " 

"Oh ya ampun.. "Max menghapus air disudut matanya lalu melihat arloji bermerk gucci ditangannya sebelum beralih menatap Grace.. 

"Sepertinya waktuku habis, aku harus kembali sekarang.. "

"Hey,  kenapa buru-buru.. " 

"Jangan menahannya, Marc! Sebelum kesini dia meninggalkan adiknya yang sedang tertidur pulas didalam mobil yang dia kunci dari luar.. "

Max mengangguk hendak berdiri tapi ponselnya yang bergetar disaku sebelah kiri membuat gerakannya terhenti dan terpaksa mengangkat panggilan tersebut disana dan tanpa melihatpun Max sudah tau siapa yang menelponnya.. 

"Iya, Sayang... "

"Maaf, kau sedang tidur jadi Oppa tidak tega membangunkanmu..iya, ini juga mau balik, tadi hanya menemui teman lama.. Iya sayang.."

Marc memperhatikan Max lalu beralih menatap Grace yang terlihat biasa -biasa saja. Wanita itu sama sekali tidak memperlihatkan kecemburuannya saat mendengar Max bicara dengan mesranya dengan wanita yang ia sebut adiknya.. 

Max mengakhiri sambungan teleponnya kemudian beranjak dari tempat duduk menghampiri Grace yang ikut berdiri mengantarnya sampai didepan pintu dan memberikannya ciuman perpisahan.. 

"Hati-hati, Sayang, sampaikan salamku untuk adikmu yah.," kata Grace. 

"Iya, aku akan mengatur pertemuanmu dengannya nanti.." Grace mengangguk menjawabnya, ia akan menunggu hari itu karena mengenal keluarga dari pria yang ia cintai adalah moment yang paling ia tunggu. Semoga hari itu akan datang secepat mungkin.. 

"Aku akan menunggu kabar darimu." Max mengangguk. Ia menatap Marc dibalik punggung Grace.. 

"Marc, aku duluan yah... " pamitnya kemudian berlalu meninggalkan tempat tersebut... 

Grace mendengus kecewa, baru saja ia bertemu dengan Max setelah sekian minggu tanpa pertemuan kini Max mengakhirinya dengan singkat, jika boleh jujur sebenarnya Grace kecewa. Katakanlah ia si egois yang munafik karna bersikap lain dimulut lain dihati.. 

"Kalau aku jadi kau, aku akan merengek meminta dia menyeret adiknya kesini agar kalian bisa punya waktu lebih lama" celetuk Marc membaca ekspresi wajah satu-satunya teman wanita yang dapat ia percaya setelah adik perempuannya.. 

"Tidak mungkin, Marc, kau tau sendiri seperti apa dia menjaga adiknya itu.." Grace tersenyum tapi Marc tau senyum itu dipaksakan.. 

"Biar aku yang bicara dengannya.. " putus Marc kemudian. Ia berdiri dari tempatnya melewati Grace menyusul Max namun pergelangan tangannya langsung ditahan oleh Grace.. 

"Mau kemana? "

"Menyusulnya dan menariknya kesini bersama adiknya.. " Grace menggeleng cepat menolak pikiran bodoh Marcuss barusan. Max akan kecewa padanya jika tau ia sebenarnya keberatan dengan waktu yang diberikan olehnya.. 

"Marc, astaga.. Jangan!! " 

"Tidak, Grace, kebiasaanmu mengalah dalam hal apapun harus dihentikan sekarang juga, sebagai kekasih kau juga berhak atas dirinya."

Marcuss melepas genggaman tangan Grace dilengannya lalu berjalan meninggalkan ruangan pribadi wanita itu untuk menyusul Max yang mungkin masih dalam perjalanan menuju tempat dimana mobilnya berada.

Didalam mobil, Seohyun yang baru saja bangun dari tidurnya merenggut kesal mendapati kakaknya tidak ada disampingnya. Seohyun awalnya berpikir mereka telah tiba dirumah namun nyatanya mereka berada ditempat yang Seohyun rasa pernah didatangi beberapa hari yang lalu.. 

Oh my god.. 

Dan parahnya lagi. Kakak tercintanya itu malah meninggalkan dirinya sendiri didalam mobil yang terkunci. Seohyun panik, ia harus segera pergi dari sana.. 

Pintu samping kemudi terbuka diikuti kemunculan Max. Seohyun menoleh mendapati kakak tercintanya sedang tersenyum manis menatapnya.. 

"Kenapa senyum? Jangan pikir aku bakal luluh, senyummu itu basi, Oppa"

"Ya ampun, baru juga ditinggal sebentar sudah marah, nanti cantik nya hilang, sayangku.. " goda Max hanya dibalas delikan tajam Seohyun.

"Sayang.. "

"Jijik ah.. "

Seohyun memangku tangan membuang muka kedepan tapi sialnya matanya justru menangkap sosok yang sangat ia kenali sedang berjalan kearahnya. Uhh Tunggu? Kearahnya. Seohyun panik tapi ia tetap mengikuti langkah kaki pria itu sampai jantungnya berdebar dua kali lipat lebih cepat ketika pria itu berdiri tepat disebelah mobil kakaknya. 

Ini takdir atau kesialan? 

"Kau kenapa, Hyun?" heran Max melihat perubahan sikap adiknya. 

Kaca mobil Max diketuk beberapa kali dari luar membuat perhatian Max teralihkan. Pria itu keluar dari mobilnya saat melihat Marc melalui kaca mobilnya

"Ada apa.. " tanya Max langsung begitu keluar dari dalam mobilnya. 

Marcuss berdehem sebentar kemudian beralih mengintip kedalam kaca mobil Max. Marcuss merasa dia mengenal adik dari sahabatnya itu.. 

Berbeda dengan Marcuss yang terus mencuri pandang kedalam mobil. Orang yang ingin pria itu lihat justru mati-matian bersembunyi dibalik jas kerja milik Max yang ia tinggalkan didalam mobil. Seohyun berjanji akan menandai hari ini sebagai hari tersial seumur hidupnya.. 

"Tuhan, aku berjanji tidak akan nakal lagi, selamatkanlah aku hari ini dan aku akan menjadi anak baik.. " doa Seohyun dalam hati. 

"Hey, Cho Kyuhyun," panggil Max sekali lagi memakai nama korean Marc. 

"Grace ingin bicara denganmu,  katanya ada hal penting yang lupa ia katakan," bohong Marcuss. 

"Hah, benarkah.." Marcuss mengangguk tapi tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari kaca mobil Max. Saking penasarannya, Marc ingin sekali menyeret gadis itu keluar dari dalam mobil kakaknya sekarang juga. 

"Katakan padanya untuk menunggu sampai besok saja.." Marcuss mengeleng tidak setuju dan akan melayangkan satu bentuk protes lagi jikalau suara Grace tidak bergema hingga membuat kedua pria tampan itu menoleh menatap kearahnya yang tengah berlari kecil dengan heels 9cm yang dikenakannya. 

"Kau ingin mengatakan sesuatu.. " tanya Max yang langsung dijawab gelengan kepala Grace.

Marc tersenyum puas. Akhirnya ia punya alasan untuk menyeret adik Max itu keluar dari dalam sana. 

"Momentnya sudah tepat, sekarang ajak adikmu keluar dan kenal kan dia pada calon kakak iparnya,"



To be Continue.. 

Continue Reading

You'll Also Like

32.1K 4.4K 45
A Sequel of The Philanderer "For some people, the end is always the most anticipated. Some say that they like the beginning because it is always bea...
273K 21.5K 101
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
42.8K 6K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
784K 38K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...