BEIGE

Autorstwa appaddal

5.5K 416 31

Aku sangat menyukai warna Beige. Hampir 35% seluruh pakaianku berwarna itu. Namun setelah bertemu dengannya... Więcej

PROLOG
1st
3rd
4th
5th
6th
7th

2nd

436 40 0
Autorstwa appaddal

"Kau terlihat sangat bersemangat pagi ini?"
Sooyoung tersenyum. "Malam ini akan bersejarah bagiku."
"Cih berlebihan."
"Daging perut atau daging..."
"Daging perut." Sahut Yoona. "Iris tipis-tipis kemudian potong selebar 3 jari."
"Arasseo." Jawabnya kemudian berjalan menuju konter daging.
Yoona yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya menggeleng. "Aah matta, aku juga harus membuat makan malam untuk tetangga baru. Sepertinya hari aku harus belanja banyak."
Terdengar deringan ponsel membuat yeoja itu merogoh sakunya. "Yeobseyo."
["Kau dimana?"]
"Supermarket. Aku dan Sooyoung sedang belanja untuk acara makan malam nanti."
["Aku dan Changmin mungkin datang jam 7 malam dan sepertinya tidak sempat membeli pesananmu. Gwencana?"]
"Nee gwencana oppa. Aku akan menitipnya pada Soojung. Kebetulan tokonya di dekat rumah sakit tempat Soojung bekerja."
["Baiklah. Sebelumnya jangan lupa mengurus Jeno, kau juga jangan terlalu kelelahan."]
"Nee. Aku tutup." Ujarnya kemudian mendesah. "Kenapa perasaanku selalu berat seperti ini."
"Hei ini pesananmu."
Yoona mengangguk. "Bisakah kau mengambil makanan kecil untuk Jeno?"
"Siap aku akan melakukannya untuk penyelamatku."
"Aiish jinjja."

"Untuk tuan Park, tolong kurangi dosis antibiotiknya."
"Nee seonsaengnim." Sahut Soojung sambil mencatat di buku catatannya.
Kyuhyun mengangguk. "Nanti malam kalian berdua ada kegiatan?"
"Tidak ada." Jawab Minhyuk tepat saat ponsel Soojung berbunyi.
"Permisi." Ucapnya kemudian mengangkat panggilan.
"Yeobseyo. Waeyo eonni? Nee? Aah di toko sebrang jalan itu. Arrasseo, apa kalian ingin berpesta? Aku ikut ya, kebetulan malam ini tidak ada jadwa jaga dan juga aku merindukan Jeno. Nee, arrasseo. Tunggu aku." Tutupnya kemudian kembali bergabung dengan timnya. "Jweisonghamnida seonsaengnim."
Kyuhyun mengangguk. "Gwencana. Jadi kau ada kegiatan malam ini?"
"Nde? Aah ada. Kebetulan suami kakakku akan mengadakan pesta kecil-kecilan dirumahnya malam ini, jadi aku harus menemani anak mereka selama pesta berlangsung."
"Keurae. Kalau begitu lain kali saja kita melakukan perayaannya."
"Nee. Jweisonghamnida." Ucap Soojung sambil membungkuk.

"Hari ini kau belanja banyak sekali. Bukankah satu kantung saja sudah cukup."
"Hari ini aku akan masak banyak. Untuk acaramu dan juga untuk tetangga baru."
"Tetangga baru? Yang mana?"
"Didepan rumahku. Suite 3006."
"Ye? Aku tidak tahu."
Yoona mengangkat bahunya sambil mengeluarkan barang-barang belanjaan. "Donghae oppa bilang kalau dia bertemu tetangga baru itu tiga hari yang lalu. Sepertinya mereka pasangan muda."
Sooyoung mengangguk. "Kali ini apa yang harus aku lakukan?"
"Menonton tv saja sana. Setelah itu jemput Jeno di sekolah."
"Kau benar-benar tidak butuh bantuan?"
Yeoja itu mengangguk. "Lebih baik aku bekerja sendiri. Saat kau ikut membantu, dapurku menjadi kapal pecah dan tidak ada satupun menu yang bisa kita buat."
Sooyoung mengeluarkan cengirannya. "Baiklah chef, aku akan mendengarkanmu kali ini."
"Kau harus mendengarkanku sepanjang hidupmu agar kau hidup dengan bahagia dan nyaman."
"Aiish jinjja. Arrasseo. Memang hanya kau yang mengerti diriku. Saranghae chingu-ya."
"Sudah sana."
Yeoja itu terkekeh dan berjalan menuju ruang keluarga.
Yoona yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya menggeleng. "Aku tidak menyangka Choi Sooyoung teman SMPku ini akan melakukan segala cara hanya untuk mendapatkan anak."
"Aish, karena dia suamiku jadi aku berani seperti ini."
Yoona mendengus. "Setahuku saat kalian masih berpacaran kau melakukan segala cara untuk mencari perhatian Changmin-ssi, bahkan kau rela tinggal di Hotel tempatnya bekerja."
"Diamlah, kau juga sama. Setahuku bukan yeoja yang penurut tapi sekarang kau sangat menuruti perkataan suamimu."
"Aku dan Kau beda."
"Kita sama. Kau, aku dan Soojung. Kita bertiga sama saja."
"Baiklah."

"Oh nona 3006." Sambut Tuan Kang saat melihat Seohyun berjalan menuju pintu gedung.
"OH Annyeong haseyo."
Tuan Kang tersenyum. "Saya dengar kabar kalau akan ada tetangga baru tapi ini baru pertama kalinya kita bertemu. Saya Kang Min Joon, bagian security."
"Ah Nee. Saya memang baru pindah."
"Nee. Tuan 3005 juga mengatakan begitu, beliau bertemu suami anda sebelumnya."
Mendengar kata 'suami' yeoja itu langsung tersenyum sungkan. "Nee."
"Kalau butuh apa-apa silahkan hubungi saya."
"Nee Ahjussi."

^1^

"Istriku malam ini mengadakan pesta makan malam dan dia sudah mengundang istrimu. Kau harus datang."
Changmin mendengus. "Apa ini perintah dari GM?"
"Nee. Lebih tepatnya perintah dari Istri GM."
"Arrasseo. Karena yang menyuruh adalah istrimu..." ujarnya sambil mengambil daging didepannya lalu melahapnya. "Aku akan datang."
"Ya, kau bahkan lebih mendengar pendapat istriku daripada pendapatku atau istrimu."
Changmin tersenyum. "Hyung, aku ingin bertanya?"
"Mwonde?"
"Kau harus menjawabnya dengan jujur." Donghae mengangguk. "Dimana kau pertama kali bertemu istrimu?"
Donghae terdiam.
"Wae? Kenapa diam? Hyung tidak ingin menceritakan adegan romantis saat kalian bertemu?"
"Jeno saja tidak pernah bertanya, kenapa malah kau yang bertanya."
"Ayolah beritahu aku." Terang Changmin penasaran.
"Selama aku mengenal kalian, aku tidak pernah mendengar kalian bertengkar hebat. Aigoo, kalian pasti terlalu mencintai satu sama lain dan langsung saja menerima kesalahan pasangan."
"Cih omong kosong apa itu. Tentu saja kami pernah bertengkar."
"Kalau begitu beritahu aku kapan kalian bertemu?"
Donghae tampak mengingat. "Saat aku kuliah dan saat itu Jeno Eomma masih SMA. Karena kami berbeda dua atu tiga tahun. Mungkin saat aku semester 3 sedangkan Yoona kelas 3 SMA."
"Dimana?"
"Dirumahku." Jawab Donghae sambil tersenyum.

"Yoona-ya, tolong bawa ini."
"Nee." Jawab Yoona remaja meraih sebuah nampan bulat berisi makanan dan membawanya menuju meja hidangan.
"Donghae." Panggil seseorang pada namja tampan yang baru saja keluar dari rumah.
"OH Hyung." Jawabnya kemudian berlari mendekati yang memanggilnya. "Waeyo? Kenapa tiba-tiba memanggilku?"
Namja itu menunjuk kearah yeoja yang membawa nampan. "Siapa dia? Pelayanmu? Cantik sekali."
Donghae menatap kearah yang ditunjuk. "Mollayo, aku baru pertama kali melihatnya."
"Benarkah? Tumben sekali ada pegawai keluarga ini yang cantik dan muda, biasanya ahjumma dan ahjussi saja."
"Kau selalu begitu Yunho hyung."

"Aigooo sepertinya kenangan itu benar-benar indah ya."
Donghae mendorong kepala Changmin. "Sudah habiskan makananmu."
Changmin tersenyum menggoda. "Kalau aku berikan perumpamaan dengan Benua yang ada didunia, seberapa besar cinta uri GM pada Yoona-ssi?"
Donghae terdiam dan kali ini cukup lama.
"Wae? Hyung tidak bisa mendeskripsikannya? Apa cinta itu sebesar bumi."
"Habiskan saja makananmu, sebentar lagi jam makan siang selesai." Jawabnya dingin dan kembali makan.

"Ahjumma, belikan aku es krim."
Sooyoung menggeleng. "Eomma dan Ahjumma sudah membelikan es krim dan makanan kecil untuk Jeno."
"Jinjjayo jinjja?"
"Keuromyo. Kami tadi beli banyak makanan untuk Jeno, Donghae appa dan Changmin ahjussi. Jadi jangan khawatir."
"Gomawo Ahjumma. Ahjumma jjang."
Sooyoung mengacak rambut bocah itu.
"Oh bukankah itu ahjussi tetangga baru?"
"Ye? Yang mana?"
"Ahjussi." Teriak bocah itu kemudian berlari kecil menuju Kyuhyun yang menghentikan langkahnya saat mendengar suara bocah itu.
Kyuhyun tersenyum dan menyambut kedatangan bocah itu. "Annyeong Jeno-ya. Baru pulang sekolah?"
"Nee. Ahjussi baru pulang juga?"
"Aniyo, ahjussi baru mau pergi bekerja."
"Kenapa siang? Waktu itu ahjussi pergi sama seperti appa."
Namja itu mengacak rambut bocah itu. "Karena jadwal kerja ahjussi tidak menentu."
"Annyeong haseyo." Sapa Sooyoung.
"Oh Annyeong haseyo Jeno eomma."
Sooyoung mengibaskan tangannya "Aniyo.Aniyo. Aku bukan ibu Jeno. Aku juga penghuni gedung ini, Suite 4005."
"Aah jweisonghamnida." Ucapnya membungkuk. "Cho Kyuhyun imnida, dari Suite 3006."
"Nee. Choi Sooyoung imnida." Salamnya. "Apa Anda ingin bekerja?"
"Nee. Kalau begitu saya permisi."
"Baik."
"Hati-hati ahjussi."
"Nee."
Pandangan Sooyoung tidak bisa lepas dari namja itu. "Dia cukup tampan." Gumamnya lalu meliaht kearah Jeno yang menatapnya heran. Yeoja itu mengeluarkan cengirannya. "Aniyo, Changmin ahjussi lebih tampan darinya. Kajja, eommamu pasti menunggu kita."

Soojung melihat pajangan minuman yang dijual. "Tidak ada eonni."
["Jinjjayo? Aduh bagaimana ini."]
"Waeyo? Apanya bagaimana?"
["Tidak ada. Lalu apa ada minuman yang beralkohol sedikit tinggi?"]
"Waee? Kenapa tiba-tiba memesan minuman seperti itu? Bukankah eonni dan Jebu tidak bisa minum banyak, akupun juga begitu."
["Aku, Jeno Appa dan Sooyoung ada misi malam ini. Jadi kami membutuhkan minuman itu."]
"Misi apa?" tanyanya penasaran sambil memilih minuman yang sepertinya memiliki alkohol tinggi. "Aku tidak akan membelinya bila eonni tidak memberitahuku." Godanya.
[Yoona mendengus. "Sooyoung mau membuat suaminya mabuk lalu melakukan hubungan intim tanpa pengaman. Sekarang kau puas? Aiish padahal kau masih dibawah umur untuk membahas tentang ini."]
Soojung tertawa. "Arrasseo. Minuman pesanan eonni sudah aku beli plus satu botol alkohol tinggi."
["YA. JUNG SOOJUNG."]
"Aku akan datang lebih cepat agar tidak ketahuan. Eonni jangan lupa memasakan makanan kesukaanku."
["Nee."]

Yoona menaruh ponselnya dan mendesah. "Kenapa aku mendapatkan adik yang super jahil seperti bocah itu."
Terdengar suara bel membuat yeoja itu berjalan menuju interkom.
"EOMMA." Seru Jeno yang baru datang.
Yoona memeluk putranya. "Aigoo uri addeul." Sambutnya sambil menepuk pantat putranya. "Bagaimana sekolah hari ini?"
"Menyenangkan." Jawab bocah itu dengan riang.
"Apa masakanmu sudah selesai?" tanya Sooyoung sambil berjalan menuju dapur. "Oh God, Jung Yoona kau benar-benar hebat."
Yoona tersenyum. "Itu belum seberapa. Masih ada 2 menu yang belum aku buat untuk makan malam."
"Jinjjayo? Sepertinya nanti malam kita benar-benar berpesta."
"Jeno-ya, cepat ganti bajumu setelah itu bantu eomma memberikan makan malam pada ahjummah baru."
"Nee."
Sooyoung mendongak kepalanya, yeoja itu sedang melihat suasana. "Yoon, kau tahu. Tetangga baru kita sangat tampan."
"Benarkah?" jawab Yoona cuek. "Kalian bertemu tadi?"
"Nee."
"Kau lupa? Mereka pengantin baru wajar saja masih tampan, setelah menikah satu atau dua tahun namja itu akan berubah jelek."
"YA. Suamiku tetap tampan walaupun kami sudah menikah dua tahun."
"Baru dua tahun." Sindirnya.
"Jung Yoona, kau sedang menyindir suamimu ya?" Yoona mengangkat bahu.
"Eomma, aku sudah selesai."
"Baiklah. Pulanglah, kau harus bersiap-siap. Sekarang sudah jam 5, Jeno appa bilang mereka akan datang jam 7 dan langsung mengajak suamimu kemari."
"Oke bos. Kalau begitu aku bersiap. Annyeong Jeno-ya."
"Annyeong Ahjummah."
"Kajja." Ajak Yoona sambil membawa sebuah tas.
"Biar aku saja yang membawanya eomma."
Yoona tersenyum. "Gomawo."

Seohyun keluar dari kamarnya. Setelah menyambut kedatangan Kyuhyun tadi siang yeoja itu langsung masuk kedalam kamar dan tidak mengetahui kalau namja itu sudah pergi lagi. "Aish namja itu benar-benar."
Terdengar suara bel membuat yeoja itu berjalan kearah interkom dan mendapati seorang yeoja bersama bocah laki-laki. "Siapa mereka?" gumamnya kemudian berjalan menuju pintu.
"Annyeong haseyo." Sapa ibu dan anak itu sambil membungkuk.
"Oh Annyeong haseyo." Balasnya. "Nuguseyo?"
"Ah kami dari Suite 3005. Suamiku bilang kalau kalian baru pindah kemari."
Seohyun tersenyum. "Nee. Kami baru pindah minggu yang lalu."
"Ini ada sedikit makanan untuk keluarga kalian sebagai tanda selamat datang dari kami. Jeno-ya berikan pada ahjummah."
Jeno memberikan tas itu.
"Aigoo Ghamsamnida. Aku tidak tahu bagaimana membalasnya karena aku tidak bisa memasak."
Yoona mengibaskan tangannya. "Aniyoo Aniyo.. Tidak perlu membalasnya, ini sudah tradisi bagi keluarga kami."
"Ghamsamnida."
"Kalau begitu kami permisi."
"Selamat menikmati makan malamnya ahjumma." Ujar Jeno dengan senyuman lebar dan berhasil membuat Seohyun tertegun.
Yoona dan Jeno kembali kerumah mereka hingga pada akhirnya Seohyun tersadar.
"Chkkamannyo." Serunya dan membuat keduanya menghentikan langkah. "Siapa namamu?"
"Yoona. Jung Yoona imnida." Ujarnya sopan. "Dan ini putraku Jeno."
Seohyun membungkuk. "Seohyun. Itu namaku."
"Senang berkenalan denganmu Seohyun-ssi. Kalau begitu kami permisi."
"Nee, sekali lagi terima kasih Yoona-ssi."
Yoona mengangguk.
Seohyun menatap punggung bocah itu, beberapa menit yang lalu saat ia melihat senyuman lebar yeoja itu, berhasil membuatnya teringat seseorang. Seseorang di masa lalu. "Itu tidak mungkin." Gumamnya.

^2^

Minhyuk melihat sekitarnya. "Memangnya tidak apa-apa kita tidak mengajak Dokter Jung?"
"Gwencana. Nanti setelah dia punya waktu kosong kita bisa mengajaknya."
Minhyuk mengangguk kemudian meneguk minumannya. "Wae? Cho Kyuhyun yang aku kenal tidak seperti ini."
"Aku hanya ingin minum saja."
"Benarkah? Yang aku lihat tidak seperti itu."
Kyuhyun menghela nafas. "Aku benci dengan pertunangan ini." Keluhnya. "Aku seperti anjing yang terus di ikat."
Namja itu mengangguk. "Aku dengar kalau keluarga yeoja itu adalah keluarga yang memberikan hyung beasiswa?"
"Begitulah. Aku tidak tahu kalau ujung-ujungnya akan seperti ini."
"Keluarga Chaeobol memang begitu hyung. Mereka tidak akan memberi tanpa menerima sesuatu."
Kyuhyun kembali meneguk winenya kemudian mengangguk.
"Tapi yang aku lihat, dia yeoja yang cantik."
"Apa menurutmu bertahan hidup di dunia cukup dengan kecantikan? Dia akan jelek sepuluh tahun lagi. Mukanya akan keriput seperti nenek-nenek."
Sekarang gantian Minhyuk yang mendesah. "Lalu? "Apa yang hyung akan lakukan?"
"Entahlah aku belum kepikiran. Tapi yang pasti, aku harus melepaskan diri dari yeoja itu sebelum kakeknya datang ke Korea."
"Kapan itu akan terjadi?"
"Mungkin beberapa bulan lagi."
"Beritahu aku bila hyung membutuhkan sesuatu."
"Tenang saja. Hanya kau yang bisa membantuku."

Donghae dan Changmin masuk ke dalam rumah keluarga Lee dan langsung disambut oleh Soojung dan Jeno.
"Annyeong haseyo."
"Annyeong haseyo. Oh uri Soojung juga disini."
"Nee. Eonni bilang malam ini akan ada pesta, jadi aku datang kemari."
Changmin mengangguk. "Kau benar-benar adik yang baik eoh."
"Ghamsamnida. Silahkan masuk, Yoona eonni dan Sooyoung eonni sedang menyiapkan makanan."
"Nee."
"Aku ke kamar dulu." Ujar Donghae berjalan menuju kamar.
"Eomma.. Appa sudah datang." Ujar Jeno dan membuat ibunya segera melepaskan mangkuk yang sedang di pegangnya.
"Sooyoung-ah, kau bisa melakukannya sendiri kan?"
Sooyoung mengangguk.
Yoona berjalan menuju kamarnya dan ikut masuk kedalam.
Changmin yang melihat itu hanya tersenyum.
"Oppa wasseo?" sambut Sooyoung menaruh sebuah piring.
"Nee. Apa kau membantu Yoona memasak?"
Sooyoung mengangguk. "Kami membuat makanan kesukaanmu."
"Gomawo." Ucapnya tulus.

"Oppa sudah datang?"
Donghae berbalik. "Nee Baru saja." Jawabnya sambil membuka kancing kemejanya.
Yeoja itu meraih jas suaminya yang diletakkan di atas ranjang. "Bagaimana Hotel hari ini?"
"Seperti biasa."
"Aku akan menyiapkan pakaian oppa.."
"Gwencana." Sahut Donghae cepat. "Aku hanya berganti baju."
"Oppa tidak ingin membersihkan diri lebih dulu?"
Donghae menggeleng. "Tidak enak pada Changmin dan Sooyoung. Mereka adalah tamu dirumah ini, kita harus melayani mereka bukan membuat mereka menunggu."
Yoona mengangguk. "Nee."

"Bagaimana pekerjaanmu?"
"Keunyang..." ujar Soojung sambil terkekeh. "Biasa saja."
"Kau belum ingin mengambil spesialis?"
Soojung menggeleng. "Belum. Aku masih harus menabung."
Changmin mengangguk. "Kau benar, lebih baik seperti ini saja dulu. Kau masih muda dan harus menikmati hidupmu."
"Nee."
"Kau juga harus mencari pacar." Sahut Sooyoung. "Yoona bilang kalau kau sibuk dirumah sakit sampai lupa berkencan."
"Eonni." Rengeknya.
"Imo aku sudah selesai makannya."
"Okay. Saatnya belajar. Ayo ke kamar."
"Changmin Ahjussi, Sooyoung Ahjumma, Jeno ke kamar dulu ya."
Pasangan itu mengangguk.
"Belajar yang rajin."
"Nee." Jawabnya.
Sooyoung memperhatikan bocah itu. "Aigoo lucunya. Kapan kita punya bocah seperti Jeno dirumah." Sindirnya.
"Kenapa Jeno tidak makan malam bersama kita saja?" Changmin berusaha mengalihkan pembicaraan dan berhasil membuat Sooyoung kesal.
Donghae dan Yoona keluar dari kamar mereka. "Ayo kita makan malam."
"Nee."
"Makanan yang kami masak adalah makanan kesukaan para suami." Ujar Sooyoung semangat.
"Jinjja? Woah gomawo Sooyoung-ah."
Sooyoung mengacungkan jempolnya.
"Gomawo Yoona-ssi, aku akan makan dengan lahap." Ujar Changmin.
Yoona menunduk dan tersenyum. Yeoja itu selalu bersikap sangat sopan pada namja lain.

Kyuhyun masuk kedalam rumah dan mendapati Seohyun sibuk menonton tv. Seakan tidak melihat apapun namja itu langsung berjalan menuju kamarnya.
"Kau sudah makan malam?" tanya Seohyun dan berhasil membuat namja itu menghentikan langkahnya.
"Belum. Aku akan memasak ramyun setelah ini."
"Ada lauk di atas meja."
"Nde? Kau memasak hari ini? Tumben sekali."
"Aniyo. Tetangga depan yang memberikannya sebagai sambutan selamat datang." Jawabnya tanpa menoleh. "Dia ibu yang baik, masakannya juga sangat lezat."
Kyuhyun mengangguk. "Aku akan memakannya nanti."
"Oh iya, besok aku mulai bekerja?"
"Bekerja? Dimana?"
"Bukan urusanmu. Kau cukup tahu kalau aku besok mulai bekerja."
Namja itu mendengus. "Arrasseo. Kau jangan membuat masalah dan jangan membawaku dalam masalahmu."
"Arrasseo. Kau sudah mengatakannya berulang kali."

Keempat orang itu menatap namja yang terus meracau mengatakan hal-hal yang tidak penting.
"Sepertinya Changmin-ssi sudah mabuk."
Donghae mengangguk. "Aku akan mengantarnya pulang."
"Tidak perlu sunbae. Aku bisa mengurusnya." Ujar Sooyoung.
"Tapi Sooyoung-ah."
Sooyoung hanya tersenyum. "Semuanya sudah berjalan dengan lancar, saat ini adalah tugasku untuk menyakinkannya."
Donghae mengangguk. "Baiklah. Aku akan mengantar kalian sampai ke lift." Ujarnya. "Kalian berdua lanjut saja makan malamnya."
"Nee." Jawab kakak beradik itu.
"Ayo."
"Chingu-ya aku pulang dulu. Besok aku akan memberitahumu apa yang terjadi nanti malam."
Yoona mengangguk. "Nee, aku tidak sabar menunggu besok."
"Annyeong."

Sepeninggalan ketiga orang itu Yoona dan Soojung sibuk menyantap makanan mereka sesekali Yoona menaruh makanan di atas piring adiknya. "Makanlah yang banyak tubuhmu kurus sekali."
"Eonni ddo. Eonni seperti manusia tanpa daging."
"Eii, aku wajar saja begitu karena aku memang ibu rumah tangga sedangkan kau? Kau gadis keluarga Jung."
Krystal tersenyum. "Aku benar-benar merindukan momen seperti ini. Hanya ada eonni dan aku, kita menghabiskan malam sampai fajar kemudian tidur bersama, makan bersama."
"Kita masih bisa melakukannya."
Yeoja itu menggeleng. "Eonni sudah punya kewajiban lain dan aku juga sudah dewasa, kita sibuk dengan pekerjaan masing-masing."
Yoona mengangguk. "Bagaimana pekerjaanmu?"
"Begitulah. Aku mendapatkan atasan baru dan sepertinya dia atasan yang baik."
"Syukurlah kalau begitu tapi ingat jangan terlalu akrab atau jangan terlalu jauh."
"Arra. Eonni selalu mengatakan itu setiap kita bertemu."
Yoona tersenyum. "Aku hanya mengingatkanmu."
"Nee Nyonya Lee."

Donghae menghisap rokoknya, setelah mengantar Sooyoung dan Changmin tadi ia segera turun ke bawah untuk mencari udara segar. Namja itu menatap jendela rumahnya yang berada di lantai tiga dari tempat ia duduk. Lampu itu masih menyala padahal ia berniat untuk kembali setelah lampu itu padam, seperti biasanya.
"Donghae-ssi?" panggil seseorang dengan ragu.
Namja itu menoleh dan mendapati Kyuhyun menatapnya dengan sebuah kantung ditangannya. "Oh Kyuhyun-ssi." Ujarnya langsung membuang rokok tersebut. "Mian." Ujarnya pada Kyuhyun yang berjalan mendekat.
"Gwencana, aku maklum." Jawabnya dan ikut bergabung kemudian mengeluarkan minuman kaleng pada namja itu.
"Gomawo."
Kyuhyun tersenyum. "Sedang ada masalah?"
"Ah aniyo, keunyang..."
"Ah matta. Masakan istrimu sangat lezat, kaldu supnya benar-benar nikmat."
Donghae mengangguk. "Dia titisan Chef Baek Jong Won. Apapun yang dia buat pasti sangat lezat."
"Apa istrimu ikut kelas memasak?"
"Nee, dia yang menjadi mentornya. Kalau kau mengizinkan, suruh saja istrimu ikut kelas memasak yang sama dengan istriku."
Kyuhyun mengangguk berat. "Aku akan mengatakan padanya."
"Kau bekerja dimana? Tadi Jeno bercerita melihatmu pergi kerja siang tadi."
"Ah, aku bekerja di rumah sakit."
"Dokter?"
"Nee."
"Wooah kau keren sekali. Aku akhirnya aku punya tetangga dokter, adik iparku juga seorang dokter."
"Jinjja? Woah kebetulan sekali."
"Nee. Istriku dulu mengambil jurusan kedokteran tapi karena ada suatu masalah, dia meninggalkannya. Padahal aku mendukungnya untuk meneruskannya."
"Ye? Jurusan kedokteran?"
Donghae mengangguk tepat terdengar suara ponselnya berdering. Namja itu merogoh sakunya. "Yeobseyo. Waeyo?" Namja itu mendongak dan benar saja disana terdapat seseorang yang mengintip kearah bawah. "Arrasseo, aku akan masuk. Apa Jeno benar-benar sudah tidur? Nee."
"Sepertinya kau dipanggil oleh istrimu."
"Nee. Kalau begitu aku masuk lebih dulu."
"Sama-sama saja, aku juga ingin masuk."

BEIGE

"APPA." Teriak Jeno.
"Nee. Nee. Appa segera keluar." Seru Donghae dari dalam kamar. Namja itu tampak buru-buru dan membuat istrinya ikut panik menyiapkan barang-barangnya.
"Oppa dasimu." Serunya saat suaminya keluar kamar.
"Aah matta. Gomawo." Ucapnya mengambil benda tersebut dan berlari kecil menuju pintu.
"Eomma, aku pergi."
"Nee. Hati-hati sayang." Dikecupnya dahi Jeno. "Selamat belajar."
Jeno melambaikan tangannya.
"Bye."

Sepergian mereka Yoona segera menuju kamar putranya dan menemukan Soojung masih tertidur. "Apa kau tidak bekerja?"
"Nanti siang saja. Aku benar-benar mengantuk."
"Memangnya semalam sampai jam berapa kau dan oppamu minum?" Soojung menjulurkan jemarinya yang berbentuk V.
"Ye? Jam dua pagi?"
"Hmm, jadi eonni jangan ganggu waktu tidurku yang jarang sekali datang ini."
Yoona mendesah. "Aku akan ada kelas pagi ini. Kalau pulang sms aku."
"Hmm."

Changmin menatap Sooyoung yang pagi ini tidak terlihat seperti biasanya. "Kau baik-baik saja?"
Sooyoung mendongak. "Apa ada yang oppa sembunyikan dariku?"
Namja itu mengerutkan dahi. "Sesuatu yang disembunyikan?" Changmin menggeleng. "Tidak ada."
"Jangan bohong. Pasti ada yang oppa sembunyikan dariku."
"Tidak ada sayang. Percaya padaku."
"Lalu kenapa oppa tidak ingin punya anak? Wae? Bukankah oppa tahu bagaimana sifat eomoni? Dia terus mendesak kita untuk memiliki mereka walaupun hanya satu."
"Sooyoung-ah."
"Tolong beri aku alasan." Pintanya. "Jebbal."
Changmin menunduk dan membuat istrinya semakin penasaran. "Aku... aku takut."gumamnya pelan.
"Takut? Takut tentang apa?"
Namja itu kembali mendesah. "Aku takut melihatmu seperti Yoona-ssi." Ujarnya pelan. "Aku takut kau seperti Yoona, sayang. Lihat bagaimana temanmu? Dia selalu terlihat kelelahan dan aku tidak tega melihatmu begitu."
"Oppa."
"Donghae hyung adalah GM di Hotel dan juga pewaris hotel itu, semua orang memandangnya seperti pangeran kerajaan tapi lihat bagaimana istrinya. Istrinya sibuk di dapur untuk memasak dan mengurus anaknya. Semua karyawan membicarakan bagaimana rupa istri GM Hotel dan bila mereka melihat Yoona-ssi, semua orang mengatakan hal buruk di belakang Donghae hyung." Changmin menggeleng. "Aku tidak tega, tidak akan pernah tega melihatmu begitu."
Sooyoung terdiam.
Changmin meraih tangan istrinya. "Kita akan memiliki anak tapi nanti, setelah ketakutanku ini pergi. Aku mohon kau bersabar, hmm."
Yeoja itu mengangguk pelan. "Nee, aku akan menunggu dengan sabar. Aku juga akan membantu temanku."
Namja itu tersenyum. "Nee. Bantu dia sebisamu."

"Aku akan memakai mobil."
"Ye? Apa aku salah dengar?" sahut Kyuhyun. "Itu mobilku, kenapa kau yang ingin memakainya."
"Mwoya? Kau mendapatkan mobil itu dari keluargaku."
"Yang benar saja Seo Joo Hyun, terang-terang itu mobilku yang aku dapatkan dari tabunganku. Seharusnya kau membali mobil juga."
Seohyun mengeram kesal. "Lalu kau membiarkan aku pergi sendirian?"
"Kan ada taksi, dunia sudah sangat mudah Seohyun-ssi. Kalau begitu aku pergi."
"Aiish jinjja, merusak pagiku saja."

^1^

Pintu lift terbuka, Seohyun keluar dari lift tersebut dan berjalan menuju pintu utama gedung. Tak jauh didepannya terdapat Yoona yang menyapa para tetangga dengan ramah. "Apa dia selalu begitu pada orang-orang? Baik sekali."
"Jeno eomma hati-hati."
"Nee eomoni." Sahut yeoja itu tak kalah riang.
Seohyun melihat pemandangan itu sedikit... aneh. "Yeoja itu selalu ramah pada semua orang dan juga dia begitu sederhana padahal orang-orang yang tinggal di gedung ini bisa dikatakan golongan berada." Secara diam-diam Seohyun mengikuti langkah Yoona dengan jarak 6 meter dari yeoja itu.

"Woah, makanan ini sangat lezat."
Seohyun menoleh dan mendapati Kyuhyun menyantap makanan pemberian tetangga mereka. Wajah namja itu telihat puas dan itu untuk pertama kalinya Seohyun melihat namja dingin itu seperti saat ini.
"Dia benar-benar pintar masak, aku jadi merindukan ibuku."
Langkah yeoja itu terhenti didepan sebuah ruko, Seohyun mendongak dan menatap pamflet yang terpasang disana. "Mom's Cooking. Apa ini tempat kursus memasak? Woah daebbak."

Donghae memantau karyawan bagian housekeeping saat membereskan kamar bekas pelanggan bahkan namja itu ikut membersihkan kamar itu sekedar untuk meringankan pekerjaan karyawannya.
"Gwencana sanjangnim, biar kami saja."
Donghae tersenyum ramah. "Gwencana, aku biasa melakukannya. Bahkan bagian pembersihan kamar mandi adalah tugasku dirumah."
"Aigoo istri sanjangnim benar-benar beruntung kalau begitu."
"Tidak juga. Malah aku yang beruntung mendapatkannya." Ungkap Donghae bangga dan berhasil membuat para karyawan menggodanya.
"Sanjangnim, menurut Anda Nyonya itu bagaimana?"
"Wae? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu."
Para Karyawan itu mengeluarkan cengirannya. "Hanya ingin tahu, soalnya selama lima tahun bekerja disini saya belum pernah melihat istri dan putra sanjangnim."
"Cantik." Jawab Donghae sambil tersenyum. "Baik hati."
"Eii jinjjayo?"
"Jinjjaro. Istriku memang jarang berdandan dan cara berpakaiannya sangat sederhana tapi dia yang terbaik, kalau nanti kalau tiba-tiba kepala koki hotel kita resign aku akan mengusulkan istriku untuk menggantikannya. Masakan istriku sangat lezat, kami memanggilnya titisan Chef Baek Jong Won."
"Wooah itu pasti sangat lezat."
Donghae mengangguk. "Kapan-kapan aku akan mengajak mereka untuk menginap disini."
"Nee, kami akan melayani istri Anda dengan sangat baik."
"Gomapta."

"Kakakmu juga mahasiswa kedokteran kan?" tanya Minhyuk.
"Yee? Aah Nee. Kakakku sempat menjadi mahasiswa kedokteran tapi tidak sampai lulus."
"Jinja? Memangnya kenapa?"
"Ada sedikit masalah keluarga saat itu."

"... Istriku dulu mengambil jurusan kedokteran tapi karena ada suatu masalah, dia meninggalkannya. Padahal aku mendukungnya untuk meneruskannya."

"Kakak Dokter Jung?"
Kyuhyun mengangguk.
"Aku kurang yakin, tapi kabarnya karena dia akan segera menikah dengan kekasihnya. Sepertinya Tdia hamil duluan."
'Bagaimana bisa? Bagaimana bisa selama dua minggu ini aku mendengar kabar yang sama. Tidak mungkinkan itu orang yang sama. Tapi.. apa mungkin dirinya salah satu dari kedua kabar itu. Kalau itu benar, aku berharap kau hanya menjadi kakak Dokter Jung agar kita bisa kembali bersama."

5Y5

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

146K 5.2K 42
❝ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. ❞ She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...
457K 31.2K 46
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...
1.3M 57.5K 104
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
763K 28.2K 103
The story is about the little girl who has 7 older brothers, honestly, 7 overprotective brothers!! It's a series by the way!!! 😂💜 my first fanfic...