The Lycan Queen

By Evangeline_Wong

15.3K 996 76

Talia hanya mengetahui tiga hal dalam hidupnya, berlari, mencuri, dan sembunyi. Ia hanyalah seorang gadis mis... More

START
Prolog : The New Beginning
Chapter 1 : Mysterious Necklace
Chapter 2 : New Friend
Chapter 3 : Dream and Reality
Chapter 4 : The Truth
Chapter 6 : Black Wolf
Chapter 7 : Evolution

Chapter 5 : Duscan

1.2K 109 8
By Evangeline_Wong

A Little Boy and His Mother


Wanita itu melarang putranya untuk pergi. Sang pangeran muda terlihat sangat marah. Ia bertanya kepada wanita itu, Ratu Agatha

"Apa maksud semua ini, bu? Apa yang kau sembunyikan dariku selama bertahun-tahun?!"

Sang ratu menghela napas. "Seperti yang kau lihat, gadis itu hampir membunuh Kurt. Lycan itu berbahaya, sudah berapa kali kukatakan hal ini padamu? Maka kau jangan pergi! Di luar sana berbahaya! Lycan itu makhluk tidak beradab!"

William mengelak "Talia tidak berbahaya! Ia menyerang Kurt karena kau melarangnya untuk pergi! Talia adalah gadis terbaik yang pernah kutemui! Ia adalah temanku!"

Mata sang ratu menatap mata putranya "Lalu menurutmu mengapa ia kabur dari sini bila ia temanmu? Kau akan jadi seorang raja, putraku! Kau harus tahu peraturannya dan kau haurs mematuhinya. Semua lycan harus dibasmi dan tidak boleh berada di area istana, bukannya malah membawanya kemari!"

Sang ratu menyentuh bahu putranya.

William menyingkirkan tangan ibunya dari bahunya dengan kasar. Wajahnya semakin marah, ia menatap tajam mata ibunya "Aku tidak ingin jadi raja bila harus melakukan itu! Kau tidak bisa memaksaku!"

Ia menyeringai "Kau tahu nyonya Ivander? Aku akan mengungkit semua yang kau tutupi dariku selama ini dan menegakkan keadilan di negara ini! Kalung zamrud legendaris itu telah memilih temanku itu!"

"Dasar kau..."

Sang pangeran meninggalkan ibunya sebelum ibunya dapat mengatakan apa-apa. Meninggalkan ibunya yang berteriak dengan nada tegas memanggil-manggil namanya.

Namun ia tidak peduli. Ia berjalan memunggungi ibunya melintasi karpet lobi istana yang mahal dan mewah. Menuruni tangga marmer istana menuju halaman istana dan mengambil motornya. Memakai helm dan pergi mencari kebenaran yang ia dambakan.


***


Thomas berteriak kepadaku "Larilah tuan putri! Cepat!"

Para Baracus sudah menangkapnya. Aku tidak akan meninggalkannya.

"Tidak, aku tidak bisa meninggalkanmu disini!" Teriakku.

Tetapi Elinor mengejutkanku "Tidak tuan putri! Larilah! Cepat! Ia bisa mengatasinya!"

Elinor sudah kugendong di punggungku.

Aku berlari secepat mungkin tetapi sial, Elinor tiba-tiba tak sadarkan diri. Kepalanya bersandar di pundakku. Kuputuskan terus berlari hingga jauh dari jangkauan para Baracus. Melompat-lompat seperti biasa. Matahari masih terlihat sedikit dan berwarna merah. Hari masih sangat pagi.

Setelah merasa cukup jauh. Aku menurunkan Elinor di sebuah atap. Kemudian kulihat punggungnya. Sebuah benda kecil menancap di punggungnya menembus jubah tipisnya. Kucabut benda itu. Sebuah benda berbentuk tabung dengan jarum di ujungnya. Ia telah ditembak dengan peluru bius.

Kusimpan benda itu di kantongku karena kurasa benda itu akan ada gunanya.

Udara pagi hari ternyata sangatlah menakjubkan. Aroma segar yang tak pernah kuperhatikan sebelumnya, ditambah dengan aroma tanah basah bekas hujan yang membuatku merasa bebas. Hujan sudah berhenti.

Aku duduk di atap kayu sebuah bangunan sambil memandang keindahan langit pagi hari. Biasanya pada pagi hari seperti ini aku tertidur atau memakan jatah makananku. Jatah yang diberikan tuan Clepp kepadaku jika berhasil mencuri benda yang ia inginkan.

Aku masih tidak percaya, semua ini seakan tidak nyata. Aku adalah seorang putri? Hal itu sungguh berkebalikan dari yang kulihat di depan mataku. Perkotaan dengan gedung-gedung dan rumah-rumah saling berhimpitan hingga terlihat seperti mainan. Berapa banyak tempat yang sudah kurampok demi orang tua brengsek itu?

Kuputuskan untuk mengambil buku Elinor dari tas ranselku, mencoba mencari petunjuk tempat yang dapat kudatangi sementara Elinor tak sadarkan diri.

Di sebuah halaman terselip secarik kertas terlipat yang tua dan sudah menguning. Ketika kubuka, isinya adalah sebuah pesan singkat, terlihat seperti teka-teki aneh. Tertulis :

Untuk jenderalku

Yang tersisa tinggal di tempat ini. Mereka aman. Kami akan bersembunyi dan bertahan. 12 daun dan kayu.

Dari bawahanmu.

R. T

Surat ini ditujukan untuk seorang jenderal, Elinor pernah menjadi jenderal. Kemungkinan surat ini ditujukan untuk Elinor, mungkin itu juga alasannya surat ini kutemukan dalam buku Elinor. Sepertinya penulis surat ini membicarakan tentang lycan-lycan yang tersisa yang berhasil diselamatkan. R.T sepertinya merupakan sebuah inisial. Tetapi apa itu 12 daun dan kayu?

Ketika sedang berpikir. Tiba-tiba sebuah suara logam berderit mengejutkanku. Suara itu tidak terlalu jauh. Aku menoleh ke belakang. Sebuah kepala muncul dari pinggir atap.

Itu William. Aku tidak akan jatuh ke jebakkannya lagi. Karena kemarahanku, aku menggeram, taring dan cakar-cakarku mulai memanjang, bulu-bulu putih pasti juga sudah memenuhi seluruh tubuhku. Aku hampir mencakar wajahnya.

Tetapi ia mengelak "Tunggu...Maafkan aku, aku tahu kau benci ibuku. Tetapi aku benar-benar tidak tahu tentang yang ia sembunyikan."

Kutatap wajahnya. Wajah tampannya terlihat gugup dan ketakutan. Tapi aku masih tidak mempercayainya "Mengapa kau mengikutiku lagi?" Tanyaku.

Ia berkata dengan polos "Aku hanya ingin ikut denganmu!" Raut wajahnya membuat hatiku luluh. Mata memohon yang terlihat seperti mata anak kecil.

Aku menghela napas dan kembali menjadi normal.

"Baiklah..."

Lalu kuulurkan tanganku dan kutarik tangannya.

"Tapi kau harus membantuku..." Kataku tegas

"Aku janji..." Jawabnya disertai anggukan yakin

Ia menceritakan pertengkarannya dengan ibunya dan mengikuti Baracus yang melacakku. Aku berpikir, benarkah William adalah anak Ratu Agatha yang dibenci para lycan itu? Karena ia sangat berbeda dengan karakter wanita yang dikatakan membunuh orangtuaku itu.

Kutanyakan padanya tentang teka-teki itu.

Will berpikir, tiba-tiba ia mengejutkanku "Aku tahu maksudnya! Daun dan Kayu! Itu adalah nama sebutan untuk jalan Woodleaf!" lalu ia mengernyit

"Tapi tempat itu terkenal dengan kriminalitasnya. Aku takut di sana tidak aman!"

Aku menaikkan satu alis dan menatapnya.

"Kau lupa ya? Kau sedang berbicara dengan pencuri profesional di hadapanmu. Lalu apa yang kau takutkan?"

Aku menyengir. Will pun ikut tertawa "Baiklah, paling tidak kita bisa ke sana dengan aman. Aku punya seorang bodyguard." Candanya

Kutinju lengannya. Ia tertawa. Aku merasa seakan ia bukanlah putra dari musuhku. Ia sangatlah polos dan lugu. Dibalik sikap narsis dan pelawaknya.

"Hei...umm...setelah kau mengetahui bahwa aku seorang lycan dan... pencuri... mengapa kau tetap membantuku? mengapa kau tidak menangkapku... kau kan seorang pangeran." 

"Kau kan temanku..." Jawabnya polos

"Maksudku...bukankah seharusnya kau membantu menegakkan keadilan, memberantas kejahatan atau hal-hal seperti itulah di negara pimpinan ibumu..." Aku mengatakan hal ini dengan nada sedikit kesal.

"Yah...sebenarnya aku tidak begitu peduli terhadap pemerintahan, politik, atau apalah itu. Aku hanya ingin memiliki teman...aku ini anak yang tertutup sejak kecil dan kalau boleh jujur... Sebenarnya ibuku tidak terlalu menjelaskan tentang peraturan Lycan itu, ia menutupi semuanya dariku. Jadi hal inilah yang membuatku selalu memberontak." 

Aku terdiam, berpikir ternyata ia juga kesepian meskipun memiliki segalanya. Lalu ia mengalihkan bahan pembicaraan.

"Siapa itu?' Tanyanya sambil melirik Elinor yang terkapar di atap.

Kuceritakan padanya semua yang terjadi. Hatiku berdebar ketika akan menceritakan tentang ibunya. Setelah ia mendengarnya, raut wajahnya menjadi sangat terkejut. Tiba-tiba ia menjadi gugup.

"Ma...maafkan aku Talia, aku sungguh tidak tahu ibuku melakukan itu. Perbuatan ibuku membuat kalian semua menderita. Maafkan aku membawamu ke istana saat itu. Tapi mengapa kau masih mengizinkanku mengikutimu?"

Aku tertegun "Ti...tidak apa-apa...kau kan memang tidak tahu. Lagipula itu perbuatan ibumu. Tidak ada hubungannya denganmu. Ibumu adalah ibumu, kau adalah kau."

"Terima kasih tuan putri..." katanya sambil menyengir.

Aku memutar bola mata "Ya..ya...kau kan juga pangeran."

"Tunggu... jika ibuku adalah saudari ayahmu...bukankah berarti kita ini sepupu?"

"Ya, sepupu tiri..." sahutku sambil menyengir. Lalu kami pun tertawa.

Tiba-tiba wajahnya berubah menjadi masam. "Oh ya, coba cek jaketmu!"

"Ada apa?" tanyaku sambil meraba-raba jaketku. Tanganku menyentuh sebuah benda asing di bagian dalam jaketku. Kutarik benda yang menempel itu. Sebuah benda kecil berbentuk bundar yang ditempelkan dengan peniti.

"Itu alat pelacak! Hancurkan alat itu! Atau ibuku dapat menemukanmu!"

Aku ingat, ratu Agatha menyelinap ke kamarku saat aku tertidur mungkin saat itu juga ia menempelkan alat ini.

"Ayo! Kita harus cepat pergi dari sini. Aku takut mereka akan kemari!"

Aku mengangguk lalu mengangkat Elinor ke punggungku. William menuruni bangunan itu lalu mengendarai motornya. Awalnya ia menawarkan untuk membawa Elinor, tetapi aku menolaknya. Karena dengan begini Elinor akan lebih aman daripada naik motor dengan keadaan pingsan.

Aku mengikuti William dari atap ke atap. Melompat-lompat seperti biasanya. William menelusuri jalanan-jalanan hingga ke gang-gang kecil. Akhirnya kami sampai ke sebuah jalan kecil bertuliskan "Woodleaf Avenue" Jalanan ini sempit, rumah-rumah di sekitarnya sangat kumuh seperti rumah tuan Clepp dan saling berdesakan. Tidak ada seorang pun yang terlihat beraktivitas di jalanan ini.

William mencari alamat nomor 12. Kami sampai di sebuah bar yang bernama "R&T Bar"

Aku melompat turun. Bukankah R. T adalah dua huruf yang ada di surat itu? William melihat ke dalam bar melalui sebuah pintu kaca yang mengembun. Ia mengusap kaca itu sehingga ia bisa melihat ke dalamnya. Sangat sepi, tentu saja, karena hari masih sangat pagi. Bar hanya ramai di saat malam.

William mengetuk pintu kaca itu. Dan terlihat seorang pria bertubuh tinggi mendekat. Ia membuka pintu dengan wajah marah.

"Tidak bisakah kalian membaca?" Ia menunjuk ke tulisan 'Tutup' yang tergantung di pintu dengan miring.

"Lagipula untuk apa dua anak muda datang ke bar pagi-pagi..." Ia terhenti ketika melihat Elinor di punggungku.

"Jenderal? Siapa kalian?" Ia mencengkeram jaket kami berdua sehingga keseimbanganku sedikit terganggu.

"I...Ia adalah sang putri!"

William yang bodoh. Untuk apa ia mengatakan itu. Aku memelototinya. Pria itu mengamatiku, ia memicingkan matanya. "Putri? Putri siapa? Jangan coba-coba berbohong kepadaku!"

William berteriak lagi "Ia putri Talia! Putri dari Theodore"

Pria itu malah semakin marah "Kebohongan macam apa lagi itu! Sang putri sudah mati!"

Ia menyeret kami berdua. Aku hampir terjatuh karena Elinor berada di punggungku.

"Aku tidak bohong!" William mengomel.

"Kalau begitu coba buktikan!"

Ia menyeret kami ke dalam bar nya. Dan ke sebuah lorong. Menuruni tangga dan Ia membuka sebuah pintu. Isinya adalah sebuah ruangan yang sangat luas, seperti lapangan. Di dalamnya puluhan orang sedang beraktivitas. Ruangan ini sangat luas, berbeda dengan luarnya.

Tempat ini seperti gym, alat-alat olahraga memenuhi ruangan dengan orang-orang yang sibuk dengan alatnya masing-masing.

Pria penjaga bar itu bersuara dengan lantang "Hei, hei, hei, para sahabat Lycanku..."

Aku terkejut, orang sebanyak ini adalah Lycan? Jadi selama ini mereka bersembunyi di bawah bar ini?

Pria itu melanjutkan kata-katanya "Coba lihat siapa yang di sini. Dua anak muda ini membawa sahabat kita Elinor. Gadis ini.." Ia menunjukku

"Mengaku bahwa ia adalah sang Putri!"

Orang-orang itu berteriak mencemooh dan tertawa, mereka terlihat tidak terurus dan mabuk. "Sang putri telah mati!" teriak yang seorang

"Kami sudah menunggu sangat lama dan terus sia-sia!" teriak yang lain.

Tiba-tiba seorang pemuda berjalan dari kerumunan. Tubuhnya tinggi. Matanya yang bulat dan hitam menatapku, bibirnya menyeringai. Ia memakai mantel kulit berwarna hitam.

"Tenang semuanya!" Serunya dengan nada sombong.

Seluruh kerumunan langsung terdiam. Ia mendekatiku, aku harus mendongak untuk melihat wajahnya karena tubuhnya sangat jangkung. Sepertinya usianya tidak jauh dariku.  Matanya menatap tepat di mataku. 

"Mari buktikan bila kau memang seorang putri, wahai nona manis..."

Jarinya menyentuh pipiku. Aku membuang muka. William berteriak "Jangan coba-coba sentuh dia!"

Ia mengalihkan pandangannya pada William

"Ah... dan siapa pengganggu ini?" Ia mengendus tubuh William "Hmm...Manusia?" ia menyeringai

Aku mendengar ia berbisik kepada William "Jangan coba-coba membuat masalah atau aku akan memberitahu semua orang bahwa kau seorang manusia, dan aku tahu siapa kau sebenarnya. Pangeran..."

Ia mengucapkan kata terakhir itu dengan nada mencemooh. Wajah William berubah menjadi ketakutan disertai gerakkan menelan ludah seakan membayangkan tubuhnya dirobek menjadi beberapa bagian oleh sekawanan serigala.

Kemudian pemuda itu menatapku "Bagaimana bila kau bertanding melawanku, nona?"

Aku terdiam dan berkata dengan tegas "Tentu saja..." meski hatiku berdegup dengan sangat kencang membayangkan taring-taring serta cakar-cakar serigala menancap di tubuh manusiaku.

Ia tersenyum hingga terlihat lesung pipit di kedua pipinya. Ia berkata dengan lantang pada orang-orang di baliknya "Gadis ini memiliki nyali yang besar, wahai sahabat-sahabatku! Ia akan bertanding melawanku!"

Seluruh kerumunan bersorak "Duscan! Duscan! Duscan!" jadi itu namanya.

Pemuda bernama Duscan itu menyuruhku mengikutinya. Aku menengok dan melihat wajah William yang khawatir. Pria penjaga bar itu menarik Elinor dari punggungku.

Duscan menggiringku ke sebuah ring berbentuk persegi. Sepertinya ini tempat para Lycan bertanding. Ia menyuruhku melepas sepatuku. Kulepaskan tasku dan kulepaskan sepatuku hingga aku bertelanjang kaki. Kami masuk ke dalam ring itu.

Kini seakan tinggal aku dan Duscan di tengah-tengah ruangan ini. Entah apa yang akan terjadi padaku.


Continue Reading

You'll Also Like

830K 69.7K 50
Jordan Dandelion seorang Alpha yang memimpin Lightmoon Pack. Ribuan tahun lamanya sendiri tanpa kehadiran Mate. Sampai suatu saat, dirinya mulai ingi...
1M 76.7K 30
#1in-FANTASI [08-12-2018] #2 in-ALICE [01-09-2018] #1 in-WEREWOLF [03-07-2020] #1 in -GREYSON [06-07-2020] [Completed] cerita ini udah tamat;) ATTENT...
811K 60.8K 57
"Werewolf lemah! Tak berguna! Kau seharusnya tidak lahir ke dunia ini!" Aku sering mendengar kalimat itu tertuju untukku. Menyakitkan memang, tapi it...
37.2K 7.2K 21
🚫 𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐩π₯𝐚𝐠𝐒𝐚𝐫𝐒𝐳𝐞 𝐭𝐑𝐒𝐬 𝐰𝐨𝐫𝐀𝐬. | Sungjake | ABO | Demon | Kebangkitan sosok momok masa lalu setelah lama tertidur jauh dibawa...