Anthea

Autorstwa Desvella

8.1K 589 162

Anthea, gadis cantik, lugu, nan polos yang merupakan anak tunggal dari seorang pengusaha kaya. Meskipun begit... Więcej

Prolog
Chapter 1: A Mysterious Bag?!
Chapter 2: Magic Academy
Chapter 3: Class
Chapter 4: Wings
Chapter 5: Keisya
Chapter 7: Visa!?
Chapter 8: New Friend
Chapter 9: Junior 2
Chapter 10: Ordinateur

Chapter 6: Dark Angel

674 53 12
Autorstwa Desvella

  Aku mengintip ke arah pintu yang tadi di dobrak oleh mereka, ternyata pintu itu baik - baik saja, dan tidak tergores sedikitpun. Lalu bagaimana mereka bisa masuk?

  Ku lihat yang masuk ke sini hanyalah lelaki yang tadi menyiksa Keisya (Juan) dan gadis 'itu' (Riss).

  Aku benar - benar takut, aku tidak berani bergerak sedikitpun, bernafas saja kulakukan dengan perlahan agar tidak ketahuan.

  Aku melihat mereka berbisik - bisik yang tidak dapat kudengar dengan jelas karena suara mereka yang sangatlah pelan. Yang pasti mereka berbisik tentang diriku, aku sangat yakin akan hal itu.

  Tidak lama kemudian mereka selesai berbisik, Juan pun menghembuskan nafas lelah dan....

  "Dengar..., aku tahu kau ada di antara tumpukan kursi dan meja bekas di sudut ruangan, aku tahu itu..." Mataku langsung membulat sempurna mendengar perkataan pemuda brengsek itu.

  Bagaimana mereka bisa tahu? Matilah aku! Sia - sia sudah aku bersembunyi di tempat kecil seperti ini, toh pada akhirnya mereka juga tahu.

  "Aku sebenarnya juga bisa menggunakan sihirku semenjak tadi untuk menangkapmu. Tapi aku tidak melakukannya 'kan'? Itu karena aku tidak mau menyakiti dirimu, aku mau kau menyerahkan dirimu sendiri kepada kami..." Lanjutnya.

  Astaga aku benar - benar lupa di dunia sihir semua orang pasti bisa menggunakan sihir tak terkecuali mereka! Ah, aku benar - benar bodoh sekali!

  Cih, tadi dia bilang 'tak akan menyakitiku?' Lantas mengapa dia menyakiti Keisya? Tapi, apapun yang terjadi, aku lebih baik mati terhormat dengan melawan mereka dari pada hidup tapi harus menyerahkan diri kepada seorang yang sangat tega, seperti mereka.

  "Dengar, kami tidak ingin menyiksamu ataupun menyakitimu, justru sebaliknya kami sangat membutuhkan bantuanmu, kami ini lemah. Kami menyiksa temanmu tadi hanya untuk mencari dirimu, lagi pula sekarang temanmu itu sudah baik - baik saja. Kumohon ikutlah kami, aku tahu mungkin kau masih sakit hati karena kami menyiksa temanmu. Aku tahu itu, aku juga tahu kalau tindakkan kami tadi salah, dan meskipun begitu kami tetap melakukannya. Tapi itu semua, kami lakukan semata - mata hanyalah untuk mencari dirimu. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi, jika kau mau ikut bersama kami. Tolonglah.."

  Suara Riss terdengar sangat lembut berbeda dengan saat dia berteriak tadi, sehingga mungkin siapa saja yang mendengarnya akan langsung luluh dan mengikuti kemauannya. Tapi tidak dengan diriku, aku justru malah merasa semakin tidak yakin dan ragu. Entah mengapa hati kecilku berkata, jika aku menuruti permintaannya aku akan sangat menyesal di kemudian hari.

  Bagaimana hati kecilku bisa berkata begitu? Padahal, Riss 'kan' sudah meminta maaf dan menyesalinya, bukankah seharusnya aku memercayainya? "Namamu Anthea 'kan'? Radimca Anthea...., aku sangat membutuhkan pertolonganmu saat ini, aku hanya ingin kau ikut bersama kami selama beberapa minggu saja hanya itu tidak lebih." Lanjutnya dengan suara parau. Darimana dia tahu namaku? Menyebalkan sekali!

  Oh, cobaan apa yang lebih buruk dari ini? Aku benar - benar tidak ingin ikut dengan mereka! Siapapun tolonglah aku!

  Seandainya aku sudah tahu dan bisa mengendalikan sihirku, pasti aku tidak dalam keadaan seperti ini, mungkin aku bisa melarikan diri dari mereka.

  Aku bingung harus apa aku sama sekali tidak berani bersuara meskipun tidak ada bedanya aku bersuara ataupun tidak, mereka 'kan' sudah mengetahui tempat persembunyianku.

  Tunggu dulu..., jika begitu, mungkin aku harus mencoba bertanya. Dari pada aku hanya diam saja di sini. Aku harus bertanya! Ya benar, aku harus bertanya. Aku pun menarik nafas dalam - dalam, dan menghembuskannya dengan kasar lewat mulut.

  "Bagaimana jika aku tidak mau ikut dengan kalian?" Entah darimana aku mendapat keberanian untuk mengucapkan kata - kata se-sinis itu. "Apakah kalian akan memaksaku seperti kalian memaksa Keisya?!" Sindirku. Aku pun tersenyum sinis meskipun aku tidak yakin mereka bisa melihatnya. Mungkin jika tidak dengan sihir aku bisa menyerangnya dengan kata - kata.

  "Tentu saja tidak, mungkin kami akan sedikit memaksamu, tapi tidak seperti kami memaksa Keisya," Ucap Juan. Aku pun berusaha tetap tenang mendengarnya, meskipun aku takut mendengar perkataannya yang begitu dingin dan datar.

  "Untuk apa kalian mencariku? Aku bahkan tidak tahu sihirku! Jadi, jika kalian membutuhkan pertolongan cari saja orang yang lebih kuat dariku!" Ucapku dengan penuh penekanan di setiap kata. "Tidak! Kami hanya memerlukan dirimu bukan orang lain! Mengenai alasan mengapa kami membutuhkan dirimu, akan kami katakan, tapi tidak sekarang!" Riss pun menaikan nadanya menjadi lebih tinggi dari pada tadi.

  Tidak sekarang? Lalu kapan? Rasanya aku ingin menyindirnya seperti itu, tapi ku urungkan niatku mengingat mereka bisa saja melakukan sesuatu yang membahayakan diriku. Huh mengesalkan sekali!

  "Jadi, bagaimana? Kamu ikut dengan kita?" Tawar Juan. Astaga bagaimana ini? Aku harus menjawab apa? Sampai kapan pun aku tidak ingin ikut dengan mereka. Aku percaya pada firasatku sendiri.

  "Tidak! Aku tidak akan per--"

Duarr... duarr... duarr...

  Belum sempat aku meyelesaikan ucapanku tiba - tiba saja terdengar suara seperti drum yang di banting - banting. Semoga saja itu orang baik yang mau menolongku. Aku pun berdoa, semoga saja harapanku benar terjadi.

  Juan pun keluar dan memeriksa keadaan. Sedangkan gadis itu, Riss, tetap di sini dan menungguku. Mengapa dia tidak ikut Juan saja?!

  Tidak lama kemudian Juan pun kembali masuk dengan lemas, Riss yang menyadari itupun segera menghampiri Juan. Mereka terlihat sedang berbincang. Riss pun mengerang kesal sambil melepaskan kerudungnya, memperlihatkan rambut hitamnya yang berantakan.

  "RISS!!" Teriak Juan. "APA!?" Bentak Riss. "Dengar...., kita memakai kerudung ataupun tidak, akan sama saja kak! Mereka juga pasti tahu siapa kita!" Suaranya mulai merendah. Ternyata Juan itu kakak dari Riss.

  "Hei, Juan!" Teriak seseorang dari luar ruangan dengan nada datar dan dingin. Aku diam - diam menghembuskan nafas lega. Syukurlah, ada seseorang yang datang.

  Kurasa aku tahu siapa pemilik suara ini, suara yang datar dan dingin, siapa lagi jika bukan Miyoku?

  Meskipun berteriak, dia masih bisa melakukannya dengan datar dan dingin? Wow hebat!

  Riss dan Juan pun berjalan keluar. "Riss!! Lebih baik kau berada di dalam dan menjaga gadis itu!" Perintah Juan dengan nada tinggi. "Tidak! Aku ingin pergi bersamamu!"

  "Ikuti perintahku! Aku tidak mau dengar!" Riss pun menatap Juan dengan datar. "Sekali aku berkata tidak, maka tetaplah tidak!" Ucap Riss datar. "Lagi pula, para prajurit kita sekarang sudah kembali ke istana 'kan'? Dan kau yang menyuruh mereka 'kan'? Kau membuat kesalahan! Jadi sekarang biarkan aku membantumu!"

  Juan pun hanya bisa mendengus kesal dan berjalan meninggalkan Riss. Riss pun mengikutinya. Mereka terlihat sangat waspada. Samar - samar ku dengar suara langkah kaki menjauh dan aku benar - benar bersyukur, ini adalah kesempatanku untuk melarikan diri.

  Aku pun merangkak keluar dari celah kursi dan meja rusak ini. Sekarang aku bisa sedikit bernafas lega karena ada kesempatan untuk melarikan diri dari mereka.

  Tapi, bagaimana dengan Miyoku? Bagaimana jika dia kalah? Jika aku tidak membantunya, itu berarti aku egois, tapi, jika aku membantunya itu sama sekali tidak berarti karena aku bahkan tidak tahu sihirku.

  "Hei!" Panggil seseorang yang sukses membuatku tersentak kaget. Aku hampir saja berteriak karena terlalu terkejut.
 
  Aku mendongakkan kepalaku karena saat ini aku masih berada dalam posisi duduk. Ternyata seorang laki - laki beriris cokelat. "Ayo pergi! Kita tidak punya banyak waktu!" Ucapnya setengah berbisik. Mendengar perkataannya itu aku pun tidak jadi bertanya mengenai siapa dia.

  Aku mendengar suara - suara tabrakan dan dentuman keras dari arah Riss dan Juan pergi aku pun jadi berpikir, apakah Miyoku baik - baik saja?

  Dia pun langsung menarik tanganku dan membawaku ke arah yang berlawanan dengan arah Riss dan Juan pergi. "Hei! Bukankah mereka bertarung di sana? Mengapa kamu justru membawaku ke arah yang berlawanan?"

  "Sudahlah! Dia akan baik - baik saja, kami sudah menyusun rencana dengan matang. Kau hanya perlu mengikutinya saja!" Dia masih terus menarik tanganku dan...

Zap..

  Tiba - tiba rasanya semua menjadi berwarna putih, aku pun memejamkan mata dam membukanya perlahan. Semua sudah kembali seperti semula.

  Aku melihat sekitar, sepertinya ini bukan tempat yang tadi, karena tadi jelas - jelas aku berada di lorong dan sekarang aku sudah berada di halaman terbuka. Kurasa ini bukanlah taman di depan maupun samping academy.

  "Aku berteleportasi ke sini." Jelasnya cepat. "Mi--" belum sempat aku melanjutkan perkataanku dia sudah memotong duluan. "Oh, jadi kau sudah tahu namanya ya? Miyoku pasti akan baik - baik saja!" Dia pun sambil tersenyum miring. "Ngomong - ngomong aku Fuga. Senang bisa bertemu denganmu Radimca Anthea..."

  Mengapa semua orang mengetahui namaku? Apa ada yang salah dengan namaku?

  Tunggu, namanya Fuga? Bukankah dia salah satu pemilik rare power? Kalau tidak salah Death Song? "Jangan heran mengapa aku mengetahui namamu... Miyoku yang memberitahu namamu!" Aku hanya bisa berohria saja mendengar jawabannya.

Zap...

  Tidak ada angin, tidak ada hujan, namun, tiba - tiba saja Miyoku langsung ada di hadapan kami. Wajahnya masih sama seperti tembok, yaitu datar dan dingin.

  Aku jadi ragu untuk bertanya mengenai keadaannya. Di tambah sikap acuh tak acuhku tadi pagi, aku menjadi semakin tidak yakin untuk bertanya padanya.

  "Bagaimana? Mereka mengikuti kita?" Tanya Fuga memulai topik pembicaraan setelah kami terdiam hampir 5 menit. "Tidak"

  Setelah menjawab pertanyaan Fuga, Miyoku pun terlihat seperti merapalkan mantra dan secara ajaib sebuah buku pun muncul di tangannya.

  Aku pun membulatkan mataku, bukan karena sihir yang dia lakukan, tapi karena buku itu adalah buku yang tadi ku pinjam. "Ini" Ucapnya dingin. Aku pun segera saja mengambil buku itu.

  "Te..terimakasih, tapi darimana kamu tahu tentang buku ini?" Fuga pun terlihat sama herannya dengan diriku. "Entahlah, hanya menebak.." Aku benra - benar merasa tidak puas mendengar jawabannya.

  "Maaf aku telah merepotkan kalian, aku tidak bermaksud begitu." Mereka berdua sepertinya terlihat sangat terkejut mendengar pernyataanku, meskipun Miyoku tidak terlalu memperlihatkannya.

  "Dan Miyoku, kau baik - baik saja 'kan'?" Tanyaku. Mau tidak mau aku harus menanyakannya karena dia sudah membantuku, aku berhutang budi pada mereka meskipun aku sempat kesal dengan Miyoku, tetapi kekesalan itu serasa hilang tertiup angin sekarang ini.

  Miyoku pun menatapku dengan datar. "Tentu," Aku pun menghela nafas lega.

  Tiba - tiba aku pun mengingat sesuatu. "Keisya? Keisya bagaimana?" Tanyaku panik mengingat tadi aku meninggalkannya dalam keadaan kepala yang berdarah. "Tenang, dia baik - baik saja kok! Justru dia yang melapor tentang dirimu... sekarang dia sedang di rawat di UKS,"  Fuga pun tersenyum hangat.

  "Terimakasih kalian sudah mau membantuku. Tapi bolehkah aku bertanya sesuatu?" Fuga pun tertawa dan Miyoku tersenyum tipis sangat tipis bahkan nyaris tidak terlihat.

  "Tentu tidak usah ragu. Dan kau tidak perlu menggunakan bahasa seperti itu, bahasa yang kau gunakan itu seperti saat kau sedang berbicara dengan orang terpenting di dunia saja." Aku pun hanya bisa tersenyum lebar mendengar jawaban Fuga.

  "Sebenarnya aku masih tidak mengerti tentang kejadian ini...., bisakah kalian jelaskan kepadaku tentang kejadian ini? Mulai dari kalian di panggil oleh Keisya, rencana kalian, di mana kita berada sekarang, siapa mereka, dan mengapa mereka mencariku?! Intinya, tolong ceritakan kronologis kejadian ini!"

  Senyum di wajah Fuga pun perlahan memudar dia menatap Miyoku dengan tatapan yang dapat kuartikan sebagai: 'Apa-yang-harus-kukatakan?' Namun Miyoku justru malah menggidikan bahunya. Kurasa Miyoku memang tidak bisa menjawab pertanyaan dengan kata - kata yang panjang dan dia pun tidak peduli terhadap sekitar. Huh benar - benar tidak peka!

  "Jika kalian tidak mau menjelaskannya tidak masalah, aku bisa bertanya kepada Keisya nanti. Tidak masalah," Aku harus mengalah, dari pada mereka menjelaskan dengan setengah hati lebih baik aku bertanya pada Keisya. "Tidak, tidak perlu, aku akan jelaskan kepadamu..." Fuga menjeda sebentar dan menarik nafas panjang.

  "Jadi, setelah kau berlari dan mereka mengejarmu, Keisya bertelepati dengan Varrent, dia meminta bantuan kepada Varrent, namun karena Varrent sedang menjalankan misi bersama Shellyn, Philip, Yana, dan Alex. Varrent pun meminta bantuan kepada Miyoku. Miyoku pun mengajakku. Dan mengenai rencana, biarkan Miyoku yang menjelaskan..."

  Miyoku pun menatapnya dengan tatapan tajam, dan Fuga pun hanya bisa nyengir melihat tatapan itu. Sepertinya sifat Miyoku dan Fuga berbanding terbalik, Fuga sangat ceria, hangat, dan ramah, aku bahkan merasa nyaman di dekatnya. Berbeda dengan Miyoku yang selalu menampilkan wajah seperti tembok dan menghemat suaranya.

  "Rencananya, aku mengalihkan perhatian mereka dan Fuga menjemputmu. Kemudian dia akan membawamu ke taman belakang academy dan aku pun membuat angin kencang untuk mengalihkan perhatian mereka dan berteleportasi ke sini." Jelasnya dengan nada dingin. Oh jadi sekarang aku berada di taman belakang academy?

  "Dan untunglah prajurit mereka sudah kembali ke istana. Itu memudahkan Miyoku untuk mengalihkan perhatian dan bertarung dengan mereka. Oh iya, kelompok mereka itu bernama Dark Angel dan kedua orang tadi itu, Riss yang merupakan pemimpin dari clan itu dan Juan adalah orang kepercayaan Riss. Soal mengapa mereka mencarimu, kami juga tidak tahu." Lanjut Fuga.

  "Bukankah Juan adalah kakak dari Riss?"
Aku tiba - tiba teringat saat tadi Riss memanggil Juan dengan kakak. "Itu benar! Tapi, dari mana kau tahu?" Tanyanya heran. "Aku tadi mendengar Riss memanggil Juan dengan kakak."

  "Entahlah, tapi dari apa yang kudengar sepertinya Juan tidak ingin menjadi pemimpin entah apa alasannya." Aku  pun hanya bisa berohria sambil terus melanjutkan langkah menuju asrama.

  Ini hanya perasaanku atau memang benar, sedari tadi sepertinya aku hanya berbincang dengan Fuga saja?

  Tidak lama kemudian kami sudah sampai di pertigaan di dalam asrama yang memisahkan kamar untuk kelompok dan pribadi. "Um... sekali lagi terimakasih karena kalian sudah menolongku. Aku berhutang budi pada kalian."

  Fuga pun hanya tersenyum manis menanggapi pertanyaanku, dia terlihat makin tampan jika tersenyum begitu. Sementara Miyoku hanya tersenyum kecil. "Aku duluan ya?" Pamitku. "Ok" Jawab Fuga dan Miyoku hanya mengangguk.

  Sesampainya di kamar asrama aku langsung saja menyegarkan diri. Setelah selesai menyegarkan diri, aku langsung menjatuhkan diriku di atas kasur yang empuk ini.

  Pikiranku sudah melayang ke mana - mana, aku memikirkan tentang kejadian hari ini, mulai dari Visa sampai alasan Dark Angel mencariku.

  Ini adalah hari pertamaku bersekolah di academy ini, tapi mengapa aku sudah di hujam masalah? Mana besok aku ujian terbang lagi. Huh hari yang sangat melelahkan.

__ __ __

Hai - hai

Aku terlambat up ya?

Hihihi sorry ini karena banyak sekali faktor termasuk faktor malas dari dalam diriku.

Aku sengaja membuat chapter ini sedikit lebih panjang sebagai permintaan maaf...

Ada beberapa typo plus gaje ya

Oke, sampai jumpa di chapter selanjutnya

Terimakasih kalian sudah mau membaca ceritaku ini..

Tanggal di publishkan: 12 Juli 2017

 

 

 
 

 

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

442K 29.4K 25
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...
2.1M 109K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
599K 44.3K 45
Amber Cessia harus mendekam dipenjara selama tiga hari karena orang tuanya sudah lelah menjemputnya darisana. Namun keesokan harinya, bukan lagi petu...
2.6M 178K 41
Follow dulu sebelum baca 🥰 BIASAKAN JANGAN BACA SETENGAH SETENGAH, JIKA ADA KEMIRIPAN CERITA DI AWAl MURNI KETIDAK SENGAJAAN. Tamara gadis yang beru...