Imagine BTS

By zeesterzee

110K 544 34

dalam tahap revisi setelah 2 tahun menganggur, story yang ada disini akan di up sedikit demi sedikit. Karena... More

Summer in Your Eyes (bagian satu)
Summer in Your Eyes (bagian dua)
Summer in Your Eyes (bagian tiga)
Summer in Your Eyes (bagian empat)
Summer in Your Eyes (bagian lima)
Moonlight Sonata (prolog)

Beside-Jeon Jungkook

11.2K 460 21
By zeesterzee

Aku berjalan melewati danau di taman ini, taman ini adalah tempat dimana semua kenangan indah yang aku bentuk bersamanya. Dia, Min Yoongi, aku sudah tak bertemu dengan lelaki dingin itu 5 bulan lamanya, tapi tidak apa-apa, dia berkata bahwa aku masih menjadi kekasihnya walaupun kami tidak pernah bertemu dan aku cukup senang akan hal itu, kecuali satu fakta yang menusuk hatiku, dia pergi menemui perempuan lain selama tidak bersama ku.

Yup! Dan ini lah aku, perempuan bodoh yang masih tetap mempertahankan Yoongi dan mempercayainya sementara dia sama sekali tidak berusaha mempertahankan ku. Baginya, aku hanyalah perempuan yang akan dia singgahi ketika dia sedang lelah dengan semua masalah yang ada di dunia ini! Aku, tidak berarti apa-apa baginya selain tempat samah dimana dia mencurahkan semua keluh kesahnya. Dan aku adalah orang yang bodoh yang terus berharap bahwa dia akan berubah karena kesetiaan ku. 

Drrt Drrt

Ponsel ku bergetar, aku melihat layar ponsel ku yang bertuliskan kontak Yoongi oppa disana. Aku mengerutkan keningku, sangat tidak biasanya dia menelfon ketika kami akan bertemu, apalagi ketika sudah mendekati jam janji kami bertemu. Aku menggelengkan kepala ku tidak peduli karena ini Yoongi oppa, laki-laki yang selama ini aku cintai! Tidak mungkin tidak terjadi sesuatu ketika dia menelfon di waktu seharusnya kami bertemu.

"Yeoboseo, oppa, ini aku, ada apa?" Aku mengangkat telpon darinya dan duduk di salah satu bangku di taman sambil mengeratkan jaketku, musim dingin kali ini sungguh tidak bersahabat, aku mendengar suara Yoongi oppa dari seberang sana.

"Yeoboseo y/n, aku tidak bisa bertemu dengan mu lagi, aku akan menikah"

aku terdiam, mematung tanpa bicara apapun lagi, jadi ini alasan nya membatalkan janji bertemu kami sejak 3 bulan yang lalu. Dia akan menikah! Bahu ku bergetar, sudah dipastikan aku tidak bisa menahan air mata yang jatuh. 

"Ah Arraseo." Ucapku dengan suara yang bergetar menahan isak. Inilah akhirnya, padahal aku sudah tahu dan mempersiapkan kemungkinan terburuk untuk hubungan ku dengan Yoongi oppa, kenapa masih sesakit ini. 

Aku menutup telpon darinya dan meletakkan ponsel ku didalam tas, terisak dalam diam, sendirian di bangku taman dengan salju yang perlahan turun, suasana mendadak menjadi sendu, matahari mulai tenggelam, aku memukul dadaku sambil terisak, berharap rasa sakit ini tidak terlalu terasa menyakitkan bagiku. Percuma! Semua waktu ku dan harapan ku agar Yoongi kembali padaku dan hanya menatapku terbuang sia-sia bersama air mata ku dan isakan ku yang semakin kencang.

Aku tak percaya dia mengatakan hal itu padaku. Rasanya aku sangat merasa tidak dihargai. Kenapa dia tidak bisa meluangkan waktu setidaknya untuk berbicara padaku secara langsung bahwa dia akan menikah? Melalui telfon? Dia menyampaikan pesan yang menusuk itu melalui telfon, sangat tidak dipercaya! Min Yoongi brengsek! Dia sungguh tak berperasaan!

Aku berjalan pelan dengan isakan yang menemani ku menuju apartemen yang memang tidak jauh dari taman. Dadaku masih terasa sangat sesak, masih terasa sangat menyakitkan. Kenapa rasa ini tidak hilang saja?!

Aku membuka pintu apartemen dengan isakan yang semakin keras, aku terduduk sambil terisak. Tuhan! Kenapa aku harus meletakkan hati ku pada laki-laki seperti Min Yoongi? Kenapa aku terlalu bodoh untuk tidak meninggalkan dia sejak dulu? Isakan ku semakin keras, aku terduduk memeluk lutut. 

Dengan posisi yang masih menangis terduduk memeluk lutut, aku mendengar langkah kaki yang terburu-buru menghampiriku, aku pasti mengejutkan roommate ku. Dia hanya menatapku dan berdiri di hadapan ku, tidak mengatakan apapun. Dia menungguku hingga aku sedikit tenang. Aku mencoba meredakan isakan ku dan menghapus air mataku dengan lengan bajuku, aku perlahan berdehem meredakan suara agar tidak terlalu bergetar "maafkan aku... pasti kau terkejut" ucapku dengan sedikit terbata-bata karena isakan kecil yang tersisa.

Jeon Jungkook, dia melihatku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti, dia berjalan melewatiku yang masih terduduk memeluk lutut dan menutup pintu apartemen kami. Dia berlutut dan memelukku, "Aku memang terkejut y/n, tapi kau kelihatan lebih terpukul, ada apa? Terjadi sesuatu"

Aku mengangguk dengan isakan yang mulai reda, "Min Yoongi, Jungkook... Min Yoongi akan menikah"

Aku merasakan Jungkook mengeratkan rahangnya, "Dia akhirnya melepaskan mu?" Suara nya memberat. Aku hanya bisa mengangguk dipelukannya, tidak bisa melontarkan satu kata pun untuk menanggapi pertanyaan Jungkook.

"Aku... Aku benar-benar tidak tahu apa maunya, aku menunggunya kook, aku selalu menunggu dan ada di sisi nya, tapi dia benar-benar tidak pernah meletakkan hatinya padaku" Kataku putus asa.

Jungkook mengelus rambutku, "Y/n, aku selalu mengingatkan mu di setiap cerita mu bersama Yoongi yang brengsek itu, kau harus segera mengakhiri sebelum kau jatuh terlalu jauh."

Aku terdiam, Jungkook memang selalu mengingatkan ku untuk segera mengakhiri hubungan ku dengan Min Yoongi itu, tapi aku selalu menolak dan mengalihkan pembicaraan ketika Jungkook mulai mengingatkan aku,"Aku tidak punya laki-laki yang peduli padaku, kook. Aku percaya pada Yoongi oppa karena dia pernah peduli padaku!" seru ku. 

Dia menghentikan elusan di rambutku, melepaskan pelukannya dari ku dan menatapku dengan tatapan heran nya, "Kau kira aku bukan laki-laki yang peduli padamu? Aku membuatkan sarapan, bahkan aku mencuci baju mu... Jadi kau menganggap aku ini apa? Ibu mu?" Katanya heran.

Aku menatapnya, kedua mataku membulat, sepersekian detik setelahnya aku tertawa terbahak-bahak dengan Jungkook yang masih menatapku dengan tatapan heran. 

"Aku senang aku bisa menghiburmu y/n" ucapnya. 

Aku mengangguk, kembali memeluknya dan berbisik, "um... terima kasih, kook..."

Jungkook membawa ku menuju meja makan, dia menyuruhku makan bersama nya. Aku tidak tau darimana Jungkook tahu kalau aku akan pulang lebih cepat dan makan bersamanya karena makanan yang ada dihadapanku jelas bukan dibuat untuk porsi satu orang. Aku menatap Jungkook dengan tatapan heran, "Kook, kenapa kau bisa tau aku akan pulang lebih awal dan akan makan bersamamu. Bukankah aku sudah bilang padamu kalau aku akan keluar Yoongi oppa dan makan malam bersama nya?"

Jungkook menghentikan suapan satu sendok penuh sup yang akan mengarah ke mulutnya, meletakkan sendok itu di mangkuk nasi dan terdiam. Dia terlihat menyesal, "aku akan memberitahu mu, tapi tolong jangan benci aku, y/n" ucapnya takut.

Aku mengkerutkan keningku, "apa yang sedang kuhadapi ini?"

"Kau ingat eomonim menemui mu tiga hari yang lalu dan mengajakmu keluar untuk makan malam?" Jungkook membuka ceritanya.

Ya! Tiga hari yang lalu eomma datang ke apartemen untuk mengajak ku dan Jungkook makan malam bersama di restoran samgyetang, tapi Jungkook menolak saat itu, dia bilang padaku bahwa dia tidak ingin mengganggu waktu ibu dan anak karena eomma datang jauh dari jeju hanya untuk mengajak ku makan malam. Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan Jungkook, "memangnya kenapa?"

Jungkook menarik napas, "Yoongi hyung jelas tau kau pergi makan malam bersama eomonim, dan entah bagaimana dia tahu aku ada di apartemen malam itu, dia menghampiriku, y/n. Min Yoongi sialan itu bilang padaku bahwa dia akan menikah, dia memintaku untuk menyembunyikan pernikahan itu darimu..."

Aku menatap Jungkook, "Jadi kau sudah tahu Yoongi oppa akan menikah? Kau diam saja dan tidak berencana memberitahuku?!" Nadaku meninggi, suara ku kembali terdengar bergetar.

Tepat sebelum kepala ku penuh dengan semua kemungkinan yang membuat kepala ku seperti akan meledak Jungkook menyahut, "Aku diam karena aku bukan bagian dari hubungan kalian, y/n. Aku hanya orang luar! Aku orang lain! Aku meminta Yoongi mengatakan langsung padamu dan dia menolak! Dia berencana menyembunyikan semuanya dan meninggalkanmu dalam diam! Aku tidak bisa membiarkan hal itu, y/n! Aku membujuk dia, setidaknya dia harus berbicara padamu melalui telfon, bukan merahasiakan hal sebesar itu." 

Jungkook menghela napas berat, mengusap wajahnya kasar. Aku terdiam menunduk, jadi Jungkook yang membuat Yoongi oppa mengatakan bahwa dia akan menikah, aku menatap Jungkook, "maafkan aku, kook... Aku tidak melihat semua dari sisi mu, maafkan aku yang terlalu terburu-buru menyimpulkan sesuatu... Terima kasih... terima kasih, kook..."

Jungkook membawa aku ke dalam pelukannya. Aku selalu merasa tenang berada dalam pelukan Jungkook, bahkan aku merasa lebih tenang daripada berada di pelukan Yoongi oppa. Tunggu, kenapa aku tidak menyadari hal ini sejak dulu? Bahkan usapan tangan Jungkook pada kepalaku selalu membuatku merasa hari akan menjadi lebih baik. 

Jungkook selalu ada untuk ku. Mungkin keberadaan Yoongi oppa selama ini membutakanku atas kasih sayang yang kudapatkan dari orang sekitarku... Mungkin kepergian Yoongi oppa bisa membuka mataku atas apa yang terjadi disekitarku. Mungkin memang hidupku akan lebih bahagia dengan hanya Jungkook dan aku. Ya! Semua akan jadi lebih baik esok...

Aku melepaskan pelukan Jungkook, mengusap air mata ku yang ada di ujung mata dan menatap Jungkook, "lebih baik kita melanjutkan makan, sebelum sup nya dingin, kook" ucapku.

Jungkook mengangguk pelan, mengambil sendok dan menyuapkan satu sendok sup ke mulutnya, matanya berbinar, "Ini sup terenak yang pernah aku buat, y/n! Kau harus makan dengan lahap!"

Aku tertawa dan menyendokkan satu sendok penuh sup yang sudah menjadi hangat, mata ku berbinar, mengangguk mengiyakan pernyataan Jungkook, ini benar-benar sup yang enak! Aku tidak tahu apakah memang sup hari ini terasa enak, atau memakan samgyetang di hari yang dingin ini yang membuatnya enak, atau bahkan karena aku makan dengan semua beban yang terlepas dari pundak ku yang membuat sup nya terasa enak, yang aku tau keberadaan Jungkook membuat sup itu lebih enak dari biasanya.

-

Aku terbangun ketika angin masuk melalui pintu balkon kamar ku yang terbuka. Aku ingat sekali kemarin malam Jungkook memeluk ku hingga aku tertidur. Aku menyibakkan selimut ku dan meregangkan tubuhku, wajah ku terasa bengkak karena menangis kemarin. Aku menuju kamar mandi untuk mencuci wajahku dan membersihkan diriku, ini hari Minggu! Banyak pekerjaan yang harus dilakukan karena apartemen ku dan Jungkook sudah semakin kotor.

Aku beranjak keluar kamar setelah membersihkan diri, aku terdiam setelah membuka pintu kamar. Semerbak aroma roti menguar memenuhi seluruh isi apartemen, rasanya seperti memasuki toko roti!

"Oh! Morning, Y/n! Akhirnya kau bangun juga"

Aku menoleh ke asal suara, "Morning, kook! Kau memanggang roti?" Tanyaku dsambil menghampiri Jungkook yang berkutat dengan oven dan adonan nya. 

"Uh huh! Ini baru saja keluar dari oven! Duduk dan cobalah!" 

Aku dengan gembira menghampiri Jungkook dan duduk di kitchen bar, menyanggah wajah ku dengan sebelah tangan, "Ah~ kau sangat pandai memasak, kook..." aku menyuapkan satu slice roti yang sudah ada di meja, roti ini benar-benar enak! "Aku akan memakai apron dan mengikat rambut, kook... apartemen ini benar-benar kotor" Aku beranjak dari duduk ku ketika menyuap potongan roti terakhir yang aku makan.

"Duduk saja dulu, y/n... Kita bisa membereskan nya bersama-sama nanti setelah aku memanggang sisa adonan ini" 

Aku menggeleng, mencari apron di laci, "Tidak, kook~ kau lanjutkan memanggang roti dan aku membereskan apartemen agar semua pekerjaan selesai lebih cepat!" Sahutku, Jungkook hanya mengangguk dan mengiyakan perkataan ku. 

aku mulai mebersihkan ruang TV, membereskan baju yang berserakan di sofa dan lantai dan mengelap meja laci kecil yang ada di dekat sofa, meja itu penuh dengan mangkok dan gelas. 

Jika kuingat kembali, Jungkook benar-benar laki-laki yang sempurna! Pandai memasak, pandai membereskan rumah, dia bahkan mendapatkan banyak uang dari investasi saham nya di perusahaan-perusahaan besar, "Jeon Jungkook, mau kah kau menikah denganku?" celetuk ku sambil meletakkan mangkok dan gelas di mesin pencuci piring, dimana Jungkook berdiri disampingnya.

"Y/n?" Jungkook menghentikan pekerjaan nya, "Nona Kim, apakah kau sadar apa yang kau katakan barusan?" Nada bicara nya menjadi lebih serius.

"Huh? Meminta mu untuk menikah denganku? Memangnya kenapa" Kata ku dengan santai sambil terus menata ulang isi mesin cuci piring yang hampir penuh.

Aku bisa mendengar Jungkook menghela napas, dan melepas apron nya. Aku menatap Jungkook yang menunduk termenung setelah melepas apron. 

"Kau serius?" dia menatapku setelah menunduk beberapa detik, "Karena aku tidak menerima hal itu sebagai candaan, Nona Kim." matanya tajam menatapku.

Aku berdiri, "Kenapa seperti itu?" suara ku mulai terdengar gugup dan terputus-putus. Wajar saja karena aku belum pernah melihat sisi ini dari seorang Jeon Jungkook!

Jungkook menghela napas, tiba-tiba menggendok ku seperti anak koala, "HEI!" Teriakku kaget.

"Jeon Jungkook, kau mau membawa ku kemana?"

Jungkook diam, tidak menggubris pertanyaan ku dan mendudukkan ku di kitchen bar dan dia berdiri mengurungku diantara lengannya. Dia mendekatkan wajahnya, mungkin sekarang hanya ada 10 cm jarak yang menghalangi antara aku dan Jungkook, semua ini membuat wajahku memanas...

"Y/n, kau tau betul bahwa tidak ada laki-laki yang bersikap sepertiku terhadap perempuan sepertimu ketika aku tidak menyukai mu..." kata nya pelan.

Wajahku perlahan memanas dan aku yakin sekali sekarang wajahku sangat merah terhadap perlakuan seorang Jeon Jungkook karena dia menjadi terlalu jujur saat ini, "huh?" gumamku kecil.

"Aku menyukai mu, y/n... aku sudah lama menyukaimu... bahkan lebih lama dari awal pertemuan mu dengan Yoongi..."

Jungkook semakin mendekatkan wajahnya, membuatku menahan napas. Aku terlalu gugup! Dia beralih menyandarkan kepala nya di bahuku. napas ku terengah-engah, degub jantungku semakin mengencang ketika Jungkook melingkarkan tangannya, memelukku.

Dia menjauhkan tubuhnya, melepaskan pelukan. Aku mencoba menatap matanya, Tidak bisa! Bahkan hanya dengan menatap matanya saja jantung ku sudah semakin berdegub kencang, "tatap aku, y/n..." Jungkook menangkup kedua pipiku dengan tangannya, mengarahkan wajahku untuk menatap nya membuatku mengalihkan pandangan ku ke oven yang ada di belakangnya.

"Tidak bisa, kook... Aku tidak bisa menatapmu sekarang..." lirihku.

"Tapi kenapa?" Jungkook bertanya, ada nada kecewa yang tersirat di pertanyaan yang dia lontarkan.

"Karena ketika aku menatap mata mu, jantung ku berdegub kencang, kook... aku tidak bisa" aku menjawab masih dengan suara yang lirih, bahkan hampir seperti berbisik.

"Y/n tolong tatap mata ku, ku mohon..." Pinta Jungkook pelan.

Aku perlahan-lahan menatap mata Jungkook, mencoba tetap tenang meskipun saat ini jantung ku tidak bisa dikatakan tenang.

"I Love You, Y/n" ucap Jungkook lirih.

Aku menggenggam tangan Jungkook yang masih berada di pipiku, berucap pelan "Jika berpisah dengan Min Yoongi membuatku bisa mendapatkan mu, aku akan melakukannya dari dulu, kook"

Jungkook tersenyum, dia membawaku dalam ciuman manis. Dalam ciuman Jungkook, tidak ada nafsu yang tersirat seperti aku mencium Min Yoongi selama ini... Hanya ada kepastian bahwa Jungkook tidak akan pernah menyakitiku...

Aku tersenyum disela ciuman ku. Aku baru saja sadar, Aku mencintai Jungkook lebih dari yang kubayangkan.

----

Aku duduk dengan santai di dalam ruangan VIP sebuah restoran ketika Jungkook tiba-tiba menggenggam tangan kanan ku dengan tangan nya yang dingin.

Aku tertawa kecil, mengeluarkan sapu tangan dari tas kecilku dan mengusap peluh yang menetes melewati dahi Jungkook, "Kau tidak perlu segugup itu, kook~ ini hanya Eomma yang sudah kau kenal lebih dari 3 tahun lamanya!" Ucapku berusaha menenangkan Jungkook yang duduk di sebelahku.

"Aku tahu! Tapi eomma mengenalku sebagai teman Kim Y/n! Bukan sebagai calon suami Kim Y/n." Jungkook berseru dengan tubuh yang tegang.

Aku tertawa, "kira-kira bagaimana reaksi eomma melihat mu sebagai calon suami ku ya, kook?"

Jungkook menggeleng, kaki nya terus bergerak gelisah dengan tangan yang semakin membeku gugup, "Semoga saja eomonim dapat menerima ku dengan baik!"

"Tentu saja! Kau akan jadi menantu yang baik Jeon Jungkook, percayalah padaku!" aku kembali meyakinkan Jungkook yang terus mengambil napas dalam.

Aku mendengar ketukan dari ruangan tempat aku dan Jungkook berada, eomma sudah datang! Jungkook yang gugup tiba-tiba berdiri, menunduk pada eomma, "Selamat siang eomonim!" Sapa nya.

Aku hanya menggelengkan kepala ku sambil menatap eomma yang heran melihat tingkah Jungkook, "eomma! Bagaimana perjalanan eomma? Apakah melelahkan?" Sapa ku.

"Ah! Tentu tidak~ perjalanan untuk bertemu dengan putri eomma tidak pernah terasa melelahkan~ dan kau sudah boleh duduk Jungkook.. tidak perlu merasa tertekan." Ucap eomma dengan nada riang dan senyuman menenangkan.

Jungkook kembali duduk, dan menuangkan teh ke cangkir milik eomma, "Y/nku sangat pandai memilih calon suami ya~"

Jungkook tertegun mendengar ucapan eomma dia meletakkan teko teh dan menatap eomma heran, "Ye?"

"Aku senang mengetahui kau yang akan menjadi suami Y/n, kook~ Y/n memang tidak mudah dihadapi jadi aku mohon bantuan mu untuk menjaga Y/n ya?" Pinta Eomma kepada Jungkook.

Jungkook yang masih tertegun dengan heran mengangguk, "Baik eomonim!"

"Kalian nikmati waktu kalian! Eomma harus pergi ke busan untuk melakukan pemeriksaan perusahan... Y/n, Jungkook mungkin ini masih terlalu dini untuk diucapkan... selamat ya untuk pernikahan kalian~" Eomma beranjak dari kursinya setelah mengatakan itu kepada ku dan Jungkook.

Aku mengangguk tersenyum pada eomma dan melambaikan tangan ku, "Hati-hati, eomma. Eomma harus datang ke pernikahan ku, ok?" 

Eomma mengacungkan jempol kepada ku dan pergi keluar ruangan. Aku menatap Jungkook yang masih diam mematung.

"Jadi eomonim tau soal aku yang akan menjadi calon suamimu?" Tanya Jungkook dengan nada syok.

Aku tertawa, "Tentu saja, Kook!"

Jungkook menatapku tajam, "Kau harus membayar semua rasa gugup ku sejak 30 menit yang lalu, Nona Kim!" Nada suara nya berubah.

"Tentu! Tuan Jeon, itulah kenapa aku memesan VIP room yang kedap udara." Aku memasang wajah menantang dengan nada bicara menantang.

smirk di wajah Jungkook sudah terlihat, dia mengangkat tubuhku untuk duduk di pangkuan nya, "Bon appétit~" Ucapnya pelan sebelum dia mencium ku panas.

Suara ciuman memenuhi VIP room yang kupesan, Aku terengah mencoba melepaskan ciumannya ketika sadar bahwa aku dan Jungkook masih berada di restoran, "Ah! Sebaiknya kita melanjutkan ini di rumah, Tuan Jeon... Tidak lucu jika pelayan restoran datang membawakan hidangan dan melihat kita berdua."

Dia tertawa, mengangguk setuju, dan menurunkan aku dari pangkuannya, "Ya! Itu yang terbaik untuk saat ini, Nona Kim." 

Aku merapikan blouse putih ku yang sedikit kusut sedangkan Jungkook membantu merapikan rambutku yang berantakan. Aku menggandeng tangan Jungkook pergi meninggalkan VIP room itu.

END (BESIDE-JEON JUNGKOOK)  

Hi! Aku kembali dengan nama baru dan wajah baru! Hehehe! Kalian bisa panggil aku Zee yaaa~

Akhirnya berhasil revisi satu judul dari sekian banyaknya judul di FF ini! Fuih... melelahkan juga ya! 

Aku nggak bisa janji buat revisi chapter atau judul lain di FF ini dalam waktu dekat.. karena aku sendiri sedang dikejar deadline skripsi huee :")

tapi akan aku usahakan revisi FF ini berlanjut yaaa!
terima kasih sudah mampir :3

Sincerely
-Zee

Continue Reading

You'll Also Like

959K 65.5K 52
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang sedikit terlibat dalam scene novel tersebut. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia novel...
2.2M 106K 45
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
882K 69.7K 51
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
706K 11.9K 21
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...