Devian menyibukkan dirinya dengan berkas-berkas mengenai agents yang akan membantu menyelesaikan masalah kaumnya, masih ada keraguan pada mereka bisa menyelesaikan masalah ini, terlebih dari data tersebut hanya ada data singkat mengenai agents itu-terlalu singkat- dan tidak penting. Ia sempat mengirim mata-matanya untuk menyelidiki latar belakang para agents yabg akan bekerja dengannya dan buruknya mereka tidak menemukan apapun, seakan mereka tidak pernah ada, baik di dunia immortal maupun mortal.
Red Team Data
Name : Z
Height : 170 cm
Eyes : Black
Hair : Black
Name : V
Height : 173 cm
Eyes : Grey
Hair : Blonde
Name : E
Height : 165 cm
Eyes : Amber
Hair : Brown
Name : R
Height : 183 cm
Eyes : Hazel
Hair : Brown
Name : C
Height : 178 cm
Eyes : Violet
Hair :Black
Name : I
Height : 170 cm
Eyes : Blue
Hair : Blonde
Name : O
Height : 176 cm
Eyes : Green
Hair : Blonde
“Bagaimana mungkin nama mereka hanya satu huruf? Sialan, mereka mempermainkanku!” Ucapnya sambil meremas data yang diberikan Calvin, matanya menyala-menyala kesal dengan makhluk terkutuk itu sampai ia lupa bahwa dia juga makhluk terkutuk. Bagaimana bisa, dirinya yang seorang King of Alpha meminta bantuan dari yang katanya badan keamanan dunia immortal yang isinya makhluk-makhluk pengkhianat yang rela keluar atau dikeluarkan dari klannya.
“Alpha.” Jason masuk ingin melapor, namun Devian menatapnya marah, “APA?”
“Mereka sudah datang Alpha,” Devian mengangguk, melempar data itu asal setelah meremasnya lebih dulu, lalu berjalan keluar diikuti betanya dari belakangnya.
Dari tangga ia menatap enam orang yang akan bekerjasama dengannya, ia meneliti mereka dari atas sampai bawah. Empat pria dan dua wanita, terlihat meragukan terlebih ketika melihat si kembar yang bertampang polos dan seorang wanita kecil dengan kacamata besarnya itu, Apa mereka baru saja mengirim anak bayi untuk masalah ini?
Pria dengan badan yang terbilang biasa maju kedepan, menghadapnya dan menatapnya tanpa rasa takut, membuat Devian menahan amarahnya melihat seseorang begitu berani terhadapnya tanpa rasa hormat, bahkan pria itu tidak berlutut, berani sekali dia?.
“Salam The King of Alpha, bukan kami tidak hormat padamu King Devian, tapi kami bebas, kami tidak harus berlutut maupun tunduk terhadap pemimpin ras manapun, namun satu hal yang perlu anda tahu, kami menghormati anda sebagaimana anda menghargai kami.” Pria itu terseyum, C-selalu tahu bagaimana cara menghadapi seorang pemimpin yang terkenal dingin dan kejam-.
Seorang perempuan berwajah pucat maju, melipat kedua tangannya di depan dada, “Bisa kita mulai? Karna aku mulai bosan dan bisakah anda menyuruh mereka untuk berhenti mengawasiku, King? Aku bukan musuh.” V menujuk para warrior yang secara terang-terangan mengawasinya sambil menatap Devian dengan raut wajah yang sangat menyebalkan bagi Devian.
Aura mencekam keluar dari tubuh Devian, begitu marah melihat kelakukan agents yang bekerja untuknya, berani sekali mereka memerintahnya. Ia menatap mereka tajam, “Bersikaplah hormat, kalian bekerja untukku.” rasanya ia ingin sekali datang ke ISA kemudian menarik rambut Calvin dan menyeretnya ke sini, lalu mencabik-cabik tubuhnya di depan para agent.
“Siapa yang membutuhkan siapa, King of Alpha?” ucap C. Devian menatap mata violet pria itu, tidak ada sedikitpun rasa takut di sana, pria ini, selain cermat dia juga berani. Benar! Dialah yang membutuhkan mereka, tapi jika kalian gagal menyelesaikannya, jangan harap kalian akan selamat.
Ia mengangkat tangannya sambil tetap menatap mereka, memerintahkan warriornya untuk kembali.
“Jika gagal. Akan kupastikan kalian menjadi makanan tahananku.”
o00o
Anya kembali memakai pakaian miliknya-black dress- lalu berjalan menghampiri Sergio yang masih tertidur, tertidur? Jangan bercanda, dia vampire. Belum sempat ia duduk, tangannya di tarik membuat ia terbaring di atas ranjang dengan Sergio di atas, menindihnya.
Matanya merah, penuh dengan kilatan kemarahan, menatap perempuan yang sudah berani menipunya selama seminggu ini dan dengan begitu bodohnya dia sampai terpikat dengan perempuan yang baru di kenalnya, “Siapa kau?”
“Me? I am your Death Angel.” Anya menatap mata merah itu kemudian memegang kepala Sergio dengan kedua tangannya.
“Diam.” bagaikan anjing, Sergio diam menurutinya. Ia menutup matanya, mencoba masuk ke dalam pikiran pria itu mencari sebanyak-banyaknya informasi yang dibutuhkannya.
“Aku sangat ingin menyiksamu, tapi aku tidak punya banyak waktu. Jadi, selamat tinggal.” Anya menempelkan lipsticknya tepat di jantung Sergio, dan kemudian tubuh pria itu mengering dan retak menyelimuti seluruh tubuhnya, Kiss of Death -lipstick dengan sebuah peluru kayu di dalamnya-.
Ia menyingkirkan tubuh kering itu darinya, jika harus dikatakan bahwa ia sebenarnya sangat benci membunuh vampire, karena tubuh mereka akan mengering kaku, dan itu benar-benar menggelikan baginya. Ia membenahi dirinya, berusaha tetap berpenampilan bagus mengingat ia akan keluar dari club ini.
Oh Hell!
Sungguh pemandangan yang indah baginya saat membuka pintu disuguhi oleh para vampire dan werewolf pengkhianat. Ternyata tidak salah jika mereka bilang 1:100, Kurasa berolahraga sedikit tidak akan jadi masalahkan? Aku yakin Calvin akan memakluminya.
“First?”
Seorang pria berkulit gelap dengan oto yang tercetak jelas di tuxedo yang digunakannya maju menyerang, pria itu melayangkan tinjuan bawah, berniat memukul perutnya, namun dengan mudah ia menghindar melihat bagaimana mudahnya membaca gerakan pria itu, ia menahan tangan pria itu lalu mematahkannya dalam hitungan detik. Hey! jangan lupa ini sudah seminggu, Bustself takkan berfungsi lagi.
Para pengkhianat-begitu ia menyebutnya- terus menyerangnya bersama-sama tanpa henti. Goresan, tusukan, dan bantingan terus mengenainya. Bagaimana mungkin dia harus melawan mereka sekaligus tanpa mengubah dirinya? Mati sudah manusia jika ia melakukannya. Itu tidak boleh terjadi! jika ia tidak menahannya auranya saja bisa membuat makhluk mortal pingsan atau mungkin sekarat karena aura kehidupan mereka terhisap olehnya.
Anya memutar tubuh dan tangannya, melakukan peregangan pada tulang-tulangnya, menimbulkan bunyi-bunyi tulang kaku yang mengilukan. Cukup sulit baginya mengalahkan mereka tanpa mengganti wujudnya. Yah, setidaknya anggapan 1:100 itu tidak berlaku untuknya. Pertarungan di ruangan itu telah usai dalam waktu hanya dua jam, tapi ia tahu bahwa mereka akan terus berdatangan entah dari mana.
“Yaiks! Penampilanku benar.benar.kacau,” ucapnya saat melewati cermin besar, memperlihatkan betapa buruknya penampilannya dengan dress yang penuh dengan robekan kecil yang terus mengeluarkan darah, tubuhnya yang tak tertutupi pun tidak luput dari cakaran bahkan tusukan yang cukup dalam. Rambutnya yang dikepangpun sudah berantakan, kusut kesegala arah. Namun hal itu tidak membuatnya terlihat lemah, melainkan begitu menyeramkan, seperti orang gila, kurasa.
“Masa bodoh!” ucapnya pada patulan dirinya sambil melambaikan tangannya, mengisyaratkan dirinya yang sudah tidak peduli lagi dengan hal seperti itu.
Ia membuka pintu yang langsung terhubung dengan D&S Club, club yang tidak pernah sepi. D&S or Drunk and Sex Club. Anya naik ke atas panggung, tempat dimana para penari tiang menarik begitu vulgar terhenti karena keberadaannya. Semua mata menatap padanya, mengira jika ia akan melakukan tarian tiang yang lebih menghebohkan. Ia mengangkat tangan kanannya ke atas, membuat suasana di club itu sunyi seketika. Matanya mulai berubah menjadi merah darah, “Kalian para manusia dan bukan musuhku, pergilah dari tempat ini! Yang kalian ingat hanyalah mabuk dan kemudian pergi dari tempat ini tanpa mengingat apa yang terjadi saat ini.”
Anya menghipnotis mereka, membuat yang dimaksud mulai pergi meninggalkan tempat itu dengan tenang, menyisakan anak buah musuhnya. Ia memutar telunjuknya, membuat api di sekeliling tempat itu, tak ada jalan keluar bagi mereka yang masih di dalam.
Ia melangkahkan kakinya keluar, menuju parkiran, kemudian memakai helm full face hitamnya dan motor sport hitamnya dengan mesin yang sudah dimodifikasi.
Ia menaikkan kopling motornya, membawa pergi dirinya, menjauh dari tempat itu. Ia mengangkat tangan kirinya, lalu menjentikkannya, menciptakan ledakan besar di D&S Club, menjadikan club itu satu-satunya api unggun raksasa yang menyinari gelapnya kota kecil itu. Tanpa ada yang peduli dengan Club itu akibat hipnotis darinya.
This is me, Anya deLlanaquin Moore, a Hybrid.
o00o
“Argh! Kenapa kopi ini pahit sekali?!” Calvin meletakkan cangkirnya ke atas meja, kemudian menuangkan darah ke gelas lainnya, lalu meneguk darah itu habis.
“Entah kenapa perasaanku tidak enak”
o00o
11082017
Re: 26062018
Bonjour!! Firstly, i want say thank you so much for all of you who appreciate my story.
For a liker, commentary i always saud thank you!! And, for others no matter you are a silent reader or not, at least i am so happy cause many reader want to read my story.
You are my beloved readers!!!
So finally, let's vote and comment!!
Bye bye~
Best regards,
Emma