You're The One

By Hannazia

79.4K 7.6K 313

Setiap hubungan pasti ada cerita pedih mau pun senang dibaliknya, tergantung dengan bagaimana cara kalian men... More

O N E
T H R E E
F O U R
F I V E
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
Character Introduction
E L E V E N
T W E L V E [End]
O n e [Side Story]
T w o [Side Story]
T h r e e [Side Story]
F o u r [ Side Story]
F i v e [Side Story]
S i x [Side Story]
S e v e n [Side Story]
E i g h t [Side Story]
N i n e [Side Story]
T e n [Side Story]
E l e v e n [Side Story]
T w e l v e [Side Story]
T h i r t e e n [Side Story]
F o u r t e e n [Side Story]
F i v e t e e n [Side Story]
S i x t e e n [Side Story]
S e v e n t e e n [Side Story]
E i g h t e e n [Side Story]

T W O

5.2K 624 13
By Hannazia

Happy reading and sorry for typo.
Jangan lupa vote and comment.

※※※

"Aku pergi dulu. Baik-baik di rumah." Brian maju selangkah, memberikan kecupan lembut di dahi dan bibir Diana.

Diana mengangguk. "Iya. Jangan lupa makan siang."

Brian tersenyum lebar. Menampakan deretan giginya yang rapi. "Siap Sunshine."

"Sudah pergi sana!"

Brian cemberut, tapi setelah itu ia kembali tersenyum. "Aku pergi dulu. Bye Sunshine." Brian melambaikan tangannya, kemudian masuk ke dalam mobil.

Diana berdiri di depan pintu, menunggu mobil Brian pergi. Hingga setelah mobil Brian tak terlihat lagi, Diana berlari masuk ke dalam kamar, mengambil tas dan kunci mobilnya.

Ia bergegas pergi menggunakan mobilnya, menuju rumah sakit. Seminggu setelah percakapan mereka di kantor waktu itu, membuat Diana ingin memeriksakan dirinya ke dokter. Diana tidak ingin membuat Brian terus berharap padanya. Itu melukai perasaan Diana.

Sampai di rumah sakit. Diana langsung masuk, mengisi formulir dan menunggu namanya di panggil.

Detik demi detik terasa menengangkan bagi Diana. Dan ketika namanya di panggil, Diana langsung berdiri, mengikuti perawat menyuruhnya masuk ke ruangan Dokter kandungan.

Aroma obat-obatan langsung menyerang Diana, membuatnya mendadak takut.

"Ada yang bisa saya bantu?" Dokter bername tag Christine itu bertanya.

"Ehm...saya ingin memeriksakan diri saya, Dok. Saya sudah menikah selama satu tahun, dan sampai sekarang....saya belum juga hamil."

Dokter Christine tersenyum pada Diana. "Apa sebelumnya anda sempat menggunakan alat kontrasepsi?"

Diana menggeleng. "Tidak, Dok. Saya tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya."

Dokter Christine mengangguk. Ia mencatat sesuatu di kertas. "Apa anda seorang perokok?"

Gelengan lagi. "Tidak, Dok."

Dokter Christine melipat tangannya di meja. "Apa anda mengalami masalah pada saat haid?"

Diana berpikir sejenak. "Terkadang tamu bulanan saya datang tak menentu, Dok. Bisa satu bulan sekali, bahkan dua bulan sekali."

Dokter Christine mengangguk. Dia berdiri, mengajak Diana untuk mengecek berat badan Diana. Setelah itu di lanjutkan dengan pengambilan darah untuk di periksa.

"Hasil lab bisa di ambil satu minggu lagi." Dokter Christine tersenyum. "Teruslah semangat. Jangan bersedih." Ucapnya begitu semua pemeriksaan selesai di lakukan.

Diana tersenyum kaku. Ia beranjak dari posisinya dan keluar dari sana.

Satu minggu lagi....

Hasil lab akan keluar satu minggu lagi. Dan ia harus menyiapkan hati tentang kemungkinan terburuknya, apakah ia benar-benar.....mandul.

💟💟💟

Brian pulang ke rumah pukul sepuluh malam. Ia masuk ke dalam rumah dengan perasaan lelah. Tapi rasa lelahnya hilang begitu saja saat menemukan Diana yang tertidur di sofa. Istrinya itu sepertinya menunggunya pulang. Dan Brian tersenyum karena itu.

Brian berjalan pelan mendekati Diana, ia berjongkok di depan istrinya dan mengusap lembut rambut Diana. Brian menatap lekat wajah Diana, ada bekas air mata di sana. Ia seketika mengernyit tak suka.

Diana menangis? Kenapa?

Tangan Brian terulur mengusap lembut mata Diana. Jelas! Mata itu bahkan masih basah karena air mata.

"Kenapa kau menangis, Sunshine?" Tanya Brian pelan. Ia duduk bersila di lantai, dengan wajah berhadapan dengan wajah Diana.

"Kau bahkan terlihat lebih pendiam sekarang, tidak secerewet waktu pertama menikah." Brian menghela nafas panjang. "Aku bukan paranormal yang bisa membaca isi hatimu, katakan padaku tentang apa yang kau alami. Apa pun itu."

Bodoh!

Tidak seharusnya ia berbicara pada orang tidur. Toh istrinya itu tak akan mendengar!

Brian berdiri dari duduknya, menggendong Diana dan membawanya ke kamar. Ia menidurkan Diana di ranjang dengan pelan agar tak membangunkan istrinya. Kemudian, Brian ikut bergabung di kasur. Tanpa susah payah membersihkan dirinya, Brian langsung memeluk Diana dari samping, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Diana, dan ikut memasuki alam mimpi.

💟💟💟

Pagi harinya, Diana membuka matanya dan menemukan Brian yang tengah menatapnya. Suaminya itu berbaring miring dengan tangan menopang kepala.

"Morning, Sunshine." Brian mencuri ciuman kilat di bibir Diana.

Diana mengambil bantal dan melemparkannya ke wajah Brian. "Jangan asal mencium!"

Brian terkekeh. Ia memindahkan bantal ke bawah kepalanya, mendekat pada Diana. "Bangunlah. Aku sudah membuat sarapan untukmu."

Diana mengernyit. Ia kemudian menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. "Kau tidak bekerja?"

Brian menggeleng, ia beringsut memeluk Diana. "Aku sedang ingin berdua bersama istriku. Tanpa gangguan orang lain.'

Diana terkekeh. "Lalu apa yang akan kita lakukan seharian ini?"

Brian nampak berpikir. "Ehm..berpelukan?"

Diana mencubit perut berotot Brian, membuat suaminya itu tertawa geli. "Geli, sayang." Brian menahan tangan Diana yang menggelitiki pinggangnya.

Diana bangun dari berbaringnya. Ia duduk bersila menghadap Brian. Pandangan mata Diana menatap Brian. Banyak kata yang ingin ia ucapkan pada Brian, tapi dia takut.

"Ada apa?" Rupanya Brian menyadari kegelisahan istrinya itu.

Diana menggeleng. "Tidak apa-apa." Ia tersenyum.

Brian menghela nafas. Ia ikut bangun, duduk berhadapan dengan Diana. Tangannya mengusap lembut rambut coklat Diana. "Aku mencintaimu, Diana."

Diana tersenyum. Ia menurunkan tangan Brian dan menggenggamnya. "Aku juga mencintaimu, Brian."

Brian mendengus geli. "Ayo bangun. Aku akan mengajakmu pergi hari ini." Brian menarik pelan tangan Diana agar turun dari ranjang.

Diana merengek tak mau turun. Ia malah menutup tubuhnya dengan selimut.

Brian berdecak kesal. Ia menyibak selimut yang menutupi tubuh Diana. Lalu tanpa aba-aba, Brian langsung menggendong Diana menuju kamar mandi dan menceburkannya ke bathtub.

"BRIAAAAAAN!!" Teriak Diana kesal.

💟💟💟

Tak!

Diana menusuk pancake di hadapannya dengan sadis, lalu memakannya dengan cepat.

Brian yang melihat aksi itu mendadak merasa ngilu. "Sunshine...ada apa denganmu?"

Diana yang tadinya menatap piring berganti menatap Brian. "Ah! Aku tidak apa-apa." Ia tersenyum dengan mata menatap tajam Brian. "Hanya sedang kesal saja."

Brian kembali meringis. Salahnya juga yang menceburka Diana ke bathtub tadi. "Sunshine....aku minta maaf." Brian memegang tangan Diana yang berada di atas meja, sementara wajahnya memelas pada Diana.

Diana menghela nafas, kemudian meletakkan garpunya. "Permintaan maaf di terima. Tapi lain kali jangan seperti itu lagi. Aku tidak suka."

Brian mengangguk. "Aku janji tidak akan seperti itu lagi."

Diana mendengus. "Ngomong-ngomong, kenapa kau ingin menemaniku seharian ini?" Diana bertopang dagu, menatap Brian penasaran.

Brian berdehem sambil membenarkan letak duduknya. "Aku lelah terus bekerja, Sunshine. Jadi aku memilih untuk libur dulu." Brian cemberut. "Semenjak kau berhenti bekerja, aku jadi sering kesepian di kantor."

Diana terkekeh. Ia mengusap lembut rambut Brian, layaknya mengusap kepala anak kecil. "Bukankah kau yang memintaku untuk berhenti bekerja?"

Brian mengangguk. "Memang. Dan aku menyesal menyuruhmu berhenti."

Diana tersenyum. "Jika kau mau, aku bisa menemanimu seharian di kantor. Lagi pula aku tidak punya pekerjaan di rumah."

Brian menghela nafas. "Kau pasti tidak akan kesepian jika ada anak kecil di rumah ini."

Dan senyum yang tadinya bertengger manis di bibir Diana perlahan luntur.

Anak?

Dia juga menginginkannya, hanya saja Tuhan belum mempercayakannya pada Diana.

A/n:
Gimana part ini???
Komen ya??

Continue Reading

You'll Also Like

758K 147K 48
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
393K 2.3K 18
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
1.9M 147K 31
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
724K 83.7K 46
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...