AMALGAMATE (Mali & Liveo Stor...

By DaddyRayyan

28.3K 2.8K 156

Dark fantasy. Kisah dua pangeran antagonis dari negeri bernama Sisi Buruk. Negeri tempat para penjahat dari s... More

Pembuka
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 16
Bab 17: The Truth
Bab 18
Epilog
Pengumuman sekuel!

Bab 15

581 98 2
By DaddyRayyan

Dua bilah tajam beradu di udara.

Liveo menggeretakkan gigi, mengayun sabitnya bukan hanya membelah Beauty, tapi juga membuat api unggun mati.

Beauty menangkis serangannya dengan sebilah pedang mungil. Pedang itu langsung meretak dan pecah. Terjangan sabit Liveo membuat pergelangan tangan Beauty berdarah.

"Ya ampun, Manis. Aku datang ke sini bukan untuk mencari gara-gara," sahut Beauty ringan.

"MATI KAU, JALANG!"

Liveo tinggal sekali lagi mengayun senjata beratnya. Beauty bersiap. Jemarinya lentik mengayun seperti menyisir udara.

Suara serak Mali membuat beku udara.

"Hen—tikan, Liv."

Liveo sontak mundur. Sabit mendatar ke tanah. Terkesiap, "Mali?!"

"Halo—ugh, tolong jangan bertengkar. Ada orang sakit di sini," Mali susah payah berbicara.

Beauty menelengkan kepalanya. "Pangeran Mali, coba kau buat adikmu mengikat dirinya di bawah pohon es yang setiap hari menerjunkan duri, siapa tahu kepalanya yang batu dan mulutnya yang lahar itu bisa beku setelah mati, ah maksudku dipenuhi duri es, tentu saja."

"Diam kau!"

Beauty malah terkekeh. Selalu. Setiap kata yang keluar dari bibir Liveo terdengar sangat menggemaskan untuknya.

Liveo mendelik benci. "Apa maumu datang kemari? Menertawakanku?"

"Tidak. Aku bermaksud menawarkan sesuatu yang menguntungkan," ucap perempuan itu dengan nada yang naik turun seperti ingin melawak.

"Apa?"

"Kecuali kau sudah tak mau memburu Kashchei. Apa masih ingin? Aku menawarkan kerja sama, Sayang. Ini akan sangat menguntungkanmu."

Liveo mengerjap. Ia butuh beberapa saat untuk mencerna perkataan Beauty, dan baru tersadar saat Beauty tertawa lagi menatap ekspresi komikalnya. "Apa katamu?"

"Jangan buat aku mengulangi, sebab udara di sini sudah banyak kaucuri untuk memberikan napas buatan pada kakakmu?"

Liveo gatal melemparkan belati ke topeng Beauty, dan perempuan itu menangkapnya dengan ligat.

"Jangan marah-marah terus, Adik kecil. Nanti kakakmu semakin sakit."

"Terangkan apa maumu atau kubuat lidahmu itu menjulur abadi keluar topengmu dan bahkan kau tak akan bisa menutup mulutmu lagi."

"Ssh. Itu tidak lucu. Tapi aku akan menjulurkan lidah sepuasmu jika kau mau, Sayang. Dengarkan dulu. Ini tentang Kashchei. Kuharap kau masih bernafsu memburunya sebab bila tidak, ini akan menjadi perburuan paling membosankan. Dusun tempat Kashchei makan umpan sudah kaubakar. Kau membuatku dan seluruh Beast Master lain kewalahan."

"Apa? Bukankah jantung Kashchei sudah kau—"

Tangan lemah Mali menarik tepi pakaian Liveo dari belakang.

Liveo menggigit lidahnya.

Beauty menelengkan kepala. "Hm? Jantung Kashchei sudah apa? Bila sudah jatuh ke tangan seseorang di antara kita, aku tak akan mau repot memburu Kashchei lagi. Ini menjadi tidak menyenangkan bila berburu tanpa membawa lawan bersamamu."

"Jangan berbelit-belit! Katakan saja apa maumu."

"Singkatnya, Adik kecil, aku mulai jenuh dengan perburuan ini semenjak kau berhenti. Mari kita mulai sekali lagi dan bertarung memperebutkan Kashchei secara sehat, dengan aku berada di sampingmu, kita tak perlu saling mengintai lagi." Beauty terkekeh. "Meski aku senang sekali diikuti olehmu kemarin-kemarin. Rasanya seperti diekori anak anjing mungil."

"Omong kosong," bentak Liveo. "Itu permintaan paling sinting yang pernah kudengar—"

Mali tiba-tiba terbatuk keras, menyemburkan darah kehitaman. Liveo langsung berlutut di sebelahnya, memegangi pundaknya, wajahnya ikut meringis sakit.

Beauty bersedekap. "Dia keracunan bunga mawar biru, hm? Penduduk dusun baik hati yang kaubakar rumahnya menanam mawar biru di sekitar tempat tinggal mereka untuk ditumbuk menjadi racun."

"Sialan! Aku harus mencari ke mana penawarnya?!"

"Aku punya." Beauty mengeluarkan botol bening berisi tumbukan bubuk. "Ini untuk segala racun, hm, sebagian besar yang berasal dari bunga-bungaan cantik seperti mawar biru."

Mata Liveo berkilat. Dia awasi botol bening di tangan Beauty dengan curiga.

"Ini sungguhan ampuh. Tapi kalau kau tak mau coba, bukan aku yang rugi." Beauty membuat nada genit.

"Berikan itu padaku." Liveo sudah menggenggam sabitnya, mengincar memotong tangan Beauty dan merebut botol itu.

"Ssh, Adik kecil. Kau tinggal memohon dan berlutut seperti anak anjing kecil lucu."

"Kau sudah mati sebelum aku melakukan itu!"

"Ah? Sayang sekali kalau aku mati, aku tak mungkin bisa melihatmu selucu itu. Padahal aku sudah sering memimpikanmu, Sayang. Kuharap aku bisa hidup kembali setelah mati seperti korban-korban Kash—"

"Liv—" Mali tiba-tiba duduk, memotong segala percakapan adiknya dengan Beauty.

Liveo langsung menghampiri kakaknya, protektif, menekan pundak itu supaya datar ke alas tidurnya lagi. "Apa yang kaulakukan? Biarkan aku urus jalang ini."

Mali tersenyum. "Beauty yang menawan, biarkan aku bicara dengan adikku dulu."

Beauty langsung berbalik, dan dia menutup telinga. "Baiklah, Pangeran. Aku akan menutup kupingku dan berpura-pura bodoh di sini."

"Ada apa lagi ini, Mali?! Apa yang mau kaulakukan?"

Mali menjawab lemah, "Liv, tenangkan dirimu. Aku yang harusnya bertanya apa yang mau kaulakukan. Kau ingin berhenti memburu Kashchei padahal kita sudah jauh-jauh ke sini?"

Liveo mendelik tak percaya. "Jangan sinting. Kau sakit! Aku harus membawamu ke—"

"Itu bisa kaulakukan setelah mendapatkan Kashchei. Dengan kerak itu, kau bisa membawaku ke tukang sihir mana pun bahkan ke kastel kita dalam waktu satu menit."

Liveo menahan diri untuk menjawab.

"Aku tahu kau sangat yakin Beauty telah mencuri jantung Kashchei. Tapi seandainya ia sudah memilikinya, tak mungkin Beauty mau menampakkan diri kepada kita sekarang. Apa tujuannya?"

"Apa pun tujuannya, aku tak akan percaya pada perempuan ini sampai mati!"

"Liv, ini bukan saatnya. Ada saatnya kau boleh membenci dan membunuh seseorang, dan ada saatnya memanfaatkan situasi orang itu untuk keuntunganmu sendiri. Bagaimana jika begini?"

Liveo bernapas tajam.

Beauty merasa bosan karena sudah tak ada lagi saingan dan dia menawarkan mereka berburu kashchei berdua. Permintaan yang sangat aneh dan mencurigakan! Sejak tadi Liveo meremas tangannya sendiri, sangat ingin menancapkan ujung sabitnya ke jidat Beauty di balik topeng manik itu.

Ada saat tertentu ketika Beast Master berburu bersama dalam grup. Itu terjadi ketika monster buruan mereka lebih dari satu dan butuh kerja sama banyak pihak untuk menangkap. Masing-masing dari mereka sudah punya bagian. Momen lainnya ketika mereka bersaing secara sehat mencapai rekor yang lebih tinggi dalam perburuan. Tapi kali ini berbeda: Kashchei hanya seekor. Tak ada Beast Master yang mau bekerja sama dalam memburu satu kepala. Beauty jelas bukan Beast Master sejati! Dan Liveo tidak mengerti apa maunya jalang yang satu itu.

Liveo yakin si jalang sudah menggenggam jantung Kashchei. Jadi apa tujuannya? Apakah Beauty tak bisa menandai Kashchei lewat jantungnya dan punya rencana lain di luar sepengetahuan Liveo?

Mali terbatuk keras lagi. Darah di telapak tangannya. Beauty sudah mendekat, dan Liveo mengejang siap mencabiknya.

"Kalem, Sayang. Kau boleh mencabut kepalaku hanya jika penawar racun ini tak berhasil menyembuhkan Pangeran Mali."

"Jangan dekat-dekat, Jalang!" gertak Liveo.

Mali menghela berat. "Tak apa, Liv. Kau ingin aku sembuh atau tidak. Kau tak punya penawarnya, kan?"

Liveo bungkam.

Beauty mencampurkan bubuknya ke dalam air minum Mali, mengocoknya perlahan. Liveo mengawasi Mali yang meneguk cecair itu. Jarinya menggenggam rapat belati bersiap menusuk Beauty bila terjadi sesuatu pada Mali.

Mali mengisap udara sebanyak-banyaknya setelah mengosongkan termos kulitnya.

"Bagaimana?" tanya Liveo.

Mulai detik itu, batuk darah Mali berhenti. Dan perlahan-lahan tapi pasti, kulitnya yang pucat kembali seperti sediakala. Liveo benci mengakui keampuhan penawar Beauty, hanya untuk sekali ini saja.

Lalu Beauty berkata di balik api unggun yang mencerahkan seluruh kulit zirahnya, "Mata untuk mata lho, Sayang. Kalau kau menuruti keinginanku, aku pun akan menuruti satu permintaanmu. Kecuali memberikan nyawaku atau hewan buruanku karena itu tak bisa ditukar."

Liveo sudah menebaknya. "Apa? Kau yang menyerahkan penawar itu kepada Mali, bahkan aku sudah menolaknya!"

"Penawar barusan kuanggap gratis. Jarang-jarang aku menjadi baik. Hanya untuk Liveo yang manis. Ini semua karena aku berterima kasih kepada Pangeran Mali atas bantuannya di desa pemburu itu."

Mali melambaikan tangan. "Terima kasih kembali, Beauty."

"Untuk yang selanjutnya tidak akan gratis lagi, Sayang," ujar Beauty penuh kelembutan yang memuakkan. "Katakan apa yang harus kulakukan untukmu?"

"Memangnya kau bisa menyambung tubuh?!" gertak Liveo dingin, dan secara impulsif malah memberitahukan apa yang sangat ia mau saat itu. Ia menyesal kemudian karena tawa Beauty meninggi.

"Ha ha ha. Bahkan jika tubuhnya sudah sejelek dan sekecil buih pun aku masih bisa menyambungnya."

Mali menimpali, "Liveo, perempuan ini bisa sedikit sihir menyambung tubuh."

Liveo melotot. "Bohong."

"Ya. Ya. Bukan aku yang merugi di sini, Sayang."

Sepanjang malam itu, Liveo meminta Beauty jauh-jauh dari tenda mereka. Mali berkomentar Liveo harus belajar berbuat baik menghargai perempuan.

Liveo tak tidur. Sembari memelototi Beauty yang menjaga jarak di balikapi unggun, ia berpikir keras.

Esok paginya, Mali terbangun dengan wajah yang lebih segar. Dia tampak seperti orang sehat setelah meminum penawar racun Beauty. Pendarahan di tangannya sudah berhenti. Meski begitu, Beauty berkata efek penawar racunnya hanya bersifat beberapa hari. Ia akan muncul kembali bila Mali belum mengobati tubuhnya secara total.

"Apa kau benar-benar bisa menyambung tubuhnya sebelum kaki dan tangannya membusuk?"

"Sayangku, bahkan kakakmu memercayaiku. Apa kau tak mempercayai kakakmu sendiri?"

"Jangan mempertanyakanku."

Beauty tergelak gemas. "Baiklah, Sayang. Jadi ini sudah semalaman dan kau masih belum memutuskan untuk menerima ajakanku atau tidak. Itu berarti aku akan pergi sekarang, menandai Kashchei sendirian saja."

"Bedebah. Aku tak peduli dengan apa keputusanmu."

"Sayang, padahal kau hanya perlu memilih; yang pertama adalah kau melanjutkan berburu Kashchei sekaligus menyelamatkan kakakmu, atau yang kedua kau berhenti berburu Kashchei dan kakakmu tak jelas bisa selamat atau tidak."

Tak ada yang menguntungkan dari pilihan yang kedua! Dan Liveo tak mau memilih pilihan yang asalnya datang dari Beauty. "Ini konyol."

"Liveo, pikir seribu kali bila kau ingin melepaskan Kashchei," sahut Mali.

"Aku bisa memotong satu kakimu lagi jika itu demi kebaikanmu. Kenapa kau ngotot sekali ingin aku memburu Kashchei?!"

"Bahkan setelah aku hampir mati dan mengorbankan kaki dan tanganku, demi supaya adikku berhasil menangkap Kashchei? Aku merasa tidak berharga." Mali membuat suara sedih. "Kenapa kau selalu sia-siakan pengorbananku?"

Yang barusan itu membikin Beauty tertawa. Liveo menghunjamkan sabitnya ke tanah. Dan semua orang pun terdiam.

Mali bicara lagi setelah semenit hening, "Kubilang apa? Memburu kashchei tak akan bisa sendirian. Ini saat yang tepat." Lalu dia berbisik di telinga Liveo. "Kenapa tak kau manfaatkan dia?"

"Berisik, Mali. Aku sudah pikirkan semalaman."

"Lalu?"

Liveo berbalik menghadap Beauty. "Buktikan kau bisa menyambung tubuh Mali. Setelah itu aku akan mengiyakan ajakanmu berburu bersama. Meski ini sangat menjijikkan—"

Di balik topengnya, Liveo membayangkan mata Beauty melebar senang. "Kau cuma perlu mengucapkannya secara lebih imut-imut, Adik manis."

"Lakukan sekarang atau—"

"Oh baiklah." Beauty sudah berdiri di sisi Liveo, gemas mengacak-acak rambut lelaki itu.

Sebelum Liveo menepis kasar tangannya, Beauty sudah bergerak menuju Mali.

"Well, ayo kita lakukan lagi." Beauty tersenyum rahasia.

"Ya, silakan."

Liveo menyipitkan mata.

Tangan dan kaki Mali yang sudah memutih diletakkan di depan bagian tubuh yang buntung.

Punggung Beauty sedikit membungkuk saat ia merapal mantra. Bukan sihir hebat yang hanya bisa ditumpahkan oleh para ahli berdarah sihir. Semua orang dapat belajar sihir ringan bila punya mau. Beauty berkata saat ia menjalin serat-serat di antara dua tubuh yang terpisah menjadi satu, "Sihir ini tak sempurna, Manis. Aku hanya sanggup menyambung tulang, otot, dan sedikit lapisan daging kakakmu. Jadi ia akan terus berdarah bila tak diperban. Tapi lebih baik daripada tidak, kan?"

Tangan dan kaki Mali sudah kembali menyatu. Ada bekas penyatuan berupa segaris tipis seperti benang, dan darah merembes keluar dari sana membuatnya tampak seperti benang merah yang melingkari tungkai. Mali langsung membalutnya dengan perban.

Lagi, Liveo menyipitkan mata.

Meski kelihatannya menyambung sempurna, Mali masih belum bisa menggerakkan anggota tubuh tersebut. Sejam sekali darah merembes dari lukanya. Tapi untuk sementara waktu, Mali tampak lebih baik.

Beauty menceritakan rencananya memancing Kashchei keluar dari tempat persembunyian. Meski desa mawar biru sudah hancur, Beauty sudah membawa sekendi ramuan cinta. Dia berencana merayu seseorang lelaki dan meminumnya sehingga mereka bisa saling mencintai satu malam. Dengan cara itu, Beauty yakin Kashchei akan datang menjemput umpannya (pasti karena Beauty yang memegang jantung Kashchei, Liveo yakin sekali!).

Oleh sebab Beauty mengaku sangat tahu seluk beluk dunia Sisi Buruk, maka dia menyarankan untuk mendekati dusun lain yang tidak terlalu jauh dari situ. Dusun kecil sederhana sudah cukup untuk menjadi tempat penumbalannya.

Sambil memapah Mali dan membantunya berjalan dengan tongkat, Liveo mengangguk sekadarnya. "Lakukan apa pun asal Kashchei bisa keluar!"

"Adik manis, daripada aku repot mencari umpan, bagaimana kalau kau yang kubuat jatuh cinta padaku?" Beauty menggoda. "Kau kuat dan Kashchei tidak akan mudah melahapmu."

"Mati saja kau."

Beauty membuat suaranya jadi berdesah. "Ah, aku hanya tak mau kau menyesal. Ini cara yang lebih baik daripada yang lain."

Liveo menganggap dirinya sedang dalam posisi memanfaatkan Beauty. Dia butuh Kashchei dan keraknya. Hanya kali ini saja, Liveo rela berafiliasi dengan si jalang dengan mempertaruhkan peringkatnya sebagai Beast Master terbaik. Dan hanya kali ini saja, Liveo bisa berempati dengan penduduk desa masokis itu. Dia tak akan ragu masuk kerak, merampas ransum, atau apa pun, asal bisa menyelamatkan Mali.


Continue Reading

You'll Also Like

955K 103K 61
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟒) ⚠ (PART KE ACAK!) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀ...
865K 117K 125
COMPLETED [✓] Setelah penempatan kelas diputuskan, dua 'pemuda bermasalah' terkenal di sekolah tidak hanya berbagi kelas yang sama, tetapi juga meja...
2.2M 124K 72
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Genre: 1. Drama Psikologis 2. Thriller / Suspense 3. Action 4. Romance 5. Crim...
28.3K 2.8K 21
Dark fantasy. Kisah dua pangeran antagonis dari negeri bernama Sisi Buruk. Negeri tempat para penjahat dari seluruh dunia dongeng dibuang. ...