Next to You ☆ Meanie

pea-chy द्वारा

20.5K 2.1K 189

pea-chy ©2017 [REPUBLISH, REVISED, SLOW UPDATE] Before I met you, I never knew what it was like to be able to... अधिक

CH 1 : I'm Curious
CH 2 : Pembohong Ulung
CH 3 : Uncover
CH 4 : Your Warmth Touched My Soul
CH 5 : My New Favorite Things
CH 7 : Say 'Hi' to The New Fellas
CH 8 : Impressive Impression That Scared Me
CH 9 : Teman Masa Kecil
CH 10 : Going Going
CH 11 : Let Us Show You What Love is Like
CH 12 : No Regret

CH 6 : It Was Really Fun To Be with You in Every Single Time

911 193 7
pea-chy द्वारा

Mingyu menjalani hari-harinya dengan baik. Beberapa bulan hanya ia habiskan untuk melakukan terapi sehingga kini tubuh tegap Mingyu telah mampu bangkit tanpa memerlukan bantuan alat penunjang lain. Selama itu pula Wonwoo tetap merawat Mingyu dengan sabar. Tak sekali pun ia melewatkan satu hari tanpa ada Mingyu di sisinya. Untuk itulah Ny. Kim sangat bersyukur Mingyu memiliki teman sekelas sebaik Wonwoo. Entah apa jadinya jika Wonwoo tidak datang membantu, mungkin Mingyu sudah terlantar sekarang, mengingat kesibukan di perusahaan tidak bisa beliau abaikan begitu saja. Terlebih di hari libur seperti ini, Wonwoo akan berada di sisi Mingyu selama seharian penuh.




"Mingyuu..."

"Hmm,"


"Jangan bermain game terus, ayo makan. Kau 'kan belum makan sejak tadi pagi," bujuk Wonwoo.


"Nanti dulu, masih sibuk."

Wonwoo mengerlingkan mata sebal, pasalnya sudah berkali-kali ia membujuk Mingyu untuk makan sebab sedari tadi lelaki itu hanya sibuk dengan gamenya. Nahasnya Mingyu terus saja melayangkan berbagai kalimat penolakan. Wonwoo jadi kesal mendengarnya. Ia sendiri sudah merampungkan makan siangnya sejak beberapa waktu lalu jadi yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menemani Mingyu bermain game sampai kebosanan.

Ia mendesah kasar. "Ya sudah, kau bisa tetap bermain game, biar aku suapin, ya?," tawar Wonwoo.

Sontak Mingyu menurunkan joysticknya dan mengarahkan pandangan pada Wonwoo dengan mata membulat, menghiraukan tulisan game over yang memenuhi monitor. "Serius?"

Wonwoo mengedikkan bahu. "Untuk apa aku bercanda, Gyu. Lagipula aku sudah lelah mendengarkan penolakanmu sedari tadi. Jadi kali ini aku yang akan mengalah."

"Aww, terima kasih, Wonwoo. Kau benar-benar yang terbaik!"



Mingyu makan dengan lahap membuat Wonwoo kewalahan dengan nafsu makan temannya yang begitu besar. Ia tidak mencoba melebih-lebihkan, bahkan ini sudah piring ketiga yang Mingyu makan. Ia makan begitu baik sehingga Wonwoo tidak mampu membedakan antara Mingyu dengan babi.

"Kau itu manusia atau bukan, hah?" Wonwoo mempertanyakan nafsu makan Mingyu.

"Hmm?" Okay, sepertinya Mingyu tidak mendengarkan kalimat Wonwoo dengan baik karena fokusnya hanya tertuju pada video game. Tidak mengetahui teman bermarga Jeonnya itu tengah menggerutu sebal karena diabaikan.

"Aish, lanjutkan saja gamemu itu!," ketusnya.


Mingyu terkekeh kecil melirik tingkah lucu Wonwoo saat tengah merajuk. Untuk informasi saja, Mingyu itu tipikal multi-tasker. Makan sambil bermain game tentu bukan masalah besar baginya, tapi dalam kasus ini ia tengah bermain-main dengan temannya itu. Melihat bagaimana Wonwoo meletakkan piring yang masih tersisa nasi di atasnya tanpa berniat menyuapkannya lagi pada Mingyu membuat lelaki itu tertawa puas.

"Oh lihatlah siapa yang sedang merajuk," goda Mingyu penuh antusiasme.


Wonwoo mendelik sebal, tangannya tersilang angkuh di depan dada. Tanpa berniat membalas tatapan Mingyu, ia mengedarkan pandangan kemana saja asalkan itu bukan Mingyu.

Mingyu mematikan gamenya, entah kenapa kesenangan bermain gamenya menguap begitu saja. Tergantikan oleh keinginan untik menjahili Wonwoo. Maka perlahan-lahan, ia mendekati Wonwoo. Lelaki bertubuh kurus itu duduk memunggunginya sehingga tidak tahu posisi Mingyu sudah berada tepat di belakangnya. Sempat Mingyu dibuat ragu dengan ide aneh yang melintasi benaknya secara tiba-tiba. Namun dengan sedikit sisa kewarasan di otaknya, ia melebarkan kedua tangan lalu melingkarkannya erat di tubuh Wonwoo. Tidak berhenti sampai di situ, Mingyu membiarkan kepalanya bersandar nyaman di ceruk leher Wonwoo yang seputih porselen.

Tubuh Wonwoo menegang seketika. Rasanya seperti tersengat listrik saat dirasakannya tubuhnya direngkuh erat oleh tubuh besar Mingyu. Hangat dan nyaman adalah kesan kedua yang ia rasakan. Rasa kesalnya telah memudar sejak detik pertama pelukan mereka. Untuk detik kedua dan detik-detik selanjutnya berbagai perisa menyatu dalam keheningan.


"A-apa-apaan ini," Wonwoo tergagap mencoba mencairkan suasana canggung ini.


Mingyu menggelengkan kepalanya pelan meninggalkan rasa geli di permukaan kulit Wonwoo. "Biarkan seperti ini, sebentar saja," katanya lirih hampir berbisik dan Wonwoo merinding mendengarnya. Suara Mingyu yang begitu berat hampir saja menggoyahkan kesadarannya.

Meski gugup, Wonwoo tetap mengiyakan permintaan Mingyu. Ia membiarkan posisi nyaman itu sampai beberapa menit ke depan. Tak bisa ia pungkiri, Wonwoo menyukai ini. Tentang bagaimana Mingyu menyandarkan tubuhnya di sepanjang punggung dan bahunya, juga nafas teratur yang menyentuh permukaan kulitnya.

Kamar inap Mingyu saat itu begitu sepi, ditambah video game yang tadinya membuat sedikit keramaian kini telah padam. Kedua anak adam itu terus berdiam tak membiarkan satu bunyi pun menginterupsi kegiatan mereka. Sehingga terlambat pula keduanya menyadari bunyi samar dari kedua jantung yang berdegub kencang secara bersahut-sahutan. Cukup terlambat untuk menyadari sebuah fakta baru bahwa benih-benih cinta telah tumbuh di kedua hati. Hanya tinggal menunggu kapan waktunya cinta itu akan mekar. Walau sebenarnya masih terlalu cepat untuk menyimpulkan sebab kuncup saja bisa layu sebelum mekarnya terlihat.


-

Arloji di pergelangan Wonwoo sudah menunjukkan pukul 10 malam saat tungkainya mencapai ambang pintu kamar inap Mingyu. Sudah waktunya ia untuk pamit pulang setelah seharian menghabiskan waktu bersama putra tunggal keluarga Kim.


"Terima kasih,ya, sudah menjaga Mingyu hari ini. Hati-hati di jalan," ucap Ny. Kim lembut seraya mengelus pelan surai hitam Wonwoo.

Ia menyempatkan diri melirik Mingyu yang menyunggingkan senyuman manis ke arahnya. Dibalasnya senyuman itu dengan senyum tipis yang tak kalah manis.

"Iya, aku pulang dulu, Bibi."

Wonwoo menyusuri koridor rumah sakit yang mulai sepi meski masih tampak beberapa perawat yang berkeliaran menunaikan kewajiban mereka untuk merawat pasien. Bibirnya tak berhenti bersenandung. Hari ini begitu menyenangkan, pikirnya menerawang sambil mengingat setiap momen yang terpotret dalam ingatannya. Hal itu membuat perutnya tersa geli seolah ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam sana.

"Aku tak sabar untuk hari esok," gumam Wonwoo.




-

"Aku pulang,"

Sesampainya di rumah, Wonwoo disambut oleh kedua orang tuanya yang masih terjaga. Sepertinya mereka masih menunggu Wonwoo.

"Darimana?" tanya Tn. Jeon menyelidik.

"Dari rumah sakit."

Tn. Jeon menghela nafasnya pelan. "Sampai kapan kau akan terus menemuinya? Aku tahu kau memiliki niat baik terhadap temanmu itu, namun ini sudah terlalu berlebihan, Wonwoo.Kau harus memperhatikan dirimu mulai sekarang.Kau harus memperhatikan dirimu mulai sekarang."


Wonwoo tertunduk lesu mendengar perkataan ayahnya. Sedang Ny. Jeon yang duduk di sebelahnya tidak membuka mulut sama sekali, beliau hanya sesekali mengangguk membenarkan ucapan sang suami. Beliau juga sama khawatirnya dengan Tn. Jeon, akan tetapi ia tidak mau memperburuk perasaan Wonwoo dengan kalimatnya yang mungkin saja akan salah ditafsirkan oleh putranya.


"Bukankah akhir-akhir ini kau sering mengeluh pusing? Seharusnya itu bisa membuatmu jadi lebih bijak dalam mengatur kegiatan, Wonwoo. Kau bahkan selalu tidur larut beberapa hari ini. Itu membuat kami khawatir," lanjut Tn. Jeon tegas berharap sang anak akan mengerti sikapnya ini.

"Baik, Ayah, aku mengerti. Maafkan Wonwoo karena sudah membuat kalian khawatir."


Setelahnya, Wonwoo bergegas ke kamarnya dengan wajah muram. Jujur saja, ia sedikit tersinggung dengan ucapan kedua orang tuanya yang seakan menyalahkan Mingyu atas kondisinya yang memburuk akhir-akhir ini. Mungkin memang benar ia hanya terlalu kelelahan menghadapi hari-hari sibuk. Tapi bukan berarti ia bisa melimpahkan tuduhan kepada Mingyu. Toh ini sudah menjadi bagian dari rutinitasnya, sesuatu yang ia lakukan dengan afeksi sebagai dasarnya. Wonwoo tidak mungkin akan mengeluhkan hal itu. Justru ia akan semakin bersyukur atas setiap detik yang ia habiskan bersama sosok hangat Mingyu.



"It's okay, Jeon Wonwoo. Everything will be fine in time," ulangnya dalam hati.



-to be continued.

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

74.3K 14.2K 15
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
Nunu Nana Ena 🔞 Ruby द्वारा

फैनफिक्शन

524K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
AMETHYST BOY AANS द्वारा

फैनफिक्शन

496K 49.6K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
Sylvester Abu0Ima द्वारा

फैनफिक्शन

196K 16.3K 27
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...