Fisika Vs Bahasa Inggris [COM...

By LavenderVio

89.3K 4.9K 315

Ini tentang seorang gadis penyuka Fisika namun tidak suka dengan Bhs. Inggris. dia adalah Aileen Aurelia Gri... More

Prolog
Guru Bhs. Inggris enggak masuk
Ulangan Fisika
Pretended to be serious,but caught
Go Home Whit Devan
Cakra Lagi!
Ulangan Bhs.Inggris
Ketika semuanya teringat kembali
Untuk Aileen
When He Came Back With Memories Of That
Pelajaran Olahraga
Afandra !!!
Hukum Kekekalan Energi
Debat Bhs. Ingris
Philosophie Naturalis Principian Mathematica
Memories
Lebih Dekat
Hukum Gravitasi Newton
Awal dari semuanya
Awal Dari Semuanya #2
Dating a Double
Matahari dan Bintang mencari bulan.
Terungkap !!!
Mencari Aileen
Ada Apa Dengan Cakra !!!
Museum Naruto
With You
Santai Tanpa Perdebatan
Memulai Atau memutuskan
Bolos
Keputusan
Double date (2)
Pengakuan
END
Sayang kalian!!!
syuka!! wkwk
10th February
Ketemu Aileen dan Cakra

Ledakan besar!

1.8K 120 10
By LavenderVio

Bab 17

Sepasang mata hitam tengah menatap bingung kepada sebuah kotak berwana ungu, tak ada nama pengirimnya dan bunda juga mengatakan jika ia menemukan kotak itu di depan rumah. Tanpa menunggu lama lagi,Aileen langsung membukanya.

Satu hal yang Aileen pikirkan setelah melihat isi dari kotak itu. Siapa?. Di dalam kotak itu terdapat beberapa lembar foto dan beberapa benda kecil yang Aileen sendiri tidak tahu pemiliknya.

"Ini kok mirip gue yah?" tanya Aileen setelah melihat beberapa foto yang di mana ada dirinya dan seseorang pria yang sedang bermain basket juga beberapa foto terdapat seorang gadis yang Aileen tidak tahu siapa.

Aileen kemudian membalikkan salah satu foto yang ternyata terdapat tulisan.

Saat lo baca tulisan ini berarti kotak ini udah sampai sama lo, Rel. Dan melalui kotak ini gue mau bilang sama lo jika gue kembali untuk merebut apa yang seharusnya gue miliki yang telah lo ambil dari gue.

Kening Aileen semakin mengerut,"Gila nih orang yah," guman Aileen kemudian melempar selembar foto itu, sementara foto yang lain di letakkan di sampingnya. Moodnya untuk melihat foto itu lagu sudah hilang, akhirnya ia memilih melihat benda-benda yang juga ikut mengisi kotk itu.

Gantungan kunci berbentuk bola basket, benda yang pertama di raih Aileen. Lucu, satu kata yang Aileen pikirkan setelah melihat beda itu. Semakin Aileen menerawangi gantungan kunci itu, ia menemukan sebuah tulisan di bola kecil itu. Namanya, Afandra dan Rista.

"Lah, nambah lagi, Rista siapa lagi?" guman Aileen kemudian meletakkan gantungan kunci itu. Kembali lagi, Aileen meraih sebuah boneka yang telah usang di makan waktu namun tidak menutupi kecantikannya.

Boneka berbentuk Doraemon, Aileen langsung tersenyum, hingga tanpa sengaja matanya menangkap sebuah kertas yang terselip di kantong doraemon itu.

Devan Rafandra Aldric

Aileen Aurelia Griselda

Clarista Adira Ahzahra

Seketika mata Aileen membulat sempurna. Semua yang telah menghilang dari otak Aileen seketika datang dan langsung menerobos otaknya untuk memproses, jantungnya memburu seketika, seakan ingin meledak.

Sesak. Itulah yang dirasakan Aileen sekarang, tangannya menyentuh dadanya yang naik turun, seakan pasokan oksigen telah lenyap seketika atau hidungnya yang bermasalah? Entahlah, namun Aileen kemudian kehilangan kesadarannya.

***

Seorang pria tengah menatap tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. pria ini di balut jaket kulit berwarna coklat dan celana jinz hitam sedang berada di rumah sakit, matanya tak henti-hentinya menatap ke dalam ruangan dimana di sana terdapat seorang pria yang sedang berjuang untuk mempertahankan hidupnya.

Cakra kemudian menoleh, menatap seorang wanita paru baya yang sedang menangis terisak-isak sambil memeluk anak laki-laki yang menatap bingung kearahnya. "Kenapa lo nggak ngabarin gue,huh?" tanya Cakra dengan nada tinggi sambil melangkah mendekati wanita itu.

"Ibu sudah mengirim pesan bahkan sudah mencoba menghubungimu tapi kamu tak pernah menjawabnya," kata wanita bernama Resta itu.

"It's all because you often lie and now to look at because of you my dad came hospital without me, if you've never lied about it like that, i'm probably gon belivied this." Bentak Cakra.

"What is my fault you hate me to like this?" tanya Resta sambil menghapus bekas air matanya.

"One of you life in the middle of my family." Dan setelah itu Cakra pergi meninggalkan Resta yang tak percaya mendengar ucapan Cakra kepadanya.

Cakra berjalan dengan tergesah-gesah, amarahnya memuncak hanya karena perdebatan kecil antara dirinya dan ibu tirinya-Ralat, Cakra tidak menganggap Resta ibunya melainkan hanya seorang parasit.

"Gue benci." Kata Cakra sambil duduk dengan kasar di kursi taman, kebetulan tempat ini sepi jadi Cakra tidak perlu khawatir menggangu pasien yang lain. Beberapa waktu yang lalu ketika ia bangun dari tidurnya, matanya membulat sempurna melihat berapa notifikasinya yang berasal dari orang yang sama.

178 pesan dan 223 panggilan. Ini gila, Cakra tidak pernah melihat Resta mengirim pesan dan panggilan sebanyak itu, akhirnya Cakra memutuskan untuk ke rumah sakit tempat dimana yang di beritahukan Resta kepadanya melalui pesan.

Setelah sampai, ternyata benar, ayahnya sedang berada di meja operasi untuk berjuang hidup. Gila, ia kecewa pada dirinya sendiri dan akhirnya ia melampiaskan semuanya kepada Resta. Egois memang tapi memang sebagian juga kesalahan Resta.

Cakra kemudian menarik kasar rambutnya, berharap rasa pusingnya menghilang namun ia salah. Hingga tanpa sadar Cakra menangis sendiri, meneteskan Air mata dengan cepat di hapusnya.

"Gue benci hidup gue, gue enggak mau kehilangan ayah gue lagi, udah cukup ibu pergi tidak untuk ayah." Guman Cakra sambil menarik kasar rambutnya, bahkan wajahnya sudah memerah karena di penuhi amarah.

Hingga tiba-tiba matanya menangkap mobil ambulance yang datang kemudian mengeluarkan sosok yang Cakra kenal. Aileen, kening Cakra mengerut, karena penasaran akhirnya Cakra mengikuti kemana gadis itu di bawah.

"Aileen sakit apa?" guman Cakra masih terus mengikuti ke mana gadis itu di bawah. Hingga ponselnya bergetar di saku kirinya, tanpa menunggu lagi Cakra langsung mengangkatnya kemudian pergi begitu saja.

Panggilan itu dari Resta yang mengatakan bahwa Ayahnya sudah selesai di operasi dan akan di bawah ke ruangan, tanpa menunggu lama lagi Cakra langsung pergi.

***

Grisella sendari tadi menggenggam tangan anaknya, wajah khawatir masih terus di pasangnya. Sementara Abraham( Alex) hanya bisa menatap ibu dan adiknya ibah, ia menyesal tidak membangunkan adiknya makan karena ia pikir jika gadis itu tidur namun setelah lama menunggu gadis itu tak kunjung bangun juga dan akhirnya ia baru sadar jika gadis itu pinsan.

Sementara Darius baru kembali dari ruangan dokter dan seketika mata Abraham dan Grisella langsung menatapnya penuh tanya. "Dia nggak papa kok, mungkin Cuma kecapean dan untuk perkembangan selanjutnya kita lihat setelah Aileen sadar." Setelah mendengar ucapan Dairus baik Grisella dan Abraham langsung merasa lega.

"Abang? Bawa pulang bunda yah?" kata Dairus dan Abraham mengangguk

"Enggak, bunda mau di sini," kata Grisella masih menggenggam kuat tangan Aileen

Dairus memijat pelipisnya kasar,"Bunda harus istirahat, nanti biar ayah yang jagain Aileen." Alasan yang sesungguhnya adalah Dairus tidak suka melihat istrinya menangis atau bersedih seperti itu, biarlah Grisella di bawah pulang setidaknya agar dia tidak melihat wajah sedih Grisella.

"Tidak. Ayah pikir bunda bisa tidur dengan nyaman di rumah setelah melihat keadaan Aileen seperti ini, tidak ayah, bunda akan lebih khawatir," jelas Grisella

"Aileen tidak papa, dia cuma kecapean aja," namun Grisella hanya diam memilih menggenggam tangan Aileen dan menatap senduh kearah gadis itu.

Dairus menghela nafas frustasi, "Oke, kalau gitu ayah pergi ambil obat Aileen yah, bunda di sini aja sama Aileen." Grisella mengangguk patuh. "Abang ikut," Dairus mengangguk dan pergi bersama Abraham.

***

Sementara Cakra, pria itu kini duduk di kursi penungggu untuk menunggu obat yang ia pesan selesai di buat. Karena bosan, akhirnya Cakra memilih untuk mengutak atik ponselnya hingga namanya terpanggil barulah pria itu mendongkak dan berjalan meraih bungkusan obat yang di berikan kepadanya.

Setelah itu pria tinggi tegap itu langsung meninggalkan tempat itu untuk kembali ke ruangan tempat ayahnya di rawat, namun tanpa sengaja Cakra menjatuhkan kantong plastiknya dan pria itu langsung meraihnya. Hingga tanpa sengaja Cakra melihat ke dalam ruangan tempat kantong plastiknya jatuh.

Di sana terlihat seorang gadis yang sedang tertidur dan selang infus menempel di tangannya. Tanpa sadar Cakra berjalan membuka pintu itu hingga membuat seorang wanita paru baya terkejut dan langsung menatap ke arahnya.

"Kamu siapa?" tanya Grisella

"Apa gadis yang terbaring itu Aileen?" tanya Cakra takut-takut dan Grisella mengangguk. "Maaf saya temannya Aileen, tadi saya tidak sengaja lewat dan melihat Aileen," jelas Cakra dan lagi-lagi Grisella mengangguk,"Ayo masuk," kata Grisella sambil tersenyum.

"Oh bentar yah, saya mau keluar dulu, nama kamu siapa?" tanya Grisella

"Cakra."

"Cakra tolong jaga Aileen sebentar yah, saya mau keluar sebentar." Cakra mengangguk paham.

Kini hanya mereka berdua di dalam ruangan ini,hanya Cakra dan Aileen. Sementara Cakra kemudian beralih menatap Aileen. "Lo sakit apa?" guman Cakra masih menatap Aileen.

Entah kenapa matanya tidak mau berhenti menatap Aileen yang terlihat polos saat tertidur, entah kenapa Cakra suka melihat gadis ini seperti ini, diam tanpa mengoceh. Jika gadis itu membuka mulutnya, apalagi jika ia mengoceh tentang fisika kepala Cakra seketika ingin meledak.

Tapi tidak sekarang, wajah polos Aileen seakan membuat pikiran Cakra tenang dari masalah yang ia hadapi sekarang. tanpa sadar tangan Cakra terulur menggenggam tangan Aileen yang lemas.

Deg

Cakra merasakan ledakan besar di tubuhnya atau lebih tepatnya bagian jantungnya. Wajahnya masih menatap kearah Aileen seakan tidak percaya dengan yang terjadi kepadanya. Cakra pernah membaca tentang teori big bang.

Ledakan dahsyat atau dentuman besar( big bang) adalah sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta

Teori ini menjelasakan bahwa alam semesta awalanya dalam keadaan sangat panas dan padat, kemudian meledak dan membentuk sebuah partikel-partikel yang kemudian membentuk bintang-bintang dan planet-planet seperti bumi, merkuris, venus dan lain-lain.

Apa mungkin ia seperti itu, sebuah rasa yang meledak pada dirinya kemudian membentuk sebuah partikel yang di namakan CINTA? Namun Cakra langsung menggeleng dan melepasakan genggaman tangannya dari Aileen.

"Cepat sembuh," kata Cakra dan Grisella juga sudah membuka pintu dan masuk. Kemudian Cakra langsung berpamitan.

***

"Apa?!"

"Gue nggak pernah berpikir sampai situ, sumpah gue nggak pernah ada niat buat dia masuk rumah sakit," jelas Clarista kepada ponselnya yang menampilkan seorang pria jabrik.

"Terserah deh, gue tutup dulu panggilannya." Kata Clarista dengan wajah masamnya kemudian melempar ponselnya ke sembarang arah.

"Kok bisa masuk rumah sakit sih? Apa aku nyimpan bom di kotak itu?" tanya Clarista

"Perasaan enggak deh," guman Clarista lagi kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuknya dengan kedua tangan di rentangkan. "Tapi itu pantas untuknya," guman Clarista lagi sambil menatap langit-langit kamarnya.

Kamarnya ini penuh dengan hiasan boneka Doraemon, sampai sprei, bantal, dinding dan beberapa benda lain semuanya berbentuk Doraemon. Clarista kemudian meraih bantal Doaremonya dan memeluknya. "Kok gue kasihan yah sama Aileen?" tanya Clarista kepada bonekanya.

Dengan cepat Clarista menggelang,"Boda amat." Guman Clarsita sambil bangkit dan keluar dari kamarnya.

***

Devan berlari tanpa peduli dengan orang yang ia lalui bahkan tidak sedikit dari orang yang ia tabrak mengomel karena ketidak hati-hatiannya namun Devan hanya meminta maaf kemudian pergi begitu saja.

Saat ini Devan sedang berada di lorong rumah sakit, ia seketika langsung berlari begitu mendengar jika Aileen masuk rumah sakit, walaupun Abraham mengatakan jika Aileen tidak apa-apa tapi tetap saja rasa khawatir itu tidak bisa ia reda hingga akhirnya ia beranjak dari rumahnya dan menuju rumah sakit.

Devan tanpa aba-aba langsung membuka pintu kamar tempat Aileen di rawat hingga membuat orang-orang yang ada di dalam langsung menoleh kearahnya tanpa terkecuali Aileen yang sudah sadar ternyata.

Dengan deru nafas yang tidak beraturan, Devan tersenyum begitu melihat Aileen telah sadar. "Devan?" kata Abraham

"Masuk aja," kata Grisella sambil tersenyum

Tiba-tiba Aileen menarik Grisella untuk mendekat kearahnya kemudian Grisella mengangguk paham. "Abang sama Ayah temanin bunda ke supermarket yah? Katanya Aileen pengen ngemil," kata Grisella sambil menatap kedua pria di hadapannya ini dengan bergantian.

Seakan mengerti, Abraham dan Dairus mengangguk kemudian pergi meninggalkan Aileen dan Devan di ruangan itu dan meminta Devan untuk menjaga Aileen sebelum mereka kembali.

Kini hanya mereka berdua, entah kenapa Devan membisu, padahal biasanya tidak seperti ini ia selalu bisa mencari topik dengan gadis itu tapi entah kenapa sekarang ia membeku karena gadis itu terus menatapnya.

"Jangan berdiri di situ, masuk duduk di kursi." Sahut Aileen dan Devan mengangguk kemudian duduk di kursi tempat di mana Grisella duduk tadi.

"Apa kabar?" tanya Aileen lagi

Devan mendongkak sambil menatap terheran kepada Aileen, setahunya ia bertemu Aileen kemarin tapi kenapa gadis ini menanyakan kabarnya seakan dia telah pergi lama dari hidup Aileen dan baru kembali sekarang.

"Maksud lo apa sih, Leen?" tanya Devan

"Gue Cuma nanya kabar lo aja, masa lo enggak ngerti sih?"

"Yah, bukan gitu, perasaan kita ketemu kemarin dan sekarang lo nanya kabar gue, lo bisa aja lo becandanya," kata Devan kemudian terkekeh kikuk.

"Gue nggak nanya kabar Devan," kening Devan semakin mengerut, apa gadis ini melihat orang lain dari dirinya, apa yang terjadi saat gadis ini pinsan, apa Aileen punya indra ke enam. Devan kemudian menggeleng.

"Lah gue kan Devan, masa lo lupa sih, Leen?" tanya Devan

"Gue nanya kabar seseorang yang menghilang dari hidup gue tiba-tiba di Amerika dulu, orang yang ngajarin gue banyak hal sampai main basket dan banyak hal, orang yang awalnya sahabat gue kemudian menjadi pacar gue dan sekarang menjadi orang lain." Jelas Aileen panjang lebar

Seketika mata Devan membulat sempurna, bahkan kedua bibirnya terbuka saking terkejutnya mendengar ucapan Aileen. "Aurel?" kata Devan sambil beranjak dari duduknya.

Aileen mengangguk sambil tersenyum, "Lo udah inget gue lagi?" tanya Devan

"Lah, bukannya kita ketemu karena Alika yah, yakali gue lupa sama lo Dev," kata Aileen yang langsung membuat Devan murung.

"Afandra." Satu kata yang langsung membuat Devan menarik Aileen ke dalam pelukannya. Awalnya Aileen terkejut kemudian tersenyum.

"Maafin gue," lirih Devan namun tak ada jawaban dari Aileen.

"Rel, maafin gue," Aileen masih diam hingga Devan dengan perlahan melepas pelukannya dari Aileen. Devan melihat gadis itu menunduk dan itu membuat Devan takut.

"Rel, gue bisa jelasin semuanya," kata Devan, Aileen mengangkat wajahnya menatap nanar kepada Devan. "Gue mau sendiri." Dan itu membuat Devan kecewa.

Inilah yang membuat Devan takut, takut jika Aileen tidak bisa memaafkannya, takut melihat gadis itu berpaling darinya. Untuk sejenak Devan ingin Aileen kembali melupakannya hingga ia bisa kembali membuatnya jantuh cinta lagi kepadanya. Tapi semua terlah terlambat, Aileen tahu semuanya bahkan lebih cepat dari dugaannya, bahkan Devan sendiri belum memperkecil jarak diantara mereka.

"Rel, semua itu, gue punya alasannya, please dengerin gue," mohon Devan namun Aileen memalingkan wajah darinya. "Biarin gue sendiri dulu," kata Aileen dan Devan hanya bisa pasrah, menuruti apa yang diinginkan gadis itu.

Setelah Devan tidak lagi di dalam ruangan itu, Aileen menangis, seakan semua lukanya kembali terbuka bahkan melebar. Aileen benci dengan pria itu tapi di balik itu Aileen juga tahu ia sangat sayang dengan pria itu. Tapi memiliki rasa benci dan sayang secara bersamaan pada satu orang itu menyakitkan.

Dan sekarang, ia akan mengalami hidupnya yang sulit terlebih lagi dengan Clarista yang sudah terlanjur membencinya. Munafik jika Aileen bilang tidak takut dengan Clarista, ia sudah tenang dengan kehidupannya sekarang, tapi dengan kembalinya ingatannya seakan membuat Aileen kembali terlempar dari dunia mimpinya yang begitu indah.

Aileen masih terus menangis terisak-isak sambil memukul bantal yang tk bersalah itu. Sementara dari luar, Devan melihat semua itu. Dengan kesal, Devan pergi dari sana sebelum membuatnya benar-benar hancur.

"Bukan mau gue untuk pergi,Rel."

***

Sementara Cakra baru keluar dari ruangan ayahnya, wajah senduh masih terus ia perlihatkan, sudah beberapa jam yang lalu ayahnya tak sadarkan diri setelah di operasi. Ia takut kehilangan.

"Kaaakkkk??" teriak Vanilla

Cakra langsung mendongkak, kemudian menghela nafas jengah,"Brisik, Van. Ini rumah sakit," kata Cakra dengan cepat Vanilla membekap mulutnya sendiri.

"Kenapa?" tanya Cakra

"Aku tahu, lo nggak bakalan bilang kalau lagi kesusahan tapi gue juga nggak bisa diam kalau denger lo lagi kesusahan, jadi gue datang." Jelas Vanilla dan Cakra mengangguk.

"Kita keluar, jangan disini terus. Nanti lo pusing," kata Vanilla dan lagi-lagi Cakra hanya mengangguk. Tanpa menunggu lama lagi Vanilla langsung menarik lengan Cakra pergi dari sana.

"Bunda gimana?" tanya Cakra

"Bunda baik, oh yah, bunda pesen sama kakak, katanya nanti malam kamu harus pulang sebelum makan malam, tak ada penolakan." Kata Vanilla dan Cakra hanya menghela nafas frustasi kemudian mengangguk.

"Kak bukannya itu Aileen yah?" tanya Vanilla sambil menunjuk ke dalam sebuah ruangan yang menampilkan seorang gadis yang sedang berusah meraih segelas air.

Cakra mengangguk, tanpa berlama-lama lagi Vanilla langsung membuka pintu kamar itu yang langsung membuat Aileen terkejut. Sementara Cakra hanya menghela nafas jengah kemudian mengikuti Vanilla masuk.

"Vanilla? Lo kok disini?" tanya Aileen masih terheran dengan keberadaan gadis itu, sementara Cakra langsung masuk dan mengambil segelas air yang tadi ingin di raih Aileen namun tidak bisa.

"Nih," kata Cakra sambil menyodorkan segelas air itu kepada Aileen.

"Eh?"

"Ambil." Ketus Cakra dengan cepat Aileen mengambilnya kemudian meminumnya sambil habis. Karena ia sangat haus setelah menagis hebat tadi.

"Kok lo ada di rumah sakit, perasaan tadi kita ketemu cafe dan gue liat lo baik-baik aja kok, loh sekarang lo kayak mayat hidup,Leen," kata Vanilla kemudian terkekeh diikuti oleh Aileen. Memang keadaan Aileen sekarang sangat kacau karena menangis tadi, rambut yang berantakan baju lusuh, kebas air mata yang masih menempel di wajahnya dan mata bengkak.

Sementara Cakra baru sadar jika Aileen memang dalam keadaan tidak baik, padahal ia tadi datang saat gadis ini masih tertidur dan saat itu semuanya terlihat baik tapi kenapa sekarang berbeda.

"Nggak ada mayat yang idup, Van," kata Aileen

"Gue lupa, lo belum bilang kenapa lo masuk rumah sakit," kata Vanilla sambil berjalan mendekati gadis dan duduk di sampingnya.

Aileen tersenyum samar,"Gue pinsan karena kecapeaan jadi gini," jawab Aileen

"Ka duduk kali, berdiri aja lo di situ kayak patung hokage," kata Vanilla dan membuat Aileen tertawa. "Patung hokage enggak berdiri kali Van, lagi pula patung hokage juga nggak punya kaki Cuma wajah doang,"Kata Aileen masih tertawa.

Setidaknya beberapa saat Aileen bisa tertawa walaupun di saat ia sedang terluka."Bodo amat," jawab Cakra sambil berjalan menuju sofa yang berada di sudut ruangan itu. Mendengar ucapan Cakra, Aileen dan Vanilla langsung tertawa puas.

"Tawa aja kalian terus, gue pergi." Ketus Cakra tanpa mengubah eskpresi wajahnya.

"Nah, ini yang gue maksud Leen, wajahnya datar kayak patung hokage ke berapa tuh yang gurunya Tsunade?" tanya Vanilla

"Tiga."

"Nah, itu. Lo mirip patung hokage ke tiga, Kak. Makanya tuh ekrpesi ubah sedikit kek, jangan marah dan sedih mulu, sekali-kali senyum." Kata Vanilla

Aileen terheran, Cakra tidak pernah memperlihatkan ekpresi lain selain datar kepada orang lain termasuk dirinya tapi Vanilla pernah melihat Cakra bersedih, berarti Vanilla memang sangat berharga untuk Cakra. Dan itu semua membuat Aileen kecewa berat, tapi entah kenapa itu.

"Van kita keluar yuk, gue capek di dalam ruangan mulu. Pengap." Kata Cakr tiba-tiba.

"Yah, nggak bisa gitu dong, kita nggak bisa ninggalin Aileen sendiri apalagi di sedang sakit. Lo tega banget sih jadi cowok, kak," Cakra menghela nafas jengah.

"Bukanya dari tadi emang sendiri," Aileen menunduk sedih mendengar ucapan Cakra, entah kenapa kali ini ia merasa sakit dan bodohnya ia tidak bisa melawan padahal biasanya ia akan berdebat dengan Cakra sampai pria itu mengeluarkan bahasa inggrisnya yang mampu mambuat Aileen bungkam.

"Ternyata bukanya Cuma wajah lo yang datar, Kak tapi hati lo juga." Kata Vanilla dengan kesal.

Lagi-lagi Cakra menghela nafas frsutasi,"Bukan gitu, keluarganya bentar lagi juga datang," kata Cakra

"Udah lah, Van. Kalian pergi aja. Gue nggak papa kali sendiri, emang gue anak kecil. Lagian ada abang Naruto yang jagain." Kekeh Aileen diikuti Vanilla

"Mana? Gue mau ketemu Naruto dong, Leen. Mungkin bisa gue tikung lo."perkataan Vanilla langsung membuat Aileen melotot sempurna.

Vanilla terkekeh,"Gue bencanda, gu kan punya abang Sasuka yang kece badai mengalahkan bulu mata Syahrini." Kata Vanilla

"Udah sana, lo pergi abang Naruto nanti datang gue mau berdua sama abang gue," kata Aileen dan Vanilla mengangguk kemudian keluar diikuti oleh Cakra yang sekilas menatap Aileen yang tersenyum menatap Vanilla.

Entah kenapa Aileen bisa seakrab itu dengan Vanilla padahal ia baru bertemu dengannya beberapa jam yang lalu tapi seakan mereka sudah berteman lama.mungkin karena sama-sama menyukai anime Naruto kali.

Sementara Cakra dan Vanilla sudah berjalan meninggalkan kamar Aileen hingga Cakra menatap Devan yang berjalan berlawan arah darinya. "Cakra?" kata Devan

Cakra mendongkak kemudian mengangguk,"Lo ngapain di sini?" tanya Devan

"Ada urusan aja," jawab Cakra dan Devan mengangguk kemudian berpamitan kepada Cakra dan pergi.

Cakra menoleh memperhatikan punggung Devan yang berjalan entah kenapa ia penasaran dengan pria itu hingga matanya menangkap pria itu masuk ke salah satu kamar yang ia yakini adalah kamar tempat Aileen di rawat.

"Apa dia Naruto yang di maksud Aileen?" tanya Cakra dalam hati.

***

Devan sudah terlanjur mengecewakan dan menyakiti Aileen, dan kedua itu sama-sama membuat gadis yang dulu tak pernah suka dengan pelajaran berhitung kini malah menjadi gadis penyuka perhitungan menjadi terluka. Jujur saja Devan juga tidak ingin membuat gadis itu seperti ini apalagi untuk kedua kalinya. Devan benar-benar tidak ingin.

Dengan ragu tangan kanan pria tinggi dengan kult putih bersih meraih knop pintu bercat putih, hingga tangannya kembali pada posisi semula seakan knop itu jika menyentuhnya akan melukai tangannya.

Dari balik kaca mata coklat milik Devan menatap gadis berambut lurus yang sudah sedikit berantakan sedang termenung, ia tahu Aileen sedang kesal dengannya dan mungkin itu yang membuatnya melamun seperti itu.

Devan ingin kembali seperti dulu, saat gadis itu tidak mengingatnya, ia ingin melihat gadis itu tersenyum bersamanya, walaupun rasa sakit karena gadis itu menatapnya sebagai orang lain bukan sebagai Afandra yang ia kenal. Tapi itu lebih baik daripada seperti ini.

"Gue nyesel,Leen." Guman Devan masih menatap Aileen dari balik kaca pintu di hadapanya hingga sebuah tangan menepuk pundaknya pelan, tanpa menunggu lama lagi, Devan langsung menoleh. Mendapati Abraham yang sedang tersenyum kepadanya.

"Jangan ragu, masuk aja." Kata Abraham namun Devan menggeleng.

"Aurel udah inget semuanya dan sekarang dia marah sama gue," kata Devan menunduk. "Gue tau, tapi kalau lo bersikap pengecut kayak gini lo bakal kehilangan adik gue, lo harus datang ke hadapannya dan menyakinkannya. Bukan kayak cowok brengsek yang ninggalin dia tanpa alasan." Devan masih menunduk mencerna setiap kata yang di keluarkan drai mulut Abraham.

Dan semuanya benar. Ia pria brengsek. Dirinya pria pengecut.

Tiba-tiba Devan memutar tubuhnya kemudian pergi dari sana. Sementara Abraham hanya bisa menghela nafas frustasi sambil menatap punggung pria itu hingga menghilang dari balik belokan sana.

"Gue bingung," guman Abraham kemudian masuk kedalam ruangan Aileen.

"Alex?" kata Aileen

Abraham langsung menggeleng,"Walaupun lo udah inget semuanya tapi gue enggak mau lo manggil gue kayak gitu, gue lebih suka di panggil Abraham," jelas Abraham

Kening Aileen mengerut,"Kenapa?" lagi-lagi Abraham menggeleng sambil meletakkan kantongan obat yang di bawanya tadi.

"Lo boleh pulang sekarang kalau lo mau." Abraham mengalihkan pembicaraan dan Aileen paham dengan semuanya bahkan tanpa kakanya jelaskan sekalipun karena semuanya telah kembali.

"Kalau gue pulang besok sore aja gimana?" tanya Aileen

Abraham terheran tidak biasanya adiknya ini betah di rumah sakit apalagi jika ia sedang sakit bahkan dulu ia memaksa untuk di rawat di rumah saja dari pada di rumah sakit. "Kesambet yah?" tanya Abraham

"Gue pengen aja tinggal bentar di rumah sakit, supaya nanti kalau gue jadi dokter gue bisa tahan sama rumah sakit," kemudian Aileen terkekeh. Dan bodohnya Abraham percaya.

"Kak gue pernah ketemu sama Fathur." Kata itu langsung membuat Abraham mendongkak menatap adiknya tidak percaya.

"Dimana?"

"Dia ada di indonesia,"

"Alisha?"

Bersambung... 

Kamis, 22 juni 2017

hai semua nya...???? istrinya Naruto balik lagi, hehehe... sekarang gimana part ini? 

Jangan luva vote dan Commment yah.. 

sampai ketemu di part selanjutnya... 

yang baca vote dan Coment dong.. kolom komentar ceritanya ini sepi banget kayak hatinya author, hehhe bercanda... 


Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 313K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
456K 15.9K 37
#1 Penyemangat #8 kutipankata #10 semangat #13 quotes #14 katakata #14 Dunia #32 Senang Motivasi Maju mengambil kutipan dari Penemuan, Sastrawan, Art...
18K 1.3K 200
[SUDAH TERBIT] Yuk ikuti update terbaru Berisi tentang kumpulan quotes sederhana di dalamnya. Quotes yang aku tulis sesuai sama kehidupan dengan ber...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 42.9K 19
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...