Tetangga Apa Banget ?! Season...

By _Imdoll_

14.2K 1.3K 386

Gracia x Okta a.k.a GreTa gxg fanfic Cerita ini hanya karangan dan fiktif belaka, berasal dari imajinasi yang... More

1. Break Up − *SAHUR*
2. Laper- Aku Hanya Ingin Mencari Tahu
3. SENIN PAGI - Semangat Baru!
4. Ke Empat
5. Okta Kenapa?
6. PUTUS
7. Tujuh
8. De La Pa N
9. Kin Ju ? ? ?
11. Rusuhin Veranda
12. Mission Success ?
13. Sendiri Lagi
14. LDR (?)
15. Kacau
16. Kacau [2/2]
boo!

10. Se Pu Lu H

486 57 15
By _Imdoll_

Pagi yang cerah mengiringi selasa pagi ini, sinar mentari dengan hangat dan penuh kelembutan meresap dalam tubuh kami berdua. Ya... seperti biasa aku dan Okta tengah berjalan bersama menuju sekolahan kami tercinta. Sepanjang perjalanan tak hentinya kami terus mengobrol mulai dari pembicaraan yag gak penting sampe ke pembicaraan yang sangat amat gak penting.

Kalau aku perhatikan makin kesini Okta ini makin bawel, makin banyak ngomong, tingkahnya juga mulai banyak, pecicilan dan mulai sering jail, iseng, resek gitu deh. walaupun kadang lemot plus dodolnya gak ilang sih ._.

Sepertinya Okta ini tipe orang yang bakal jaim sama orang yang baru kenal dan keliatan aslinya kalo udah akrab aja. Jadi dapat ditarik kesimpulan kalo aku sama Okta ini sudah mulai akrab. Yup!

"Gre, kamu penasaran gak sih arti sebenernya dari slogan yang ditempel di gerbang sekolah kita itu?" Tanya Okta sambil menunjuk papan putih bertuliskan slogan pasaran yang cukup terkenal di sekolahan kami.

*Budayakan Datang Tepat Waktu*

"Itu artinya kita ga boleh dateng telat, Ta. Gitu aja masih ditanyain sih." Jawabku santai sambil terus berjalan menuju kelas.

"Iya bener sih. Terus sekarang apa kamu ngerasa udah ngejalanin slogan itu?" tanya Okta lagi.

"Iyadong! Buktinya aku udah sampe di sekolahan sebelom bell masuk kan?"

"Salah!" Sambar Okta cepat. Aku menaikan sebelah alisku, bingung. "Lah? Salah gimana?"

"Di situ kan ditulis sebuah ajakan supaya siswa dateng tepat waktu. sedangkan jam masuk sekolah kita itu jam setengah 7, terus sekarang kita sampe di sekolah jam setengah 7 kurang 15 menit. Berarti gak tepat waktu dong?" Terang Okta.

"Gimana siih ga ngerti ah!"

"Coba nih ya, di soal matematika kan suka ada tulisan, hitunglah soal-soal dibawah ini dengan tepat. Misalkan, nomor pertama itu 4+4= ? Terus kita jawab 8, bener atau salah?"

"Bener lah."

"Terus kalo misalkan kamu jawabnya malah 6. Bener apa salah?"

"Ya salah lah."

"Nah! Salah karena gak tepat kan? Sama kaya slogan itu. kita masuk jam setengah 7, di slogan tertulis datanglah tepat waktu. Berarti supaya tepat waktu kita harus dateng ke sekolah jam berapa?"

"Tepat pas jam setengah 7."

"Nah, itu! yaudah yuk balik lagi. ntar pas jam setengah 7 baru deh kita masuk sekolah."

"bodoamatlah, Ta!" Akupun berlalu meninggalkannya yang entah kenapa malah tertawa sendiri padahalkan ga ada yang lucu ._.

Satu lagi perubahan dari Okta saat ini yaitu sekarang dia ketularan jayusnya Kak Beby. Gara-gara misi memisahkan KiNju, Okta sama Kak Beby jadi sering ngobrol. entah ngobrolin apa tapi yang jelas kini Okta sudah terkontaminasi sama Kak Beby dan harus segera disterilkan. Bayangin aja kalo Okta terus-terusan jayus mulu kaya Kak Beby, bisa-bisa kena high tenshion alias darah tinggi. yang barusan aja cukup bikin esmosi gegara pembicaraan jayus nan ga penting itu.

**

Aku dan Okta sudah berada di kelas, berhubung sekarang sedang UTS jadi posisi duduk dan kelas diacak oleh pihak sekolah. Kelas IPA akan dipasangkan sekelas dengan kelas IPS, mungkin tujuannya untuk menghindari contek mencontek. Tapi ya yang namanya siswa mah ga usah ditanya masalah nyontek, mau diatur macem apapun juga tetep aja punya 1001 cara buat nyontek. yekan?

Kebetulan banget aku dan Okta dapet sekelas, dan mungkin ini yang dinamakan jodoh, aku sama Okta kebagian duduk semeja. Yuhuuu!!!

"Gre, nanti kalo ada yang ga bisa jawab nanya aja sama aku ya." Ujar seseorang dari belakangku, aku menoleh dan mendapati Hamids tengah duduk dengan senyum yang sok dibuat manis. Aku memutar mataku malas, "Gak! aku nanya Okta aja, dia lebih pinter dari kamu." Jawabku ketus.

"Tapikan sekarang ini ujian Bahasa Inggris, yakin mau nanya Okta?" Aku melirik Okta sekilas, tiba-tiba ingatan saat bertemu bule di kedai Ice Cream terputar di otaku. Bener juga yaa, Okta kan Bahasa Inggrisnya dodol :v

"Ohiya! tapikan kalo bahasa inggris mah gue ga kudu nanya juga bisa! bwek!" Jawabku masih dengan nada ketus, sekilas aku melihat Hamids menghela nafasnya pelan.

Aku menggidikan bahuku tak perduli, bodoamat deh. Sekeras apapun usaha dia buat jadi baik aku ga akan mau balik lagi ke dia. Walaupun aku udah maafin dia, bukan berarti aku harus balikan lagi sama dia kan? lagian sepertinya semakin kesini aku semakin yakin kalo posisi Hamids di hati aku udah mulai bergeser dan digantikan oleh Okta. Tapi sayang, Okta nya udah punya pacar hiks :(

**

Ujian hari ini yaitu Bahasa Inggris, tentu saja aku menjalaninya dengan sangat amat lancar tak ada kendala sama sekali sampai akhirnya tiba-tiba saja handphoneku bergetar panjang pertanda ada telepon masuk.

dddrrrttttttttttt.......... dddddddrrrrrrtttttttt..........

dddrrrrtttttt.........ddddrrrrrrrrrrtttttttt.....

Seperti itulah kira-kira bunyinya, karena handphoneku diletakan di laci kolong meja, jadi suara getaranya terdengar sangat amat jelas.

Ketika ujian gini salah satu jurus andalanku ya handphone itu, aku ga mau munafik tapi ya namanya juga sekolah demi mencapai nilai tinggi, jadi aja menghalalkan segara cara. Salah satunya ini, nyimpen handphone di laci kolong meja untuk jaga-jaga apabila sewaktu-waktu ada soalnya yang ga tau jawabannya kan bisa langsung tanya mbah gugel.

Tapi kali ini seharusnya aku simpan aja handphoneku di tas, toh bahasa inggris kan satu-satunya mata pelajaran yang aku jagokan. Hmm...

Sesaat aku mulai merutuki diriku karena meletakan handphoneku disana, namun sejurus kemudian aku merutuki Kak Beby karena dia lah penyebab handphoneku bergetar cukup lama.

Secepat mungkin aku segera me-reject panggilan dari Kak Beby itu, kemudian melirik sedikit ke arah pengawas. Mencari celah untuk memasukan handphone ke dalam tas.

Namun, belum sempat aku memindahkannya, lagi-lagi handphoneku bergetar kali ini dilengkapi oleh suara ringtone.

"Aih mati! Pake kepencet segala tombol volume nya."

"Gracia! Sedang apa kamu?!!!" Bentak sang pengawas dengan suara menggelegar.

"Ta... Bantuinnn..." Lirihku pelan pada Okta.

"Ga berani, Gre." Jawab Okta sambil berbisik.

Ibu pengawas sudah berdiri tegap disamping kursiku. "Ehh, Ibu... He..he..he..he.."

"Gak usah ketawa! Sedang apa kamu dengan handphone itu?!" Bentaknya dengan suara tegas.

"I..itu ta..tad..tadii ad..ada..." Untuk kesekian kalinya Aziz Gagap menebarkan virusnya pada karakter di ff ini.

"Jawab yang benar Gracia!" Bentaknya lagi membuatku tersikap.

"Tadi ada telepon, Bu. Geternya ganggu jadi aku ambil buat matiin. Eh pas kedua kali tombol volume nya kepencet jadi pas ada telepon lagi malah bunyi handphone nya. Suer, Bu! Saya gak ngapa-ngapain!" Jawabku sejujur-jujurnya.

"Tapikan kamu tau saat ujian siswa tidak diperbolehkan membawa alat komunikasi!" Ujar sang pengawas lagi.

Habislah aku! :(

"Maaf, Bu..." Tiba-tiba dari arah belakang Hamids mengeluarkan suaranya.

"Apa kamu mau ikut campur?! Kamu mau belain Gracia?!" Bentak Ibu pengawas garang.

Aku mendesah malas, ngapain sih Hamids ikut campur aja. Kalo gini ceritanya mending dihukum deh daripada dibelain sama Hamids. Aku kan ga mau punya utang budi sama dia :/

"Bukan gitu, Bu. Tap-" Ucapan Hamids terpotong oleh seseorang, dan dia adalah Okta. Aaaakkk Otutkuh...

"Ibu, bukannya Okta mau lancang atau gimana tapi Gracia punya alasan tersendiri kenapa bawa handphone. Adiknya lagi sakit, bu. Saat ini lagi dirawat di rumah sakit. Setelah pulang sekolah Gracia harus ke sana jagain adiknya. Jadi dia perlu bawa handphone buat komunikasi." Terang Okta panjang.

Tu..tunggu dulu... Adik? Rumah sakit? Perasaan aku ini anak tunggal deh. Dapet wangsit dari mana si Okta bisa bohong gitu :o

"Barusan juga yang nelepon itu orang tuanya Gracia. Iya kan, Gre?"" Tambah Okta sembari menyenggolku.

"Eh?! I..iya Bu. Adik aku kena penyakit yang aneh, gak bisa ngelakuin apa-apa. Makan aja dia udah gak jarang apalagi kalo gak ada yang ingetin dia makan. Mau olahraga lari pagi pun udah gak sanggup karena ga ada lagi yang dikerjar dan mengejar dia. Terusnya juga dia punya kelainan mata karena katanya tiap dia ngeliat dompet isinya selalu kosong. Pokoknya hidupnya udah hampa banget, Bu. Dia butuh banyak perhatian." Jawabku sekenanya. Sebisa mungkin aku memasang muka sedih, supaya si Ibu mengiba dan membebaskan aku dari masalah ini :"

"Yasudah kalau memang itu alasan kamu. Maafin Ibu yang sudah membentak kamu, ya. Untuk menjaga kondusifitas ujian, handphone kamu Ibu pegang dulu. Nanti selesai ujian bisa diambil." Jawab Ibu pengawas dengan tatapan iba.

Yak! Berhasil! Untung ada Okta. Ulululu....

Sambil menahan senyuman akupun mengiyakan ucapan sang Ibu pengawas, "Iya. Makasih, Bu."

Setelah pengawas berjalan menjauhi mejaku Hamids bertanya padaku. "Psst... Sejak kapan kamu punya adik?! Kok penyakitnya mirip ciri-ciri jones ya?!" Aku melirik Hamids tajam, "Berisik! Gak usah ganggu aku!" Tanpa memperdulikan Hamids yang hendak mengeluarkan suaranya lagi, aku pun kembali terfokus pada soal-soal ujian Bahasa Inggris.

***

"Ta, yang tadi makasih ya." Ujarku sambil melemparkan senyuman paling manis. Ujian hari ini telah selesai, Okta tengah merapihkan barang-barangnya ke dalam tas.

"Iya, lain kali gak usah bawa handphone makanya."

"Kalo bukan gara-gara Kak Beby juga gak bakal ketauan, Ta."

Dddrrrttttt.....dddddrrrrrttttt....ddddrrrrttrt.....

Panjang umur nih si bos, baru juga diomongin orangnya langsung nelpon. Tanpa basa basi lagi aku langsung angkat teleponnya dan bersiap ambil ancang-ancang untuk memarahi bosku tersayang ini.

"Hal-"

"Ngapain sih Kak nelpon-nelpon aku?! Gak tau apa jam segini tuh jadwalnya pelajar buat sekolah. Tau gak? SE KO LA H!!! Gara-gara Kak Beby aku hampir aja dikeluarin dari kelas padahal sekarang ini lagi ujian. Untung ada Okta yang bantuin aku. Coba kalo gak ada?! Emang Kak Beby mau tanggung jawab kalo nilai ujian aku kosong?!" Sambarku dalam sekali tarikan nafas.

"Eebuset yak! Nyelo napa! Gue bos lu ya! Berani-beraninya lu bentak-bentak bos?! Ha?!! Gue potong juga nih gaji lu!"

"E..eh... Jangan bos! Atuhlah diamah gitu ngancemnya :("

"Yawdah, gue minta maaf udah ganggu ujian lu. Tapi ini juga gegara lu udah lewat 2 hari masih belom juga ada progres. Sedangkan lu tau? Mereka berdua kian hari makin nempel."

"Toleransi dikit lah bos. Kita lagi UTS, gak bisa konsen mikirin misi."

"Atuh gue gak mau tau! Yang gue tau kerjaan lu beres. Apa kita batalin aja misi kali ini? Gue cari orang lain aja."

"Yaelah, jadi bos pundungan amat si."

"Gue sedih, Gre. Shania udah jarang kasih kabar. Koran aja ngasih kabar tiap hari, berita di tv aja kasih kabar sehari 4x. Lah ini pacar sendiri boro-boro ngasih kabar :("

"Iya paham, Kak. Tapi masalahnya UTS ini penentu masa depan aku sama Okta. Terus gimana?!"

"Bodoamat! Hari ini gue nginep di apartemen lu buat mastiin kerjaan kalian."

"Yah, Kak. Kan ntar malem kita kudu belajar, Kak!"

"Dah, bye!"

"Kak?! Kak Beby???!"

Sambungan telepon pun terputus secara sepihak, aku mendengus kesal. Permasalahannya besok itu ujian matematika, udah belajar aja aku masih dodol, gimana ditambah gak belajar kan. Apalagi mbah gugel gak akan bisa bantu aku kalo masalah ujian matematika gini ._.

"Gimana? Apa kata Kak Beby" Tanya Okta panasaran.

"Ntar malem dia mau nginep, ntar gimana ya Ta belajarnya. Aku takut besok matematikaaaaa :'("

"Yaudah kita kelarin sekarang aja misinya, jadi nanti malem Kak Beby dateng kita udah ada laporan biar dia gak bawel dan kita bisa belajar deh." Ujar Okta sok ide.

Dasar! dikata gampang kali yak nyelesain misi yang ini! Aku aja masih gak kepikiran kira-kira siapa yang bakal dicomblangin ke Kak Kinal. Hufff...

Sambil berfikir keras aku dan Okta berjalan pulang menuju apartemen. "Kira-kira siapa ya Ta orang yang mau kita comblangin ke Kak Kinal?" Tanyaku.

"Siapa ya? Yang ada di apartemen aja nih?"

"Iya Ta, biar gampang aja."

"Siapa ya?! Tetangga kamu tuh siapa namanya yang galak itu?"

"Kak Melody?"

"Nah iya itu!"

"Duh, kagak deh! Gak berani berurusan sama dia. Lagian dia udah punya pacar, Ta"

"Yaudah di apartemen itu yang jomblo siapa aja? Aku kurang tau kan masih pendatang baru."

"Semuanya udah taken, Ta. Aku doang yang masi jomblo :("
Kok rasanya nyess gitu ya pas ngomong ini :/"

"Yauda comblangin sama kamu aja, Gre? Gampang kan?"

"Gak! Gak mau!"

"Lah kenapa?"

"Emang kamu rela aku sama Kak Kinal pacaran?"

"Nggak sih, mending kamu sama aku aja ya"

"Ha? Apa Ta? Kamu ngajak aku pacaran nih?"

"Eh? Bercanda Gre. Serius amat. Ehe he he he ehe"
Aku mendelik malas ke arah Okta. Dasar! Orang udah seneng gak taunya dia cuma bercanda. Hufff...
Ehtapi kan Okta juga udah ada pacar, ku gak mau lah dijadiin yang kedua mah :/

"Em... kalo Kak Naomi gimana? Kata kamu, Kak Kinal putus sama Kak Ve gara-gara ketauan selingkuh sama Kak Naomi, kan?"

"Kayanya gak bakalan bisa deh, Ta. Kak Kinal udah trauma. Lagian Kak Kinal masih belom bisa move on dari Kak Ve."

"Yaudah kalo gitu kita buat aja Kak Kinal balikan sama Kak Ve. Simpel kan?"
Sepertinya sungguh mudah mengatakan ya, Ta. Tapikan... Tapi...

"Yaudah, Ta. Emang kayanya sulit tapi harus dijalani. Demi sesuap nasi! Ayo abis ini kita ke apartemen Kak Ve!"

"Lah mau ngapain?"

"Yaa mau buat Kak Ve balikan sama Kak Kinal lah, Ta. Gimana sih!"

"Kita rancang rencana dulu kali, Gre. Mau ngapain nanti, apa yang harus diomongin, salah-salah nanti malah kita kena semprot."

"Ner ugha! Tumben pinter, Ta. Yaudah kita omongin di apartemen aja."

"Ok!"

------------------------------------------------------

Sesampainya di apartemen kami langsung mengganti pakaian dan bersiap-siap menghampiri Kak Veranda. Setelah semua siap kami sedikit berdiskusi kecil sebelum berangkat ke misi.

"Pokoknya pertama-tama kita pancing dulu supaya Kak Ve ungkapin perasaannya tentang putus sama Kak Kinal. Begitu nemuin penyesalan langsung pepet. Tapi kalo keliatan gak ada penyesalan kita ngarang cerita kalo Kak Kinal keadaannya lagi merana supaya Kak Ve khawatir. Aku yakin walapun gak menyesal putus tapi di lubuk hati yang paling dalam, masih ada secuil perasaan buat Kak Kinal secara mereka pacaran udah lama banget." Ujarku menerangkan misi.

"Nanti Okta improvisasi aja ya, tapi jangan ngasal lagi kaya kemaren. Habislah kita!" Ujarku sengaja supaya Okta gak asal nyeletuk kaya kemaren. Bisa gagal total udah. Huft.

"Oke siap bosque!"

"Yaudah, kuy!"

"Ehtapi Kak Ve ada di apartemen gak? Masih jam segini mah belom pulang kerja kayanya."

"Selow, aku ini hafal Kak Ve kerja itu cuma hari senin, rabu, jumat doang. Dia kan pimpinan yang punya perusahaannya jadi nyantai, anak buahnya semua yang kerja."

"Informasi kamu lengkap banget, Gre."

"Iya harus dong, Ta. Namanya juga kerja sebagai agen rahasia yaa emang seperti ini. Hohoho..."

"Gaya banget!"

"Yaudah yuks!!!"

*ting tong* Setibanya di depan apartemen Kak Veranda aku langsung menekan lembut bell. Namun, bell pertama belum mendapatkan respon.

*ting tong*

"yuhuuu~ sepeda~~~ Kak Veranda...." Pangilku setelah menekan bell kedua.

"sepada kali Gre, bukan sepeda." Ujar Okta mengoreksi pengucapanku.

"Sengaja Ta biar lucu." jawabku sambil mesam-mesem.

"garing ih!" sambarnya ketus. aku memutar mataku malas, gak ngaca banget sih jadi orang kaya gak pernah garing aja -_-

tak lama pintupun terbuka, diikuti oleh semburat cahaya putih terang yang mengikui kemunculan Kak Ve. beda ye kalo bidadari yang muncul mah ada efeknya. namun kali ini nampaknya sedikit ada yang beda dari Kak Ve.

Aku memandangi Kak Ve dari atas sampai bawah, penampilannya berubah. Em... Cenderung ke arah kacau sih. Terlihat dari rambutnya yang sedikit berantakan sepertinya belom sisiran, matanya merah dan berkantung, serta tak ada wangi semerbak bidadari yang biasa selalu tercium.

Hmm... Jangan-jangan gak cuma Kak Kinal yang merana akibat putus ? Masuk akal sih, mereka kan udah lama banget pacaran, sebenci-bencinya pasti ada rasa kehilangan dan kesedihan.

"Kak Ve kenapa lusuh banget? Sedih putus sama Kak Kinal ya?" Tembakku langsung tanpa basa basi.

"Ih nggak! Aku baru bangun tidur makanya berantakan gini." Jawab Kak Ve sambil mengucek matanya yang mungkin masih terasa berat.

"Ouch... Ku kira sedih gegara putus sama Kak Kinal. He.he.he." ujarku sambil menunduk karena malu.

"Sedih sih tapi gak harus meratapi banget lah. Hidup aku akan terus berlanjut meski tanpa Kinal." Ujar Kak Ve penuh keyakinan. Aku mendesah pelan, sedikit kecewa mendengar jawaban Kak Ve.

"Sedih ? Berarti agak nyesel dong putusin Kak Kinal?" Kali ini Okta ikut bersuara. Aku memejamkan mataku mencoba mengatur ritme detak jantung. Gatau kenapa kalo Okta udah ikut ngomong akunya jadi deg-deg-an gitu. Okta kan suka asal aja ngomongnya :/

"Hiih ngapain juga sedih, aku malah seneng ya pengeluaran aku jadi berkurang dia mah apa, minta bayarin mulu. Ck!" Sambar Kak Ve sambil melipat kedua tangannya di dada.

Aku kembali menundukan wajahku, gak ada harapan lagi inimah. Kek nya harus cari target lain ._.

"Ngomong-ngomong kalian mau ngapain? Apa cuman mau nanyain Kinal aja hm? Kalian disuruh Kinal? Wah bener-bener ya tu paus, bi-"

"Eehh... Kak Ve gaboleh nethink gitu atuh..." Potongku segera.
Kayanya bener-bener udah gak ada kesempatan nih buat Kak Kinal :(

"Kita kesini mau minta ajarin sama Kak Ve." Lagi-lagi Okta bersuara.

Aku mendelik ke arahnya. Minta ajarin apa otut jelek! Gak ada konfirmasi dulu main asal jeplak aja ._.

"Oh, ajarin apa gitu? Ohiya nama kamu siapa? Aku belom tau." Tanya Kak Ve pada Okta.

"Aku Okta Kak. Kata Gracia Kak Ve ini designer terkenal. Pasti jiwa seni nya tinggi dong, nah kita mau minta diajarin tugas kesenian Kak."
Ujar Okta lagi. Aku masih harap-harap cemas. Kesenian yang mana pula dah? Semoga aja Okta gak ngasal yawla....

"Kesenian yang gimana tuh? Kan kesenian luas."

"Ituloh Kak yang proyeksi bangunan."

"Wah itumah beda sama yang aku pelajari. Proyeksi bangunan lebih ke artsitektur. Ehehe..."

"Yah... gak bisa ya?" Ujar Okta sambil memasang ekspresi yang sok dibuat sedih.

"Em... pas kuliah sih sempet belajar dasarnya doang, jadi bisa lah dikit-dikit tapi gak jago."

"Wah bener nih? Berarti mau yah ajarin kita?"

"Em.. yaudah deh, aku cuci muka dulu ya..." Akhirnya Kak Ve mengiyakan permintaan Okta. Aku yang masih belom mengerti maksud dan tujuan Okta pun hanya bisa menatapnya menuntut penjelasan. Namun Okta tidak menghiraukan aku karena masih ada Kak Ve dihadapan kami.

"Oke, aku ambil perlengkapannya dulu." Okta menarikku keluar apartemen Kak Ve dan berjalan menuju apartemen miliknya.

"Heh! Otut ini apaan lagi?" Sungutku sambil menghempaskan tangan Okta dari tanganku.

"Hehehe... Ini tugasnya Cides kemaren dia bilang pusing sama tugasnya terus ditinggal di apartemen, aku kasian aja sama dia. Lagian ini juga menguntungkan buat kita kan? Hehe."

"Hh... Cides lagi, Cides mulu, Cides terus!" Balasku kesal. Jadi dia ngelakuin ini demi misi atau demi Cides nya dia sih?! Huw!

"Ih! Kok Gre jadi bete? Gak mau nih? Yaudah bilang gak jadi aja sama Kak Ve." Ujar Okta hendak berbalik. Namun aku segera menahannya, bener juga sih ini sedikit menguntungkan. Nanti selagi Kak Ve sibuk sama Okta aku bisa keliling buat cari bukti sebanyak-banyaknya. Aku yakin Kak Ve belom move on dari Kak Kinal.

"Eeh... Jangan! Ini kesempatan kita buat korek-korek. Sapa tau barusan dia bohong doang?" Aku menarik tangan Okta, menahannya.

"Yaudah aku ambil perlengkapannya dulu." Aku mengangguk, demi misi abaikan dulu perasaan. Meski sedikit kesel gegara Okta ngelakuin ini karena Cides tapi apa boleh buat. Emang mereka kan ada hubungan special, beda sama aku yang cuman temennya Okta ._.

-TBC-

Mungkin kali ini agak flat ya, fokus buat nyelesain misi dulu. Kasian Ota sm Ge lagi UTS jd terganggu ._.

Salam GRETA!!!

seeyou babay!

Continue Reading

You'll Also Like

473K 47.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
78.9K 5.1K 68
Why did you choose him? "Theres no answer for choosing him, choosing someone shouldn't have a reason." - Aveline. ------------ Hi, guys! Aku kepikir...
46.8K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
48K 9.8K 12
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...