My Coldest Boy

By chocoxlatee

425K 22.1K 244

"Lo bukannya terlalu bawel buat ukuran cewek sejenis lo?" tanya Zidane, cowok yang mendapat julukan pangeran... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
My Coldest Boy #2

10

15.5K 826 16
By chocoxlatee

Zidane berjalan-jalan tak jauh dari penginapnnya setelah dia selesai mandi. Berjalan dengan buku di tangannya, buku yang Angel berikan.

"Zidane!"

Suara ini. Suaranya tidak asing, cewek bawel yang suka ditemuinya di manapun dia pergi. Bahkan di Paris pun dia masih bisa bertemu dengan gadis itu? Yang benar saja!

Zidane membalikkan tubuhnya, melirik ke arah Angel yang terus melambaikan tangan ke arahnya.

"Gila ga nyangka gue ketemu lo di sini. Ternyata lo ijin kesini ya, ngapain lo? Bolos?" ujar gadis itu setelah langkah kaki mereka sama.

Yakali gue bolos sampai sejauh ini, dikira gue sultan apa gimana ya, batin Zidane.

Zidane menggeleng. "Ada urusan."

"Urusan apa? Kok jauh banget sama di Paris? Oh iya lo nginap di mana? Siapa tau kita nginapnya di tempat yang ga jauh-jauh banget, jadi gue bisa kunjungi lo."

"Nanya satu aja."

"Oke. Lo ada urusan apa sampai jauh banget ke Paris gini?"

"Lo ngapain?"

"Gue kan duluan nanya. Masa lo tanya balik gitu, ga asik ah."

"Jawab aja."

"Gue di sini ada lomba. Nah giliran lo,
lo kenapa ada di sini?"

"Sama."

Angel mencoba untuk berpikiran terbuka. Lomba kan ada banyak. Bisa saja dia diutus sekolah untuk mengikuti lomba di mata pelajaran tertentu. Tidak mungkin lomba yang berkaitan dengan musik kan?

"Lomba apa?" Tanya Angel memastikan.

"Ada lah. Main piano pokoknya."

Mata Angel membulat dengan sempurnanya. "Jangan bilang lo main piano untuk jadi pengirinya gue?!"


9 kata yang keluar dari mulut Angel membuatnya menatap lawan bicaranya tidak percaya. Seharusnya sebelum menyetujui permintaan tantenya, dia bertanya dulu siapa yang akan dia iringi. Tapi, sekarang pun sudah terlambat.

"Oh."

Angel berdecak. "Lo kaya ga punya ketertarikan untuk ngomong gitu ya kayanya."

"Ya, makanya jangan ngajak ngomong."

"Suka-suka gue lah, mulut juga mulutnya gue."

"Terserah."

"Btw gue dari kemarin nebak-nebak siapa keponakannya temen Mama yang bakal ngiringin gue, orangnya gimana ya, banyak deh pertanyaannya. Tapi pertanyaan gue semuanya udah di jawab pas tau ternyata lo pengiring gue. Untung lo, bukan orang lain. Setidaknya gue kenal gitu—"

"Bawel," potong Zidane. Angel menunjukkan ekspresi cemberutnya.

Zidane menggeleng-geleng tidak percaya. Kenapa ada orang sebawel Angel dan gilanya lagi adalah dia harus menjadi pengiring gadis bawel ini. Bayangkan betapa pendengarannya akan sangat terganggu beberapa hari ke depan.

"Partiturnya udah ada di lo?" Zidane mengangguk.

"Lo udah pelajari partiturnya belum?" Zidane menggeleng.

Angel menarik lengan Zidane. "Kalau gitu lo harus ikut gue ke rumah. Kebetulan di rumah ada piano, jadi kita bisa latihan bareng. Gimana?"

Zidane hanya bisa mengangguk dengan pasrah. Mau ditolak pun dia yakin gadis ini punya 1001 cara untuk membawanya ke rumahnya. Lagipula tidak buruk, karena di penginapannya tidak ada piano yang bisa digunakan cuma-cuma. Ternyata ada untungnya menjadi pengiring Angel.

Angel membuka pintu rumahnya. Ternyata Alina sudah ada di rumah. Angel memperkenalkan Zidane kepada Alina. "Mama ini keponakan teman mama, namanya Zidane."


Zidane mengangguk sopan, dan memberikan senyuman untuk menyapa. Dalam beberapa detik, Angel terpesona dengan senyuman Zidane. Ini benar-benar rare moment yang selama ini dialaminya.

Zidane berdeham, menyadarkan Angel dari lamunannya. "Eh apa? Mama ngomong apa?"

"Kamu mau latihan ya sama Zidane?" Tanya Alina lagi yang dijawab dengan anggukan oleh Angel.

"Tante, pinjam pianonya dulu ya."

——

Zidane duduk di depan piano sambil menunggu Angel mengambil biolanya. Dia menekan tuts-nya sesuai partitur yang sudah diterimanya sebelumnya. Akhirnya orang yang ditunggu-tunggu sudah datang. "Mulai sekarang?" Angel mengangguk.


Zidane mulai memainkan pianonya. Seakan tersihir dengan permainan piano Zidane, Angel terus menatapnya.

Zidane berdeham. "Kok lo ga mulai?"

Angel segera menggesekkan biolanya begitu tersadar.  Gesekan demi gesekan yang Angel lakukan menciptakan nada yang menakjubkan, apalagi ditambah permainan Zidane yang membuatnya semakin menakjubkan.


Mereka latihan beberapa kali. Dan beberapa hal yang Angel tau. Ternyata Zidane sangat hebat dalam bermain piano, dan Zidane sangat cepat dalam mengingat sesuatu. Bahkan partiturnya yang baru diterimanya saja dia sudah ingat, padahal baru main beberapa kali.

"Udah latihannya? Gue pulang ya?"

Angel menahannya. "Jangan, cepet banget udah mau pulang?"

"Jangan pulang dulu, Zidane. Ikut kita jalan-jalan keliling Paris, mau?" tanya Alina dengan nampan berisi dua gelas susu dan biskuit.

Angel menatap Zidane dengan penuh harap. Akhirnya dengan sedikit paksaan, Zidane memutuskan untuk menyetujui ajakan tersebut.

"Kalau gitu ini dihabisin dulu ya, nanti kalau udah beres, baru deh kita jalan."

"Siap, Ma. Makasi ya."

"Oke, Tan. Makasi dan maaf merepotkan sebelumnya."

Alina tersenyum hangat. Zidane menjadi rindu dengan senyuman hangat ibunya. Sudah lama sekali tidak melihat ibunya tersenyum. Angel menyodorkan segelas susu kepada Zidane dan diteguknya dengan cepat.

"Idih, cepet banget lo minumnya."

Zidane mengambil sebuah biskuit dan menyuapkannya ke Angel. "Cepat habisin, gausa bawel."

Setelah melakukan itu, Zidane dengan santainya pergi meninggalkannya untuk menemui Alina. Kurang ajar!

Angel buru-buru meneguk habis minumannya dan melahap lagi sebuah biskuit. Ternyata biskuitnya enak juga.

Mereka jalan cukup lama di Paris, mengunjungi banyak tempat bersama-sama. Zidane senang bisa jalan-jalan dengan keluarga ini.

Bahkan dia saja tak pernah melakukan hal seperti ini dengan ayahnya yang punya hubungan darah dengannya.

Zidane memutuskan untuk pulang setelah mereka sampai di rumah. "Besok kesini lagi ya! Lusa kita udah tampil. Gue mau kita jadi yang terbaik." Zidane kembali mengangguk.

"Bye, Zidane!"

"Au revoir! (Sampai jumpa!)" kata Zidane.

Angel menatap Zidane bingung, apa yang Zidane bicarakan? Angel sama sekali tidak bisa berbahasa Perancis.

Satu hal yang Angel ketahui lagi dari Zidane. Sepertinya Zidane cukup mahir
dalam beberapa bahasa, salah satunya Perancis.

Angel segera masuk dan menanyakan mamanya apa arti kata-kata yang Zidane sebutkan tadi. "Itu artinya sampai jumpa," jawab mamanya.

"Oke, Ma, makasih. Angel masuk kamar dulu ya? Mau tidur, capek banget." Angel masuk ke kamarnya, merebahkan tubuhnya di atas kasur, dan dalam sekejap Angel tertidur.

***

Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini. Jangan lupa vote dan comment-nya ya, saran dan kritikan kalian juga sangat dibutuhkan, buat lanjutin cerita lain!😉

Sincerely,
Fiona

Continue Reading

You'll Also Like

6.8M 590K 47
[𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀] ❗𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐌𝐄𝐍𝐄𝐑𝐈𝐌𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓 𝐃𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐁𝐄𝐍𝐓𝐔𝐊 𝐀𝐏𝐀𝐏𝐔𝐍❗ "Gue mau ngomong sama...
7.9K 2.6K 43
𝔹𝕌𝔻𝔸𝕐𝔸𝕂𝔸ℕ 𝔽𝕆𝕃𝕃𝕆𝕎 𝕊𝔼𝔹𝔼𝕃𝕌𝕄 𝕄𝔼𝕄𝔹𝔸ℂ𝔸-! °°° [ SEQUEL MAGNET ] Bisa membaca magnet 1 terlebih dahulu agar tidak bin...
303K 17.4K 81
Samudera. Lelaki jangkung bermata elang, siswa paling disegani di sekolah. Penunggang RX King yang tidak pernah jatuh cinta. Samudera lelaki berhati...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 115K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...