RARE

Par Shf123_

331 43 17

[ Fantasy - Romance ] Di tempat ini? Rasanya tak pernah sedikit pun terlintas di pikiran kami. Di tempat ini... Plus

Prolog
Bab 1

BAB 2

60 9 3
Par Shf123_

"Hai Nak.. sepertinya kalian begitu letih" Sahut seorang kakek tua baya yang sedang duduk dikursi goyang dengan bentuk menyerupai mangkuk, terkekeh.

Mereka terkejut bukan main. Matanya terbelalak dengan mulut menganga. Kaki mereka serentak mundur selangkah. Wajah Kakek tua ini sungguh aneh. Anna yang berada di belakang Ray sangat terkejut. Wajah ini persis sekali di dalam mimpinya. Dan anehnya lagi apa yang dikatakan Kakek tua ini dengan bahasa yang mereka tidak kenal. Apa yang sedang terjadi?

Setelah mereka sadar akan pingsannya, mereka menemukan sebuah rumah berbentuk iglo, berwarna putih. Mereka mencoba menghampiri rumah itu untuk berteduh. Dan ternyata ia menemukan Kakek baya dengan wajah aneh seperti itu.

"Duduklah.. jangan sungkan, dan mengapa kalian begitu terkejut? Apakah ada yang aneh dengan diriku?" Kakek tua itu mendekat pada mereka yang sedari tadi mematung melihat keanehan ini.

"Wajahmu?" Rey menunjuk wajah Kakek tua itu.

Kakek tua itu tertawa renyah, "Apa yang kau bicarakan? Wajahku?" Ia memegang wajahnya. "Sama saja seperti kalian." Ucapnya. Ia mengambil cermin di dekat jendela. Memperlihatkan wajah Ray, yang dekat dengan Kakek tua ini.

"Astaga... Wajah siapa itu? Jelek sekali wajahnya." Enna menunjuk cermin dengan tampang polosnya.

Enna menoleh pada Anna di sampingnya, dan mereka saling tatap. Dan mereka berteriak bersamaan.

Oh ya ampun.... Yang ke berapa kalinya mereka terkejut di dunia aneh ini. Ray berteriak, kedua tangannya memegang wajahnya. Anna apalagi, ia sangat terkejut. Wajah mereka juga sama dengan Kakek tua ini. Bulat. Sangat bulat. Mata besar. Hidung yang tidak terlihat. Bibir terlihat segaris. Dengan gigi rata. Sama persis seperti emoticon keyboard ponsel. Enna mencubit lengannya, berharap ini hanya mimpi, kemudian terbangun dengan wajah cantiknya yang mirip dengan Anna. Sialnya ia tidak terbangun sama sekali. Ini nyata. Sangat nyata. Apakah mungkin mereka akan terjebak di dunia ini selamanya?

"Astaga... wajahku mengapa menjadi buruk rupa seperti ini? Aduh.. kemana wajah cantikku menghilang?" Enna meracau histeris memegang wajahnya.

"Eh? Apakah buruk sekali?" Tanya Rey, tangannya meraih cermin yang dipegang Kakek baya.

Enna menunjuk wajah Rey, "Kau siapa? Anna?" Lalu Enna menunjuk Anna, "Eh? Dan kau siapa? Mengapa aku tidak bisa membedakan wajah kalian?"

Kakek baya mengerutkan dahi, "Ada apa dengan kalian?" tanyanya heran.

***

"Oh ya ampun.. Ini sungguh aneh sekali, tempat macam apa ini, pasir putih di tengah hutan, rumah iglo di tengah hutan dan wajah berbentuk aneh. Tolong bangunlah Rey dari mimpimu. Sepertinya mimpiku terlalu berlebihan." Racau Rey, matanya melihat ruangan kamar milik Kakek tua. Kamar yang luas dengan tata yang aneh, barang berbentuk aneh, jendela aneh.

"Ini nyata Rey, aku sudah berkali-kali mencubit lenganku sampai merah. Hasilnya tetap aku berada di tempat ini. Ray apakah kau tahu tempat apa ini?" Enna menoleh dari cerminnya sejenak, lalu bercermin kembali.

"Anna apakah mimpimu seperti ini? Saat istirahat kau bercerita tentang mimpimu yang aneh itu" Ray malah bertanya pada Anna yang sedang menatap luar jendela kamar. Anna menoleh, mengangguk. Eksperi wajahnya sangat putus asa. Ia merasa bersalah.

"Sangat mirip sekali Ray, aku tidak menyangka mimpiku menjadi kenyataan seperti ini, dan membawa kalian ke dalam mimpi nyataku ini." Jelas Anna, wajahnya dipalingkan menatap luar jendela, menghembuskan napas berat. Hari ini Anna terlalu banyak berpikir. Tentang hal aneh ini.

"Bagaimana caranya agar kita kembali ke dunia kita Ray?" Celetuk Enna, sedari tadi ia mematut di cermin melihat wajahnya. Awalnya ketika Kakek tua memperlihatkan wajah Ray, Enna menjerit histeris hampir pingsan. Sekarang ia terus melihat wajahnya yang bulat dan aneh, apalagi tangannya jahil meraba-raba wajahnya. Seperti jahil meraba-raba jerawat.

"Mana kutahu." Kesal Ray, "mengapa kalian terus bertanya padaku? Kalian tahu sendiri Anna sudah mengatakan bahwa kita terbawa dalam mimpi ini, tanya saja padanya" Ucapnya lagi, dengan ketus.

Semuanya melirik Ray, ia aneh juga menjadi anak pemarah. Tidak seperti biasanya. Ray memang pintar di sekolah, cerdas juga dalam berlogika, ia orang yang sangat di andalkan di antara Rey, Anna dan Enna.

Enna beranjak berdiri dari duduknya. "Mengapa jadi marah? Aku kan hanya bertanya?" Enna tidak terima.

"Sedari tadi yang ditanyakan Ray kita ada di mana? Mengapa kita ada di tempat ini? Kenapa harus tanya padaku, bukan pada Anna." Ucapnya.

"Jadi menurutmu ini salah Anna? Hey.. ayolah Ray berpikirlah secara logis, tahan emosimu. Di antara kita kau yang berpikiran dewasa." Rey menengahi.

"Lalu pikiran kalian seperti anak-anak? Begitu?" Ray emosinya menaik, nafasnya tidak beraturan.

"Kamu tidak terima berada di tempat ini, tempat aneh dan wajah yang berubah aneh? Seperti anak SD saja." Enna membela, matanya melotot menatap Ray. Tidak terima atas perkataan Ray.

"Ray.. Kamu menyalahkanku?" Anna berucap ketika diam terpaku, terkejut dengan Ray yang berubah. Anna melangkah mendekat pada Ray. Wajah Ray sangat tidak menyenangkan, matanya memerah, nafasnya menderu.

"Sebaiknya kamu jujur saja bahwa sejak lama kamu mempunyai kekuatan di dalam tubuhmu? Ayolah mengaku.. Jika kamu ingin berwisata di dunia lain jangan bawa orang yang tidak tahu apa-apa"

"Jaga mulutmu Ray, jangan sembarang berkata yang tidak-tidak." Enna membela. Ia ingin meremas wajah bulat Ray.

"Ini sebuah bukti bahwa Anna memiliki kekuatan." Ujarnya, matanya menatap Anna dingin.

Tok..tok..

Pintu terbuka. Perdebatan di antara mereka terhenti. Tidak enak dilihat oleh penghuni rumah ini. Rey tersenyum pada kakek tua itu ketika kepalanya muncul di balik pintu.

"Mari makan.. Sudah waktunya makan malam." Ucap Kakek tua. Dahinya mengkerut ketika melihat raut wajah mereka.

Mereka terbengong-bengong dengan perkataan Kakek tua ini. Tidak mengerti dengan bahasanya.

"Aduh... Kakek tua ini bicara apa, aku tidak mengerti" Rey menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Kakek tua itu mengerti, dan melakukan dengan bahasa isyarat.

"Apa yang telah terjadi?" tanya Kakek tua, melihat kecanggungan di antara mereka dengan bahasa isyarat.

"Tidak ada.. Tidak terjadi apa-apa. Ayo cepatlah perutku sangat lapar." Kata Rey mengeleng-geleng tangannya. Mendorong tubuh Anna, Enna dan Ray keluar kamar.

Mereka menuju ke ruang makan dan kakek tua itu menunjukkan jalannya. Sampai. Wajah mereka kembali terkejut menatap lamat-lamat kedepan.

"Anna, sepertinya dunia ini suka dengan benda bundar menyerupai mangkuk." Bisik Enna persis tiga langkah dari meja makan.

"Eh, kenapa kalian malah hanya bediri saja disitu? Kemarilah." Ucap Kakek tua sembari menarik kursi untuknya duduk.

"Kursi mangkuk ini nyaman Ray, persis dengan sofa di dunia kita." Celetuk Rey. Kursi mangkuk begitulah Rey menyebutnya, karena memang kursi ini mirip seperti mangkuk dengan sebelah sisi terbuka. Ray hanya mendengus sebal.

Belum begitu sembuh dengan keterkejutan tadi, sontak kaget dengan makanan yang disugukan, sejenis mie yang berada di dunia mereka namun dengan bentuk aneh, lalu Anna yang pertama kali mencicipi. Bukan hanya bentuk, tapi rasa makanan ini pun aneh, tidak bisa didefinisikan. Tetapi rasanya sedap. Karena melihat raut wajah Anna yang tidak terlihat aneh, akhirnya mereka ikut makan.

Selesai makan, ruangan ini legang sejenak.

"Baiklah Nak, bisa ceritakan bagaimana kalian bisa tersesat di kerajaan ini?" Kakek tua membuka percakapan.

"Kerajaan?" Tanya Rey bingung.

Kakek tua itu menatap Rey ramah, "iyaa.. tetapi lebih tepatnya kawasan Kerajaan." Ucapnya.

"Kami juga tidak tahu kenapa bisa berada disini." Anna menjawab.

Enna, Ray, dan Rey mereka saling tatap, benarkah itu Anna menjawab pertanyaan kakek dengan bahasa serupa. Sedari tadi kami hanya menebak saja apa yang diucap kakek tua itu dan sesekali dengan bahasa tubuh. Oh ya ampun... ini aneh mengapa Anna tiba-tiba bisa mengerti bahasa tersebut.

"Eh? Anna kau?" Kata Enna, ia terkejut dengan perkataan yang dilontarkannya menggunakan bahasa Kakek ini, "Eh? Aku pun bisa? Kakek apakah kau mengerti ucapanku? Oh iya.. Kakek beli makanan itu di mana?" Tanya Enna antusias.

Rey menyikut lengan Enna, matanya melotot, "Memangnya di sini ada supermarket, aneh saja kau ini", Rey juga terkejut dengan perkataannya "Eh? Loh.. ngg.. Aku juga bisa, Kakek juga mengerti perkataanku, Kek berapa umurmu?" Tanya Rey, Rey sekarang antusias.

Kakek terkekeh melihat tingkah laku Rey dan Enna. Lalu dengan antusiasnya Rey dan Enna mulai bercerita.

"Kalian kembar?" Kakek tua terkejut mendengar penjelasan Ray bahwa kami kembar. Anna dan Enna. Ray dan Rey.

"Mengapa Kakek terkejut jika kami kembar?" Rey mulai bertanya bak wartawan.

"Nak, aku akan menjelaskan sesuatu yang penting di kerajaan kami." Kakek tua merapihkan rambut putih yang tergerai.

"Bagaimana atas pertanyaan ku diawal? Kenapa kakek begitu terkejut jika kami ini kembar?" Rey melontarkan komentarnya. Sebetulnya kami juga masih belum tahu alasannya.

"Begini Nak, semakin bertambahnya usia kerajaan ini, keinginan untuk memiliki keturunan yang menurut mereka berbeda dan membuat marak hingga keseluruh wilayah kerajaan. Dan ilmuan kerajaan saat ini, dia memiliki tekad yang kuat untuk dapat menemukan caranya." Kakek tua menjelaskan.

"Aku tidak mengerti dengan ucapan Kakek" Rey berkata.

Tiba-tiba pintu terbuka. Anna, Enna, Ray dan Rey bangkit dari duduknya dengan wajah pucat dan cemas. Mengambil peralatan yang berada di sekitar, berjaga-jaga ada bahaya di balik pintu yang tiba-tiba terbuka.

"Astaga.. Ada penyusup datang ke rumah ini, Anna cepat telepon polisi supaya penyusup tahu rasa" Kata Anna, tangannya telah teracung membawa mangkuk kosong.

Rey menimpuk kepala Anna dengan sendok, "mana ada di tempat ini ada polisi?"

"Tenang.. Itu tidak berbahaya." Ucap Kakek tua meyakinkan diiringi kekehan.

Perlahan pintu semakin memperlihatkan tubuh di balik pintu itu. Seorang perempuan berjalan sambil kedua tangannya memegang bongkahan kayu. Ia langsung menuju ruang belakang tanpa menyapa Kakek dan mereka yang telah bernapas lega dan menurunkan peralatan.

"Itu cucukku, namanya Fay." Kakek tua memperkenalkan. Fay yang membawa beberapa kayu menunduk tanda hormat, dengan wajah datar. Lalu ia pergi ke ruang belakang.

Mereka ber oh panjang, lalu bersamaan duduk kembali di meja makan.

"Cantik sekali Ray." Rey berbisik pada Ray, Ray mendengus dan memutar bola matanya.

Rey menyikut lengan Ray, "Lihatlah Ray... kau akan terpana melihat wajahnya" katanya dengan senyum lebar.

***

Pagi ini juga Ray masih tidak terima dengan fakta bahwa ia berada di dunia lain. Semalam padahal ia berdoa, berharap kejadian aneh ini hanya mimpinya. Dugaannya salah, membuat Ray bertambah kesal. Apalagi selesai sarapan, Ray memaksa Anna untuk memakan jatah makanan Ray di kamar mereka.

"Cepat Anna makanlah... Tidak ada waktu lagi menunggumu berpikir keras seperti itu." Kesal Ray, membuat gemas Enna dan Rey.

"Aku hanya ingin kembali ke dunia asal kita sebenarnya, mangkukmu yang mengeluarkan cahaya waktu itu, dan sekarang mangkuk yang akan kamu makannya juga akan mengeluarkan cahaya, dan kita kembali." Yakin Ray.

Enna dan Rey gemas sekali dengan tingkah Ray ini. Jika saja Ray tidak mengancamnya, sudah dari tadi Enna ingin mengomel Ray habis-habisan dan Rey ingin sekali menonjok rahangnya.

Anna sebenarnya tidak berpikir. Anna hanya bingung, setan apa yang memasuki tubuh Ray sampai sikapnya berubah menyeramkan seperti ini. Ia juga sebenarnya telah mencoba berulang kali ketika ia makan, tetapi tidak ada hasilnya.

"Tidak bisa Ray... Aku tidak bisa." Ucap Anna dengan nada lembut. Wajahnya sedikit kecewa.

Ray mendengus sebal. "Cobalah dulu.. Cepatlah jangan buang-buang waktu yang berharga."

Anna menelan ludah. Sungguh Ray sangat keras kepala. Dan dengan terpaksa Anna menuruti perintah Ray. Memakan makanan yang berasal dari mangkuk itu. Dugaan Ray salah. Ia semakin kesal, tidak mau ikut keluar rumah tua, untuk membantu Fay mencari kayu bakar dan makanan.

"Apakah kalian tidak tahu jalan dan tersesat ke rumahku?" Tanya Fay, mata jelinya menerawang ke bawah mencari kayu yang tergeletak.

Mereka saling bertatapan satu sama lain dengan mengangkat kedua bahunya tidak tahu apa yang akan dijawabnya. "Sepertinya.." Kekeh Rey ragu. Untungnya Fay mengangguk tidak bertanya hal itu lagi.

"Bisakah kau mengambil buah di tangkai itu, sepertinya tanganmu bisa menggapainya.." Teriak Fay tidak terlalu keras, jarak Fay dan mereka agak jauh.

"Untuk apa?" Tanya Rey, tangannya menyodorkan buah itu pada Fay.

"Untuk apa? Ini makanan pokok yang setiap hari dimakan." Jelasnya.

Mata Anna menatap pohon itu dengan seksama. Ia tidak asing dengan pohon ini juga pemandangan di sini. Ini sama persis seperti di dalam mimpinya.

"Kalian sudah menemukan kayu yang banyak?" Tanya Fay, "aku ingin mengajak kalian ke suatu tempat, cepatlah tidak ada waktu lagi." Fay berjalan lebih dulu, mereka mengikuti dari belakang.

"Kemana?" Rey penasaran.

"Kau juga akan tahu nanti, cepatlah berjalan aku tidak mau ketinggalan melihatnya" Ucapnya membuat bingung mereka.

Kira-kira sekitar sepuluh menit berjalan, Fay mengangkat tangannya memberi tanda pada mereka agar berhenti. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, berjaga-jaga. Dirasa aman. Fay berjalan lagi menuju pohon yang menjulang tinggi yang diselimuti semak-semak belukar. Dengan lincah Fay melintasi semak itu diikuti mereka yang kesusahan dengan semak. Lalu Anna membulatkan matanya, ada sebuah pintu di batang pohon itu. Enna dan Rey sama terkejut ketika sampai.

"Ini tujuan kita, jangan terkejut seperti itu, nanti kalian akan lebih terkejut lagi. Cepat masuklah." Fay menutup pintunya. Setelah ditutup pintunya, seketika seperti ada pertunjukan. Cahaya api satu persatu menyala di kayu bakar yang tertancap di setiap dinding.

"Letakkan saja kayu bakarnya di sini, kita akan menaiki tangga yang lumayan panjang." Fay menjelaskan. Kayu bakar yang Fay bawa telah diletakkan di sebuah tempat seperti mangkuk kosong, kemudian mereka juga meletakkan kayu bakar di tempat yang sama.

Mereka menerawang tempat ini. Seperti ruangan silindris, tidak terlalu sempit. Ruangan pertama yang mereka injaki hanya ada sebuah mangkuk berisi kayu bakar dan tempat duduk satu buah. Dan sebuah tangga yang melingkar sampai ke ujung. Fay menaiki tangga, mereka mengikuti setelah puas meilhat-lihat.

Di ujung pohon terdapat sebuah ruangan seperti ruang masuk tadi. Hanya saja di sini di desain memiliki jendela yang membuat pemandangan terlihat. Fay mengambil sebuah plastik putih seukuran jendela besar ini, ia tempelkan dengan semacam paku.

Fay tersenyum kepada mereka yang kebingungan tidak mengerti dengan maksud Fay. "Kemarilah.." Ajaknya. Mereka menurut menghampiri Fay di dekat jendela besar. Sungguh luar biasa. Mereka terkejut bukan main, mata mereka takjub dan berbinar bukan main melihat pemandangan di bawah sana.

"Lihatlah ke arah sana." Tangan Fay menujuk sebuah rumah iglo yang begitu besar. Ternyata plastik putih besar itu berguna untuk memperbesar objek yang akan dilihat. Di sana di sebuah iglo besar, sangat besar tidak sebanding dengan rumah iglo Fay. Terdapat banyak orang yang sedang berkerumun di rumah itu. Wajah mereka berseri-seri dan hati mereka bersorak-sorai. Tetapi mereka tidak mengerti sedang apa orang itu.

"Musim semi, tepat di saat pagi menyapa semua orang berkerumun ke istana itu menyambut kedatangan penerus kota ini, kerajaan ini. Berpesta meriah dengan jamuan yang luar biasa enaknya." Jelas Fay tersenyum samar.

"Wah... kelihatannya asik sekali setiap musim semi merayakan suatu hal, eh.. lihatlah mereka sedang menari-nari, lucu sekali gerakannya" Rey tertawa, diikuti Anna dan Enna. Fay hanya tersenyum tipis.

"Mengapa kau tidak ke sana?" Tanya Anna, matanya masih melihat kerumunan orang yang sedang berpesta itu.

"Cerita itu sangat panjang, aku tidak tahu harus menyalahkan diriku sendiri apa sebuah takdir, aku tidak bisa hadir ke sana sampai kapan pun." Fay menatap mereka satu persatu dengan senyuman yang ramah walaupun terdapat sebuah kesedihan di balik binaran bola matanya.

Fay mengerutkan dahi, seperti ia baru menyadari. "Kemana kembaranmu?" tanya Fay pada Rey. Ia tidak sadar bahwa ada salah satu orang yang tidak ikut dengan mereka mencari kayu bakar.

"Ray tidak ikut, ia sedang kesal dan memilih berdiam diri di kamar." Rey masih sibuk menatap ke arah rumah iglo besar itu.

Mata Fay membulat, "mengapa kalian tidak bilang jika Ray tidak ikut dengan kita?"

"Memangnya ada apa Fay?" Enna bertanya ia sangat penasaran dengan berubahnya mimik muka Fay.

"Apakah ada bahaya yang mengintai Ray? Oh ya ampun... kembaranku yang malang, lindungilah dia, walaupun ia sangat menyebalkan, aku menyayanginya" racau Rey.

"Astaga.. belum tentu Rey, Fay belum mengatakannya, jangan lebay" kata Enna.

Fay melepaskan plastik besar yang ditempelkan di jendela, menyimpannya di tempat asal. Ia menutup jendela itu seperti sebuah tirai dan seketika cahaya api satu persatu nyala dengan sendirinya. Wajahnya sungguh sangat gelisah. Ia harus memikirkan suatu hal, suatu rencana yang menurutnya rencana pertama gagal.

"Fay katakan padaku, apa yang sedang terjadi?" Anna mendesak.

Bahaya. Ada sebuah bahaya menghampiri mereka.

To be continue...


Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

62.1K 8.2K 13
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...
621K 29.5K 40
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
280K 22.7K 49
⚠️SLOW UPDATE ⚠️ Kisah menyegarkan seorang gadis cantik, pemberani dan pintar bersama peri yang akan memandunya di setiap cerita. Mereka berdua akan...
2.5M 176K 41
Follow dulu sebelum baca 🥰 BIASAKAN JANGAN BACA SETENGAH SETENGAH, JIKA ADA KEMIRIPAN CERITA DI AWAl MURNI KETIDAK SENGAJAAN. Tamara gadis yang beru...