Bab 1

133 14 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah gontai dan mata tertutup Anna berjalan menuju dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan langkah gontai dan mata tertutup Anna berjalan menuju dapur. Tangannya meraba-raba dinding atau pun benda sekitar ruangan. Kekorongkongannya begitu kering, ia sangat kehausan. Matanya berat untuk terbuka. Semalam ia bergadang menonton film yang baru ia beli cdnya kemarin. Sampai ia lupa bahwa jam telah berjalan hingga larut malam.

Anna meraih gelas kosong dan mengucurkan airnya sampai penuh. Diteguknya hingga tidak tersisa, lalu mengucurkan kembali airnya. Cahaya matahari menelusup ke jendela kaca besar yang berada di dapur. Membuat salah satu tangan Anna menutupi wajahnya. Tetapi menembus tangannya. Akhirnya ia bisa membuka matanya secara perlahan. Dan menemukan tubuhnya yang sedang berdiri di dapur. Ia melirik jam dinding. Pukul sembilan pagi. Tampaknya rumah Anna begitu sepi. Tidak ada kicauan Enna, teriakan Mamah untuk segera sarapan, tawa Papah ketika sedang bercanda. Hari ini hari minggu. Seharusnya mereka ada di rumah. Biasanya juga pukul sembilan pagi, Mamah sedang memasak di dapur atau mencuci pakaian.

Langkah Anna menuju kamar mandi yang tepat berada dekat dapur dan membukanya. Tidak ada siapapun. Mesin cuci teronggok di sana tidak ada yang menyentuh. Lalu Anna melangkah ke beranda belakang, biasanya Papah sedang menyiram tanaman. Tidak ada juga. Tanaman di sana kering tak ada yang menyiram. Anna kembali lagi ke dapur. Ada apa dengan rumah ini? Mengapa begitu sepi?

"Mamah.. Papah.. Enna.." Teriak Anna. Ia berharap ada yang menyahut panggilannya. Beberapa detik menunggu, tidak ada yang menyahut. Kemana mereka? Mereka meninggalkannya sendirian?

Dan Anna memicingkan matanya, melihat sebuah mangkuk di meja makan. Ia menghampirinya dan duduk di hadapan mangkuk itu. Mie? Asapnya masih mengepul bertanda baru saja dimasak. Ia mengerutkan dahi. Ia tidak merebus mie pagi ini. Dan lihatlah di meja, semangkuk mie yang panas. Apakah  mereka mungkin berbelanja ke mall? Dan meninggalkan mie ini?

"Mamaah..." Anna berteriak kembali, pagi ini suasananya sungguh aneh. Tidak ada yang menyahutnya. Anna menghembuskan napas berat. Mengapa ia ditinggalkan sendirian di rumah?

“Lebih baik aku makan saja, kebetulan perutku sangat lapar.” Kata Anna berbicara sendiri.

Anna melahap mie itu. Mungkin Mamah meninggalkan mie itu untuk dimakan Anna sebelum berbelanja. Tapi ini sungguh aneh, Mamah tidak pernah menyajikan sarapan dengan menu mie yang menurutnya tidak sehat. Biasanya ia menghidangkan nasi goreng, roti, bubur atau tidak sayur-sayuran. Hingga tanpa sadar mie telah habis ditelan olehnya.

RARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang