Under These Skies #1 โœ”

By nadheaarain

65.5K 9.7K 1.6K

Aku memiliki seorang putra, kau juga memiliki seorang putra. Aku memiliki masa lalu yang kelam, kau juga tida... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Chapter 11
Character Visualization
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32: Epilog
Dor! Buka Please
Under These Circumstances #2

Chapter 9

1.7K 279 48
By nadheaarain

Ryu Ye Rin POV

Selasa

Telepon iseng itu benar-benar mengganggu. Mulai hari senin hingga sekarang, selasa siang, nomor itu terus muncul mengganggu kesehatan baterai ponselku. Aku harus mengumpat namun aku benar-benar tidak bisa melakukannya sekarang. Aku tengah berada di pusat perbelanjaan dengan banyak orang memburu diskon besar-besaran. Lingerie Victoria's Secret yang agung.

Aku tetap berjalan. Tidak memedulikan area sekitar yang bergerombol menunggu masuk ke toko pakaian dalam itu. Memilih turun melalui eskalator lalu berjejal di antrean tester. Daging sapi yang luar biasa. Sesekali aku datang untuk menguji masakan dan tidak berniat untuk membeli. Aku sangat payah dalam memasak dan semua orang tahu itu.

Ketika aku selesai menyuapkan daging, seseorang di belakang berbisik, "Mengapa kau tidak mengangkat teleponku?" sembari meletakkan tangan di atas bahu. Refleksku masih bagus karena aku segera memelintir tangan dan menjatuhkan tubuh orang asing itu. Bunyi bedebum keras serta teriakan orang-orang yang memilih menjauh menjadi backsound kebanggaanku.

Namun belum sempat aku lebih membanggakan diri, netraku menelusuri wajah pria yang kujatuhkan. Sontak aku membelalak begitu saja. "Kim Tae Hyung?"

***

"Kau seharusnya memberikan pelukan hangat, bukan membanting tubuhku," protes Tae Hyung. Pria di hadapanku ini benar-benar luar biasa. Lihatlah, bahkan sudah tiga puluh tiga menit berlalu semenjak insiden tadi dan ia masih saja mengusap kepala.

Aku memutar mata jengah. Kesal dengan tingkah Tae Hyung yang tidak juga berubah sedari dulu. "Setidaknya aku bertanggungjawab dengan mentraktir makan."

Tae Hyung mendecih. Namun beberapa detik terlewat ia bisa dengan mudah mengubah ekspresi. Kini menangkup kedua tangan di bawah dagu sembari tersenyum lebar. Oh, siapa yang merajuk sekarang.

"Berhenti bertingkah menjijikan, Kim Tae Hyung." Aku tidak peduli suaraku mengganggu pelanggan di sekitar. Membuat pria di hadapanku bertingkah normal sedetik saja aku sudah kewalahan. Bahkan Sung Jin tidak pernah sebandel ini.

Lagi-lagi Tae Hyung mendecih. "Untuk ukuran seorang sahabat yang tidak bertemu selama tiga tahun kau benar-benar menyebalkan." Lalu merebahkan kepala sembari memajukan bibir.

Aku tertawa kecil. Tidak ada yang berubah dari sosok Kim Tae Hyung yang kukenal semenjak kami sama-sama masih memakai popok. Konyol dan menggemaskan. Orang-orang mungkin menganggapnya aneh tapi pengecualian untukku. Tae Hyung adalah sosok yang harus kaucari saat masalah membelenggu. Ia akan berubah menjadi sosok serius dan sering mengucap kata-kata mutiara.

"Bagaimana kabarmu? Apakah Jepang sudah kehabisan stok wanita cantik sehingga kau memutuskan untuk kembali?" Aku ingat alasan yang ia utarakan padaku tiga tahun lalu. Hanya candaan, sejujurnya aku tahu ia tidak terima dengan perceraian kedua orangtuanya.

Alih-alih menjawab, Tae Hyung justru merentangkan tangan. Dahiku mengerut. Jangan katakan ia memiliki rencana konyol. "Peluk aku dan kau akan mendapatkan jawaban."

Tae Hyung benar-benar gila. Karena aku juga gila, aku bangkit dari kursi dan memeluknya. Bohong jika mengatakan aku tidak merindukan Tae Hyung. Pria ini sudah kuanggap keluarga. Pria terpenting ketiga setelah ayahku dan Sung Jin.

"Aku merindukanmu, Ye Rin-ah." Ia menaruh kepala di bahuku. Seperti anak kucing yang manis. Aku tersenyum tanpa sadar. "Aku hanya merasa bosan. Lagipula aku benar-benar merindukan Seoul."

Senyumku masih mengembang bahkan setelah pelukan terlepas. Aku kembali duduk di kursi, menyeruput capucinno yang hampir dingin. "Dan bagaimana pekerjaanmu?"

"Aku hanya mengambil kontrak lepas dengan perusahaan animasi di sana. Jadi mereka akan mengirim detail pekerjaan yang harus kukerjakan lewat email dan mengirim hasilnya lewat email. Itu saja." Tae Hyung ikut meminum latte-nya.

Mataku membulat tidak percaya. Seorang Kim Tae Hyung yang menyebalkan... bisa mendapat pekerjaan sehebat itu? "Jadi kau benar-benar seorang animator?"

Tae Hyung mengangguk. Dengan wajah bangga menunjukkan padaku sebuah aplikasi komik online yang sangat populer. "Aku bahkan sudah menjadi penulis webtoon terkenal sekarang."

Rabu

Semenjak pertemuan kemarin Tae Hyung tentu tidak membiarkanku lolos begitu saja. Pria itu sekarang tinggal di rumahku untuk sementara. Hanya sampai ia menemukan rumah baru. Aku menghela napas. Bahkan pendapatannya sudah lebih dari cukup untuk menyewa sebuah apartemen tapi ia tidak melakukannya.

Pria itu sekarang bermain dengan Sung Jin. Mengajarkan bagaimana cara menggambar yang baik. Dan aku hanya berdiri melihat interaksi keduanya. Sembari tersenyum, tentu saja.

Kamis

Min Yoon Gi meminta tolong padaku untuk mencarikan rumah di sekitar kompleks tempat tinggalku. Tidak yakin ingatanku cukup baik untuk merekam pembicaraan orang tapi aku benar-benar mendengar seseorang mengatakan ingin menjual rumah. Aku mengendarai sepedaku ke sana. Ke ujung gang tepat di depan rumah playboy gila yang memberikanku buket bunga beberapa waktu lalu.

Pria itu ada di depan rumah. Sedang mencuci sepeda motor. Saat melihatku, ia menghentikan kegiatannya dan berujar, "Selamat siang, Ye Rin-ah." Dan dia memanggilku amat sangat tidak sopan. Sialan. Apa dia tidak tahu berapa umurku?

"Ya. Selamat siang." Aku segera memasuki pelataran setelah gerbang terbuka. Bibi Keiko menyambutku ramah. Dan kami berbincang mengenai rumah ini. Beruntunglah bahwa ada seorang yang benar-benar ingin menjual rumah. Beliau bahkan mengatakan bahwa Min Yoon Gi harus segera melihat-lihat.

***

"Siapa yang kautelepon?" Tae Hyung mengejutkanku. Aku sedang mencoba menghubungi Min Yoon Gi dan dokter sombong itu benar-benar menguji kesabaranku. Apakah menjadi dokter memang harus sesibuk itu? Para pemain drama genre medical itu bahkan masih sempat memikirkan cinta. Astaga. Aku tidak pernah seantusias ini menghubungi seorang lelaki.

"Ayah Sang Hyun. Dokter yang sering kaudengar ceritanya dari Sung Jin." Aku masih mencoba. Tae Hyung hanya mengangguk tanpa menimpali lebih jauh. Setidaknya ia tahu untuk tidak membuatku lebih kesal. Dan panggilanku masih tetap diabaikan. Sial.

Jum'at

Sung Jin mengatakan padaku bahwa ia membuat janji dengan Sang Hyun di hari minggu. Sang Hyun memintanya menemani berbelanja sesuatu. Dan Sung Jin benar-benar menyebalkan dengan tidak menyebutkan detail mengenai sesuatu itu.

Sabtu

Tae Hyung mengatakan ingin menjenguk kedua orangtuanya dan tidak akan kembali sampai hari senin. Aku menghela napas entah mengapa. Setidaknya ia masih peduli dengan paman dan bibi meski keduanya sudah berpisah. Aku mengatakan pada Tae Hyung untuk mengucapkan salamku pada paman dan bibi. Dan ia menyetujui itu dengan ibu jari dan jari telunjuk yang membentuk huruf o.

Minggu

"Ibu, tolong siapkan baju untukku." Sung Jin berteriak dari kamar mandi. Aku mencebik sebelum menggeledah lemari. Memilih satu set pakaian terbaik yang Sung Jin punya lalu meletakkannya di atas ranjang. Tidak perlu diminta pun aku akan tetap menyiapkan keperluan Sung Jin. Hanya itu yang bisa membuatku tetap waras meski tidak memiliki pekerjaan.

"Ibu akan tunggu di luar." Aku berjalan meninggalkan kamar Sung Jin. Pria kecilku dan antusiasnya. Ia bahkan merasa senang hanya diajak Sang Hyun berbelanja. Sesuatu yang terdengar biasa namun terlihat luar biasa bagi Sung Jin. Ia seperti memiliki keluarga baru sekarang dan entah mengapa aku tidak terganggu.

Aku menunggu di teras. Sung Jin mengatakan jika aku harus memastikan Sang Hyun belum datang sampai ia siap pergi. Dan aku menurutinya. Terkadang permintaan kecil seperti itu membuatku terlihat konyol. Namun demi Sung Jin aku tidak bisa menolak. Kalau dipikir-pikir aku memang tidak pernah bisa menolak permintaan siapa pun.

Sepuluh menit kemudian Sung Jin berdiri di hadapanku. Tersenyum senang sembari berputar-putar. "Bagaimana penampilanku, Ibu?"

Aku mengangkat jempol. Mengatakan bahwa putraku sangat-sangat tampan dengan pakaiannya. Dua menit kemudian mobil hitam berhenti di depan gerbang. Sang Hyun lebih dahulu turun dan berlari mendekatiku. Segera mencium pipi kananku cukup lama. Aku tidak segan membalas dengan ciuman bertubi-tubi di kedua pipinya.

"Kami berangkat, Ibu."

"Kami berangkat, Bibi."

Sung Jin dan Sang Hyun berujar bersamaan. Aku masih mempertahankan senyum. Dokter sombong itu masih setia berdiri di samping mobil bahkan setelah anak-anak masuk. Ia mengatakan ingin menculik Sung Jin dan aku segera menaikkan jari tengah.

Adu argumen berlangsung cukup sengit. Sampai kemudian ia berkata, "Kau tahu, Ryu Ye Rin. Mayoritas wanita menyukai lelaki berkepala besar."

Guyonan seks. Brengsek. Aku segera mengumpat. Dokter sombong harus dihentikan sebelum kepalanya semakin besar. Sialan. Bahkan aku sedang memikirkan kepala yang lain.

Senin

Min Yoon Gi mengundangku ke pesta kepindahannya hari sabtu nanti. Kami tidak berakhir sarapan bersama seperti minggu lalu. Hanya saja senyum yang terkembang di bibirnya menjelaskan bahwa aku harus datang.

Selasa

Sang Hyun akan menginap selama dua hari karena Min Yoon Gi bertugas shift malam. Dua bocah kecil itu bermain bersama Tae Hyung saat aku mencoba bereksperimen membuat kue karamel. Setidaknya percobaanku tidak buruk meski sedikit bantat.

Ketiganya meminta izin padaku untuk pergi ke rumah sakit. Sang Hyun mengatakan bahwa pager sang ayah ikut masuk di dalam ransel. Dan mereka kembali dengan mengatakan Tae Hyung menggoda perawat berwajah barbie.

Rabu

Aku kembali mencoba resep masakan yang kutonton pada jejaring sosial youtube. Dan tebak, Sung Jin serta Sang Hyun mengatakan kejujuran yang amat sangat menyakitkan. Masakanku hambar. Aku tahu itu akan terjadi.

Kamis

Tae Hyung kembali ke rumah sakit untuk menemui sang perawat barbie. Namanya Naomi. Aku tahu itu karena Tae Hyung terlalu sering mengucapkannya.

Jum'at

"Apa kau belum mendapat pekerjaan?" Min Yoon Gi menyidekap tangan di depan dada. Menatapku dengan mata tipis yang hanya tinggal segaris saat menantang sinar matahari seperti ini. Ia sedang berada di depan gerbangku. Bahkan tidak berniat masuk meski gerbang tersebut tidak dikunci.

Aku mengangguk. Sebenarnya tidak terlalu nyaman membicarakan tentang pekerjaan tapi aku berusaha bersikap normal. "Kau sudah tahu jawabannya."

Yoon Gi mengangguk. Tangan kanannya membenarkan letak poni yang hampir menutupi kelopak mata. "Bisakah kau menjadi pengasuh Sang Hyun?"

Netraku membulat tidak percaya. Senang sekaligus terkejut berkumpul menjadi satu. Tentu saja aku tidak akan menyiakan kesempatan. Daripada harus berakhir menjual truk kesayangan demi bertahan hidup, setidaknya pria di hadapanku memberikan pekerjaan yang layak. Aku segera mengangguk. Menyetujui ucapannya dengan senyum mengembang.

Terima kasih, Tuhan. Rupanya kau masih menyayangiku dengan memberikan aliran rezeki di tempat lain.

Sabtu

Aku sudah berada di rumah Min Yoon Gi sejak pagi tadi. Membantu menyiapkan pesta pindah rumah yang akan berlangsung mulai sore nanti. Diperkirakan tidak akan banyak orang datang karena dokter sombong itu benar-benar pelit. Bahkan ia tidak mengundang mantan istrinya untuk membesarkan hati Sang Hyun.

Pesta dimulai tepat pukul tiga sore. Yoon Gi memanggang daging di sampingku sementara aku harus terjebak di sini menjadi asistennya. Anak-anak bermain bersama ayah Yoon Gi serta Tae Hyung. Setidaknya sahabatku berhasil mendapat undangan berkat kepiawaiannya mencuri hati anak-anak.

"Mengapa kau tidak mengundang Vivian?" tanyaku penasaran. Dokter sombong ini harus dipancing agar mau membuka suara. Bahkan tidak peduli jika ia marah karena aku menyinggung soal mantan kekasihnya.

Yoon Gi menggeleng. Bibirnya mengerucut namun ia tidak mengatakan apa-apa. Aku hendak mengomentari mimik wajah yang berbanding terbalik dengan karakter dingin dan arogan tersebut. Hanya saja belum sempat aku membuka suara, ia sudah berujar, "Sang Hyun memintaku untuk tidak mengundangnya. Dia justru mengundang adikku. Hanya saja adikku tidak bisa datang."

"Kau punya adik?" Aku terkejut. Kukira ia adalah anak bungsu karena tinggal dengan ayah dan ibunya. Namun dugaanku benar-benar salah.

Yoon Gi mengangguk. Membalik daging kemudian menunjuk arah Sang Hyun. "Dia akan menelepon bibinya jika kau ingin tahu. Fawn seumuran denganmu."

Aku mengikuti arah telunjuk Yoon Gi. Menggeleng sekilas memilih membantu melihat daging-daging di panggangan. Aku tidak terbiasa dengan orang baru terlebih lagi Yoon Gi sekarang adalah majikanku. Kami tidak berada dalam satu level yang sama. "Sudah matang."

Dengan cekatan Yoon Gi memindahkan daging ke atas piring. Aku bertugas membawanya, meletakkan di atas meja tidak jauh dari lokasi Sang Hyun dan Sung Jin yang terlihat menelepon sang bibi. Sebelum aku kembali membantu Yoon Gi, telingaku yang sigap tidak sengaja mendengar ucapan Sang Hyun.

"Paman Nam Joon sedang bertugas? Ah. Kenapa maskapai penerbangan menyebalkan sekali?"

Dan aku membeku di tempat. Nam Joon? Maskapai penerbangan?

To Be Continued..

A/N: Tambahan karakter lagi nih >< hihi. Gimana? Karakter Tae Hyung gak maksain kan di sini? >< *plak

Continue Reading

You'll Also Like

282K 21.9K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
3.1K 703 22
Bagi Sohyun cinta itu hanya lah bualan. Dua insan menjalin hubungan bukan karena cinta, tapi itu hanya lah nafsu. Itu menurut pemikiran Sohyun. 21+ ...
1.5K 327 5
ยฐ๏ผค๏ฝ๏ฝ’๏ฝ‹ ๏ฝ’๏ฝ๏ฝ๏ฝ๏ฝŽ๏ฝƒ๏ฝ…ยฐ ๐‚๐ž๐ซ๐ข๐ญ๐š ๐ข๐ง๐ข ๐ฆ๐ž๐ง๐ ๐š๐ง๐๐ฎ๐ง๐  ๐ฎ๐ง๐ฌ๐ฎ๐ซ ๐ ๐ž๐ฅ๐š๐ฉ ๐ ๐ฎ๐ฅ๐ข๐ญ๐š ๐๐š๐ง ๐ค๐š๐ฅ๐ข๐š๐ง ๐š๐ค๐š๐ง ๐›๐š๐ฌ๐š๐ก ๐ญ๐š๐ง๐ฉ๐š ๐ค๐ž๐ก๏ฟฝ...
131K 7.2K 74
Isinya kumpulan ff seri dari aku. Setiap judul beda cerita, jadi tidak mesti baca dari awal. [1] SIN [2] Two Prince [3] Idol [4] Protect [5] Wolf [6]...