Yuzhou Multiuniverse

By uvlight2030

6.2K 370 391

FF Yuzhou Oneshot Multiuniverse (Canon & AU) dalam bahasa Indonesia Kalian bisa request cerita dengan kirim... More

Selamat Tahun Baru (Canon)
I Should Not Get Used To It (Canon!Filming era)
Sendika, Kangmas Jingyu
My Little Family Series (1)

Filling In the Space (Single dad!AU) Part 1 of 2

948 61 25
By uvlight2030

FF ini aku persembahkan untuk Windy bigjempol yang sudah mengajukan permintaan untuk dibuatkan ff di mana Jingyu adalah single parent yang sudah memiliki seorang putri dan jatuh cinta pada Weizhou yang seorang penyanyi rocker. 😆 Aku akui genre ff ini cukup menantang dan ff ini aku tulis jauh sebelum aku menulis 'Sendika, Kangmas Jingyu'. Jadi, maaf yaa Windy sudah menunggu lama sekali. 😣😣😣 Dan lagi, maaf membuat kamu harus menunggu sedikit lagi karena ff ini aku bagi dua dan lanjutannya akan aku upload bulan Januari 2018 setelah aku selesai dengan tugas akhir.

Untuk ff2 lainnya, mohon bersabar sedikit lagi untuk updateannya. Yang pasti, semuanya akan aku selesaikan karena draft juga sudah menumpuk. 😅 Pokoknya, see u with much more ff in 2018!

xoxo
uvlight2030

Langsung ke ceritanya! Selamat membaca :)
________________
Huang Jingyu melirik jam tangannya.

Waktu telah menunjukkan pukul 12:30 siang; waktu di mana putrinya, Huang Fei, pulang dari sekolah. Biasanya, sekarang adalah jam makan siang di perusahaan tempat Huang Jingyu bekerja, sehingga ia bisa keluar sebentar untuk menjemput putrinya itu. Namun, sekarang ia masih terjebak dalam rapat tingkat kepala departemen yang sudah berlangsung selama tiga jam terakhir. Ia ingin sekali izin keluar sebentar dari ruang pertemuan, tetapi ia mendapatkan giliran presentasi terakhir setelah kepala departemen di bidang periklanan selesai membawakan presentasinya. Dengan waktu yang sangat tanggung itu, ia tidak memiliki pilihan lain selain menunggu gilirannya presentasi.

Dengan hati gelisah, Jingyu memainkan jari-jarinya di atas layar hp selama ia memperhatikan rapat. Menjadi orang tua tunggal atau single parent memang tidaklah mudah. Ia selalu dirundung kekhawatiran akan keadaan putrinya ketika ia tidak sedang bersamanya, terutama ketika putrinya itu sudah mulai bersekolah. Banyak isu penculikan anak muncul di berita akhir-akhir ini dan hal tersebut membuat seorang ayah seperti Jingyu sangat khawatir jika hal itu terjadi kepada putri semata wayangnya.

Diam-diam jari jempol Jingyu menyapu layar hp untuk mencari kontak orang-orang yang bisa ia mintai bantuan. Ia mengirim pesan kepada Nyonya Li, tetangganya yang tinggal tepat di sebelah apartemennya. Sayangnya, ia mendapat balasan kalau Nyonya Li sedang sibuk mengurusi stok persediaan bahan makanan untuk bisnis restoran yang dijalaninya. Tidak menyerah dengan hal itu, Jingyu pun mencari alternatif lain dengan menghubungi Nyonya Wang yang juga cukup dekat dengannya. Namun ia kembali dikecewakan ketika ia mendapatkan balasan kalau Nyonya Wang sedang berada di luar kota.

Walau hampir putus asa, ia tetap lanjut mencari kontak orang yang dikenalnya. Jarinya pun berhenti pada satu nama yang hampir berada di dasar daftar kontaknya.

Xu Weizhou

Melihat nama itu, Jingyu menggigit bibir bawahnya dengan perasaan bimbang.

💗💗💗

Pertama kali Jingyu bertemu dengan Xu Weizhou, ia sedang menghabiskan waktu di sebuah bar minum yang ia coba hasil rekomendasi temannya. Sesuai dengan apa yang diceritakan oleh temannya, tempat itu menjual minuman yang cukup enak serta menyediakan tempat bersantai yang cukup nyaman. Terlebih lagi, tempat itu tidak bising oleh musik disko melainkan cukup hidup dengan iringan musik band lokal. Jingyu yang juga penikmat musik pun tertarik melihat ke arah panggung sambil sesekali berdecak mengikuti irama walaupun ia tidak hafal dengan lagu yang dibawakan oleh sang penyanyi.

"Tolong berikan aku segelas cocktail. Terima kasih."

Jingyu menoleh ke arah suara dan ia mendapati sang penyanyi ternyata sudah ada di sampingnya setelah membawakan tiga lagu. Dari dekat Jingyu mengamati kalau wajah sang penyanyi itu masih sangat belia; masih sangat pantas kalau mengenakan seragam SMA. Hal itu membuat Jingyu ragu apakah si penyanyi sudah legal memesan minuman di tempat itu atau belum.

"Hey, apa ada yang salah di wajahku?" Si penyanyi bertanya tanpa ada nada kesal atau menuduh telah ditatap lama oleh Jingyu.

"Eh? Oh, tidak," Jingyu terkejut telah diperhatikan balik. "Hanya saja... kau terlihat sangat muda dari dekat. Kamu masih sekolah kah?"

Si penyanyi menyunggingkan bibirnya sebelum meneguk cocktail yang sudah disajikan oleh bartender ke hadapannya.

"Aku 21 tahun, sudah kuliah, dan legal, om."

Jingyu tertawa mendengar panggilan si penyanyi itu untuknya. "Please, jangan panggil aku om. Panggil saja Jingyu. Aku hanya beberapa tahun lebih tua darimu."

"Beberapa tahun lebih tua? Tetapi wajahmu sudah seperti om-om," goda si penyanyi yang sangat terhibur ketika melihat Jingyu mengerang dengan frustrasi.

"Hahaha... Baiklah, Jingyu. Namaku Xu Weizhou, panggil saja Zhouzhou," ucap si penyanyi yang memutuskan untuk berhenti menggoda Jingyu dan ganti memperkenalkan dirinya.

Keduanya saling bertukar informasi tentang satu sama lain, terutama terkait musik karena Jingyu terkesan dengan penampilan Zhouzhou dan ia penasaran bagaimana Zhouzhou bisa menjadi penyanyi di bar itu.

Mereka pun hanyut dalam obrolan dan tak terasa dua penampilan selingan dari band lain telah selesai. Kini giliran band Weizhou yang harus tampil lagi.

"Aku harus kembali ke panggung," ucap Weizhou terburu-buru setelah mendapat miscall dari rekan bandnya. Ia pun dengan cepat meneguk habis cocktailnya. "Sampai nanti, om Jingyu. Senang berkenalan denganmu!"

Jingyu tertawa kecil sambil memggeleng-gelengkan kepalanya karena masih saja Weizhou memanggilnya dengan panggilan itu. Sambil masih tergelak, ia membalas lambaian Weizhou sampai penyanyi itu menghilang di kerumunan orang.

Sepanjang penampilan, Jingyu sangat sadar kalau si penyanyi sering menatap ke arahnya dari panggung. Tatapan itu cukup lama sampai Jingyu merasa ditelanjangi jiwanya oleh tatapan sayu itu. Ia sudah beberapa kali mendapat tatapan seperti itu, tetapi baru kali ini ia ditatap sedemikian rupa oleh sesama jenis.

Entah karena ia sudah terlalu lama tidak mencari kekasih atau hasrat seksualnya sudah lama tidak dipenuhi, ketika malam semakin larut dan kadar alkohol yang dikonsumsinya semakin tinggi, Jingyu mendapati dirinya terpikat oleh perhatian si penyanyi, dan ia pun ingin menguasai perhatian si penyanyi itu untuk dirinya sendiri.

Ketika penampilan band Weizhou selesai, Jingyu merasa menjadi pemenang lotre malam itu karena dari sekian mata buas yang memandangi si penyanyi selama tampil,  si penyanyi dengan sukarela bergabung kembali di meja Jingyu.

Jingyu tanpa ragu kembali memanggil pelayan untuk menambah dua botol anggur untuk mereka berdua.

Kali ini, Jingyu sangat terhibur karena ia telah membuat pemuda yang enam tahun lebih muda darinya itu tertawa terus menerus. Hatinya serasa berdesir setiap kali ia melihat Weizhou tertawa puas sampai matanya melengkung seperti bulan sabit dan bibir merahnya merekah mempertegas lesung pipi di wajahnya.

"OMGhahahhahahahha.... candaanmu garing sekali tapi entah kenapa lucu! hahahaha....hufft..." Weizhou menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya karena tertawa terbahak-bahak. "Aku menyukaimu Jingyu, aku bertanya-tanya kenapa aku baru mengenalmu sekarang..."

Jingyu menyengir lebar, memperlihatkan gigi gingsulnya yang menawan. Si penyanyi ini memang makin larut makin menggemaskan.

Weizhou yang sudah mabuk berat terhuyung dari kursinya dan kepalanya jatuh di pundak Jingyu. Jingyu yang terkaget langsung mencengkram kedua lengan atas Weizhou agar tidak terhuyung jatuh ke lantai. Posisi mereka yang sangat berdekatan membuat Jingyu tidak was-was ketika si penyanyi tiba-tiba mendongak, menghapus jarak di antara wajah mereka dan mencumbunya.

Mata Jingyu terbelalak ketika merasakan sepasang bibir lembut menempel di bibir tipisnya. Tubuhnya tegang sekaku boneka manekin tetapi jantungnya berdegup kencang seperti sedang lari marathon. Baru kali ini ia dicium oleh sesama laki-laki, terlebih dengan yang umurnya terpaut jauh di bawahnya. Ia akui hatinya mulai tertarik pada si pemuda, namun ia belum menerjemahkan rasa ketertarikan itu hingga sejauh ini.

Karena selama ini ia percaya bahwa ia adalah laki-laki straight. Pernah beristri dan sudah memiliki anak.

Sebelum Jingyu sempat membalas ataupun melepas ciuman mereka, Weizhou pun sudah lebih dulu ambruk lagi di pundaknya.

Rupanya efek alkohol telah membuat si penyanyi langsung tertidur lelap. Sementara itu, Jingyu masih mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Dalam semalam ia berkenalan dengan penyanyi band dan pada malam yang sama mereka menjadi akrab dan ia berakhir dicium oleh penyanyi itu (yang ia mungkin mungkin juga sedikit tertarik padanya).

Jingyu menggelengkan kepalanya yang terasa pening dengan pikiran itu. Ia melihat dengan pasrah tubuh jangkung yang menyandarkan hampir seluruh berat badannya di dadanya. Ia tidak mengetahui alamat dari si penyanyi—mereka tadi hanya sempat bertukar nomor dan berteman di akun wechat. Ia tidak tahu harus membawa Weizhou kemana. Teman-teman bandnya tadi juga sudah berpamitan pulang. Karena tidak ada pilihan lain, Jingyu memutuskan untuk membawa Weizhou pulang ke rumahnya.

Keesokan harinya ia bangun dengan kepala pening dan tubuhnya diguncang-guncang oleh putrinya. Untung hari itu adalah hari Sabtu, di mana putrinya libur sekolah dan ia libur kerja, kalau tidak, ia pasti sudah terlambat mengantarkan putrinya ke sekolah dan dirinya terlambat untuk pergi bekerja.

"Papa! Papa bangun! Ada orang asing yang memasak di dapur kita!"

Mendengar kata 'orang asing', Jingyu langsung teringat kalau ia membawa Weizhou pulang semalam.

Tapi, bagaimanapun, ia bukanlah orang yang bisa bangun dengan cepat, maka dari itu putrinya mengeluarkan jurus andalannya untuk membangunkan papanya yang lambat itu.

"Ouch! Ow! Ow! Ow! Papa bangun sayang... papa bangun..." ucap Jingyu setelah mendapat gigitan kuat di telinga dari putrinya.

Sambil menggosok daun telinganya yang memerah, ia meraup putrinya dalam gendongan dan berjalan gontai ke arah dapur.

Begitu ia sampai di pintu dapur, ia tertegun menyaksikan punggung sempit seseorang yang sedang memasak sarapan. Pemandangan itu sangat mirip dengan pemandangan mantan istrinya ketika mereka masih berpacaran namun sudah memutuskan untuk tinggal serumah. Masa-masa manis itu seperti sudah lama sekali berlalu dan setelah sekian lama, baru kali ini ada orang lain yang menyiapkan sarapan pagi untuknya kecuali mamanya sendiri yang sesekali mampir.

Weizhou terkaget dan kemudian tersipu ketika ia berbalik membawa dua piring penuh dengan telur mata sapi dan sosis goreng ke meja dapur dan menemukan pasangan bapak-anak pemilik rumah sedang memperhatikannya.

"M-maaf," Weizhou menggaruk belakang kepalanya. "Tadi aku membuka kulkasmu dan menemukan bahan-bahan ini. Aku hanya ingin berterima kasih karena kamu sudah menjagaku dan membawaku kemari semalam. Maaf telah merepotkanmu."

Membutuhkan waktu dua tiga detik bagi Jingyu hingga ia merespon karena... Weizhou yang kini tanpa make up dan rambutnya bebas turun ke dahinya membuat pemuda itu terlihat lebih polos dan imut.

"Ah? Oh, tidak apa-apa." Jingyu terkekeh sambil menurunkan putrinya ke kursi makan. "Aku jadi tidak perlu repot-repot memasak. Xiao Fei, ini teman papa, Weizhou. Ayo Xiao Fei bilang selamat pagi."

"Selamat pagi Weiju gege," ucap Xiao Fei dengan lirih dan malu-malu. Xiao Fei pun membenamkan wajahnya ke kaos papanya karena masih takut dengan pendatang baru di rumahnya.

Jingyu mengelus rambut putrinya dan membujuknya untuk berlaku sopan dengan tamu mereka. "Ayo Xiao Fei, kita nikmati sarapan buatan Mr. Weizhou. Tetapi sebelum itu, kita harus mengucapkan apa?"

"Terima kasih," ucap Xiao Fei yang akhirnya mau melepaskan diri dari papanya.

Jingyu pun menata tiga piring ke meja makan dan memberi isyarat ke Weizhou untuk bergabung dengannya dan putrinya.

"Um, aku sebaiknya pulang saja, semoga kalian menikmati sarapan ini..." ucap Weizhou sambil menghindari tatapan Jingyu. Ia merasa tidak enak hati sudah membuat putri Jingyu tidak nyaman dengan kehadirannya.

"Buat apa terburu-buru?" cegah Jingyu. "Apa kamu ada acara pagi ini?"

"Em, tidak sih, tapi..."

"Kalau begitu sarapan dulu lah. Sehabis ini aku akan mengantarkanmu pulang."

Weizhou masih bimbang sambil mengigit bibir bawahnya.

"Wei-ju gege sarapan dulu. Kalau nggak sarapan, Xiao Fei juga nggak mau sarapan."

Weizhou terkejut mendengar Xiao Fei membujuknya untuk tinggal dan sarapan bersama mereka. Mendapat bujukan dari bapak dan anak itu, Weizhou pun mengalah dan ikut duduk bersama keluarga kecil yang janggal tanpa kehadiran sang istri/ibu di antara mereka.

Berbeda dengan Weizhou yang begitu cerewet semalam, Weizhou pagi itu sangat diam ketika menikmati sarapannya. Pemuda itu seperti sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri dan Jingyu dalam hati bertanya-tanya apakah anak itu ingat dengan insiden semalam. Mengingat itu, pipi jingyu memanas dengan sendirinya. Ia ingin bertanya mengenai hal itu tetapi ia tidak ingin putrinya sendiri mendengar dan menjadi penasaran.

Ketika Xiao Fei telah menghabiskan sarapannya dan berlari ke depan televisi untuk menonton kartun pagi favoritnya, Jingyu menggunakan kesempatan itu untuk bertanya pada Weizhou sembari mereka mencuci peralatan makan.

"Zhouzhou-" "Jingyu-" panggil mereka secara bersamaan, membuat mereka tersipu. Jingyu pun mempersilakan Weizhou untuk berbicara dulu.

"Jingyu, maaf sekali soal semalam... Aku pasti telah tertidur dan membuatmu membawaku kemari. Karena itu juga aku mau berterima kasih padamu. Aku sungguh tidak enak hati kalau mama Xiao Fei pulang dan—"

"Mama Xiao Fei tidak akan pulang," potong Jingyu dengan nada dingin. "Aku sudah lama berpisah dengannya."

"Oh..." Weizhou terkejut. "Maaf."

"Zhouzhou... apa kamu ingat kejadian semalam?" Jingyu mengalihkan topik pembicaraan. Ia sudah setengah mati penasaran apakah Weizhou masih mengingat kejadian itu.

"Huh? Kejadian yang mana? Aku tidak melakukan hal-hal yang aneh kan Jingyu?"

Syok dan kepanikan yang tergambar dalam ekspresi Weizhou sudah cukup memberikan bukti pada Jingyu bahwa si penyanyi tidak mengingat insiden ia mencium Jingyu. Entah kenapa Jingyu merasa kecewa karena Weizhou tidak mengingatnya sama sekali.

"Eh, tidak terlalu penting kok," kilah Jingyu. "Hanya saja kamu semalam langsung pingsan ambruk ke tubuhku setelah minum satu botol anggur. Ck, ternyata tingkat ketahanan alkoholmu cuma segitu."

Wajah Weizhou semerah tomat karena telah diejek oleh Jingyu.

"Iya deh yang hebat!" ucap Weizhou sambil memanyunkan bibir bawahnya. Karena gemas, Jingyu secara reflek mencubit pipi Weizhou. Weizhou secara reflek membalas dengan mencipratkan air keran ke arah sang tuan rumah.

Setelah itu, tidak ada insiden berarti selain Jingyu dan Xiao Fei mengantar Weizhou pulang ke apartemennya yang ternyata hanya beberapa blok dari apartemen Jingyu.

Selama menyetir Jingyu masih dipenuhi rasa kecewa yang ia sendiri kurang bisa menjelaskannya.

💗💗💗

Kejadian itu sudah berlangsung satu minggu yang lalu. Walau mereka terhitung langsung akrab pada pertemuan pertama mereka, Jingyu maupun Weizhou tidak saling menghubungi walau masing-masing memiliki nomor telepon dan WeChat satu sama lain. Entah alasan apa yang mendasari hal itu, tapi bagi Jingyu, itu karena Weizhou tidak memulai percakapan di antara mereka terlebih dahulu. Ia sendiri tidak suka berbasa-basi hanya demi memulai percakapan walau di dalam hatinya ia ingin tahu kabar dari Weizhou.

Lamunannya terpecah ketika hp di tangannya bergetar. Tak disangka, balasan dari Weizhou datang tak lama setelah Jingyu mengiriminya.

Tidak masalah. Kebetulan aku sedang tidak ada kuliah hari ini. Akan aku jemput Xiao Fei sekarang juga. Bisakah kamu mengirim alamat sekolahnya?

💗💗💗

"Hei, maaf lama. Aku tadi masih ada banyak urusan, jadinya..."

"Tidak apa-apa. Xiao Fei sekarang sedang bermain di dalam."

Jingyu pun melangkah masuk ke kediaman Weizhou setelah Weizhou memberikan isyarat kepadanya untuk masuk dengan membukakan lebar pintunya.

"Feifei ah~"

"Papa!"

Begitu mendengar suara Jingyu, Feifei langsung meninggalkan mainannya dan berlari menuju pria yang tengah melangkah masuk ke kediaman Weizhou. Begitu sampai di hadapan Jingyu, Jingyu langsung merengkuhnya dan mengangkat putrinya dalam gendongan.

"Anak papa seharian sudah belajar apa, hmm?" tanya Jingyu sambil mencium gemas pipi putrinya itu.

"Tadi Juju gege mengajari Xiao Fei buat slime, pa! Ayo lihat!" Xiao Fei meluncur turun dari gendongan Jingyu dan menggeret tangan besar papanya untuk mengikutinya. Jingyu yang kaget dengan keantusiasan putrinya itu melempar pandangan bertanya-tanya pada Weizhou, yang dibalas dengan kekehan tak bersalah.

"Papa, lihat!" ucap Xiao Fei sambil menunjukkan benda licin dan elastis yang hampir mirip seperti alien di mata Jingyu. "Bagus kan, pa? Xiao Fei sudah sering mencoba buat di rumah tapi nggak berhasil. Tapi setelah diajarin sama Juju gege, Xiao Fei berhasil."

Jingyu melihat bahan-bahan yang tergeletak di sekitar Xiao Fei dan dia jadi paham kenapa sabun gel mandinya cepat sekali habis.

"Maaf telah merepotkanmu, Zhou," ucap Jingyu sambil meringis.

"Oh, tidak sama sekali!" ujar Weizhou dengan riang. "Xiao Fei sangat menghibur sekali, seperti papanya." Tambah Weizhou sambil mengedipkan satu matanya.

Jingyu dengan wajah cengo memandang ke arah pemuda genit itu yang kemudian menghilang ke dapurnya. Weizhou kemudian keluar membawa puding coklat yang baru saja ia keluarkan dari kulkas.

"Xiao Fei ah, pudingnya sudah jadi."

Xiao Fei meninggalkan slimenya dan berhambur menuju meja kopi di mana Weizhou meletakkan puding buatannya. Kemudian Weizhou dengan telaten mengusap bersih tangan Xiao Fei dengan tisu basah sebelum membolehkan Xiao Fei memakan pudingnya.

Melihat kelembutan dan kedekatan Weizhou dengan putrinya, hati Jingyu langsung tersentuh. Tumbuh tanpa figur seorang ibu, Xiao Fei hanya mendapat kasih sayang darinya seorang. Hal tersebut membuat Xiao Fei sangat sulit dekat dengan orang asing. Itulah yang membuat Jingyu ragu untuk meminta Weizhou menjemput putrinya pada awalnya. Kini keraguan itu terhapus seketika dan digantikan oleh perasaan haru.

"Papa! Ahhh~"

Jingyu baru menyadari kalau putrinya ingin menyuapinya dengan puding. Ia pun berjongkok dan menyambut sodoran potongan puding di atas sendok kecil dengan mulutnya. Rasa coklat yang lembut dan manis menyapa indra pengecapnya.

"Puding buatan Juju gege enak kan pa?"

"Iya, enak sekali," ujar Jingyu sambil tersenyum dengan tampannya. Ia kemudian menoleh ke arah Weizhou yang memperhatikan interaksi bapak-anak tersebut. "Zhouzhou... maaf sekali telah banyak merepotkanmu hari ini. Sebagai gantinya, maukah kamu ikut makan malam di tempat kami?"

Weizhou tersenyum sebelum menjawab. "Terima kasih atas tawarannya, tetapi malam ini aku ada latihan band. Mungkin lain waktu. Tidak apa-apa kan?"

Jingyu mengangguk kecil sambil tersenyum penuh pengertian. Dalam hati, ia bertanya kepada dirinya sendiri kenapa ia tiba-tiba merasa kecewa atas tanggapan Weizhou.

"Tidak apa-apa. Jika ada waktu senggang, main lah ke rumah. Xiao Fei pasti akan senang."

"Oh, tentu saja!" jawab Weizhou riang. "Xiao Fei juga boleh main ke sini lagi. Papanya juga boleh." Tambah Weizhou dengan nada menggoda. Jingyu mendengus sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kita berkabar lewat WeChat saja," saran Weizhou.

Mendengar lampu hijau, Jingyu dengan bersemangat menanggapi, "Siap!"

Setelah melihat Xiao Fei menghabiskan pudingnya, Jingyu menyandarkan tas kecil milik Xiao Fei ke pundaknya sembari bangkit dari tempat duduknya.

"Ayo Xiao Fei, kita pulang. Pamit dulu sama Weizhou gege."

"Juju gege kenapa tidak ikut Xiao Fei pulang?" tanya Xiao Fei merajuk ke Weizhou.

"Gege ada acara malam ini, Xiao Fei ah. Besok ya."

"Janji besok datang!" tuntut Xiao Fei sambil mengerutkan bibirnya dan menghentakan kakinya di lantai.

"Xiao Fei..." Jingyu memberi nada peringatan pada putrinya.

Walau begitu, Weizhou mengagguk mantap pada permintaan Xiao Fei sambil tersenyum. "Okay, gege janji gege besok datang."

Xiao Fei yang senang permintaannya dituruti pun wajahnya langsung sumringah. Putri kecil Jingyu itu kemudian menghambur ke arah Juju gegenya dan memeluknya dengan erat.

💗💗💗

To be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

34.8K 7.7K 38
Selama ini Taehyun tidak pernah menyadari jika cowok populer di kelasnya itu berhasil membuat dirinya menjadi seperti orang bodoh karena jatuh cinta...
232K 34.8K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
435K 4.6K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
90.1K 17.3K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...