Always, Here.

By 17_CHEONSA

5.1K 507 23

[Gender Switch][UKE = GIRL] Ketika semua tak berada di pihakmu, percayalah. Aku ada selalu di sisimu. Disaat... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Not a Chapter.

Chapter 9

439 47 0
By 17_CHEONSA

Author's POV
(Wonwoo and Mingyu side)

Sebuah ulasan senyum nampaknya tak ingin terlepas dari bibir laki-laki itu. Ia menggigit benda kenyal miliknya sembari tersipu malu, membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
Sedari tadi pikiran laki-laki itu tak pernah berada di tempat ia berpijak saat ini, menerawang bagaimana kelanjutan dirinya setelah ini.

Sebuah malam minggu yang hambar seperti biasanya, akan tersulap oleh Mingyu sekarang. Menjadi sebuah hari termanis dalam sejarah hidupnya, menuntun pemilik hatinya memasuki jalan masa depannya. Akankah gadis itu mau, bersamanya dengan segala kekurangan?

Mingyu harap,
Ia tak mendapati dirinya membaca dua jenis buka yang berbeda, namun memiliki ending yang sama.

Tetapi menurutnya, gadis pemilik hatinya saat ini tak mungkin berbuat yang sama seperti kekasihnya terdahulu.

Terlalu banyak memori yang membuatnya nyaman pada gadis itu, hingga saat ini Mingyu masih betah tersenyum sendiri ketika mengingat semua itu. Sudah seperti orang gila tentunya. Siapa sangka ia bisa tersenyum di tengah pelajaran Mr. Kwon, guru yang terkenal serius dalam pembelajaran. Untung saja, waktu sekolah mereka sebentar lagi akan usai. Kalau tidak, kalian bisa membayangkannya sendiri jika guru itu menunjuk Mingyu dan apa kelanjutannya nanti.

"Hentikan senyuman anehmu itu, Mingyu-ya." tukas Wonwoo masih dengan tangannya yang sibuk mengemasi buku-bukunya tadi ke dalam tas ransel tosca miliknya. Setelah mengunci resletingnya, Wonwoo menoleh ke arah Mingyu, laki-laki itu masih tersenyum aneh dan mengabaikan kata-kata Wonwoo tadi.

"Kim Mingyu, ada kecoa!" jahil Wonwoo pada Mingyu. Gadis itu bersyukur, omong kosongnya tadi dapat membuat laki-laki di sebelahnya tersadar dari ke-khilafannya.

"Mwo?! Kau tak usah membohongiku, Wonwoo-ya." Laki-laki itu memutar matanya malas. Wonwoo terbahak-bahak. Di situ, Mingyu teringat akan rencananya tadi. Berterima kasihlah pada tawa garing milik Wonwoo, dengan begitu Mingyu bisa mengingat hal-hal yang ia pikirkan sejak tadi.

"Eum, Wonwoo-ya. Kau ada acara untuk malam ini?" Mingyu mulai berbicara dengan nada serius. Wonwoo terdiam untuk sesaat. Tersulut dalam benak Wonwoo untuk bertanya, Mengapa Mingyu bertanya seperti itu?

"E-eoh? Kenapa memangnya?" Wonwoo bertanya sedikit gugup kepada laki-laki di depannya. Mingyu tersenyum miring, membuat pipi Wonwoo memerah setelah melihat senyuman itu.

"Aku ingin mengajakmu ke sebuah tempat. Kau bisa, kan?" Wonwoo terdiam lagi. Kali ini, ia berusaha mencerna semua itu dengan cepat.

"Baiklah, malam ini?" Wonwoo sudah bisa memberikan jawabannya pada Mingyu.
Seketika, jantung Mingyu berdegup lebih kencang. Berusaha menyeimbangkan rasa senangnya saat ini. Antara gugup dan senang.

"Iya. Akan kujemput kau jam 7 malam di rumahmu." Wonwoo mengangguk malu. Gadis itu juga tak bisa membayangkan, apa yang akan terjadi pada dirinya nanti.

"Baiklah, sampai jumpa, Wonwoo-ya!" Mingyu bergegas dari bangkunya, melangkahkan kakinya girang dengan emosinya yang serupa.

Wonwoo menggigit bibirnya sembari menunduk, ketika melihat sosok Mingyu yang melangkah lucu pada koridor. Gadis itu sudah berani memikirkan yang terjadi nanti, tanpa tahu apa yang sebenarnya akan ia lewatkan malam ini.

***

Mingyu berdiri cemas di depan pagar rumah Wonwoo. Laki-laki itu sedikit gugup, hingga berani menolak segala dingin yang sejak tadi mengusiknya.

Kedatangan sosok gadis yang menghampirinya, membuat penantian Mingyu berakhir. Degupan jantungnya bertambah kencang setelah melihat senyuman manis dari Wonwoo.

"Bisakah kita berangkat sekarang, Mingyu-ya?" sela Wonwoo ketika dirinya mulai merasa risih dengan tatapan Mingyu pada dirinya. Eugh! Tidakkah laki-laki itu kasian pada pipi Wonwoo yang membenci make up, sudah terlihat seperti menggunakan blush on?

"Arraseo, Ayo kita berangkat." Mingyu menuntun Wonwoo agar memasuki mobil pribadinya.

"Kita akan pergi kemana, Mingyu-ya?" Di tengah kesibukannya dalam menyetir, sempat-sempatnya ia menoleh dan tersenyum pada Wonwoo.

"Nanti saja kau akan tau, Wonwoo-ya." Merasa kesal karena penasaran, Wonwoo melipat tangannya di dada.

"Dasar, hitam! Katakan padaku." ketus Mingyu padanya. Oh Tuhan! Apa ada yang salah dengannya? Kulitnya tidak sehitam itu. Kenapa hatinya begitu sakit ketika semua orang mengatakan itu?

"Aku tidak sehitam itu. Tapi, jika kau yang memanggilku seperti itu, aku ikhlas." Terpaksa Mingyu mengatakannya, setelah melihat Wonwoo mengerucutkan bibirnya pada awal kalimat laki-laki itu.

"Aigoo, Kopi hitamku." Wonwoo terbahak-bahak di sepanjang perjalanan mereka. Mingyu memikirkan berbagai cara untuk membalas Wonwoo saat ini, hingga akhirnya terlintas sebuah panggilan yang cocok untuk gadis di sebelahnya itu.

"Berhentilah tertawa, Susu putihku." Mingyu menyusul tawa Wonwoo. Entah kenapa, gadis itu berhenti tertawa setelah mendengar kalimat terakhir Mingyu. Sepertinya, laki-laki itu cukup puas melihat respon gadis di sebelahnya itu.

***

Sebuah pemandangan sejuk di malam hari tengah menemani hari Mingyu dan Wonwoo. Aliran air sungai yang tenang, membuat semua hal terlihat sungguh harmonis. Bintang-bintang dan bulan di atas sana, seolah-olah menjadi saksi hal-hal yang akan terjadi pada mereka. Namun, bagaimana pun juga, di tempat ini mereka tidak bisa melihat suasanya yang sepi. Mengingat ini adalah sungai yang paling dikenal semua negara dan masyarakat Korea akan keindahan pemandangannya, Sungai Han.

"Kau lapar, Wonwoo-ya?" Di tengah langkah mereka, Mingyu yang merangkul Wonwoo bertanya lembut. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah Mingyu. Anggukan pelan ia berikan pada laki-laki yang membuat malamnya hangat dengan rangkulannya.

"Mereka berjualan apa, Mingyu-ya?" Wonwoo menunjuk ke arah pedagang kaki lima. Pada gerobaknya terdapat banyak ubi madu yang sengaja di taruh berjejer.

"Woah! Goguma."Wonwoo menarik laki-laki itu untuk menghampiri pedagang ubi madu itu.

"Goguma juseyo." perintah Wonwoo pada penjual ubi madu tersebut. Ia merogoh uang yang terdapat di dompetnya, berusaha untuk membayarnya sendiri. Namun segala gerakannya ditahan oleh Mingyu. Laki-laki itu dengan gagahnya membayar semua tagihan goguma yang dibeli Wonwoo. Gadis itu hanya terdiam malu, melihat hal yang dilakukan Mingyu padanya.

"Terima kasih, Mingyu-ya." ujar Wonwoo ketika mereka beranjak dari penjual goguma itu. Mingyu menoleh, kepalanya mengangguk pelan.

Sama-sama tidak berani mengakui perasaan masing-masing. Itulah yang mereka perbuat saat ini.

"Ayo kita makan ini sembari duduk di bangku itu." telunjuk laki-laki itu mengarah pada sebuah bangku taman yang berdiri di sekitar Sungai Han.

Gadis itu mengiyakan ajakan Mingyu. Mereka sama-sama terduduk pada bangku taman yang ditunjukkan tadi.

"Eucha! Goguma~" tangan Wonwoo sibuk mengupas kulit ubi yang dipegangnya sekarang. Memasukkan sedikit demi sedikit ubi tersebut ke mulutnya. Mingyu masih belum berkutik sejak mereka duduk tadi. Matanya masih betah menempel pada sosok Wonwoo di sebelahnya. Tersulut rasa beraninya untuk melakukan rencana yang sudah ia rancang tadi.

"Wonwoo-ya." panggil Mingyu pada Wonwoo. Gadis itu menoleh lalu tersenyum indah ke arah sumber suara.

"Kenapa, Mingyu-ya?" Masih dengan giginya yang mengunyah,Wonwoo melemparkan pertanyaan singkat pada laki-laki yang memanggilnya.

"Aku tau... Aku sudah pernah mengatakan ini padamu sebelumnya. Saat itu, aku masih bimbang dengan perasaanku padamu. Awalnya, aku pikir, itulah yang harus dilakukan oleh sahabat ketika temannya sedih dan terpuruk.
Namun, ternyata aku salah, aku sangat tersiksa ketika kau pergi dari pandanganku secara tiba-tiba. Kau tau? Aku dengan naifnya menolak semua rasa kecewaku padamu saat itu, selalu berusaha terlihat baik-baik saja ketika seharusnya aku menangis. Intinya, aku tak ingin kau pergi dari hidupku, Wonwoo-ya." Tak sempat gadis itu mengedipkan matanya untuk sementara ketika mendengar apa yang dikatakan pada Mingyu. Kembali tersulut rasa bersalahnya saat ia menolak cinta Wonwoo dahulu.

"Wonwoo, maafkan aku karena telah memiliki perasaan ini. Aku mencintaimu, Wonwoo-ya. Dan...Aku tau, kau bukanlah yang pertama bagiku. Tapi, aku akan membuat dirimu menjadi yang terakhir untuk selamanya. So, Jeon Wonwoo, will you be mine?" Mingyu beranjak dari duduknya lalu bertekuk lutut di depan Wonwoo yang tengah memakan gogumanya. Laki-laki itu menggenggam sebuah kotak beludru merah dengan 3 buah cincin di sana. Sepasang cincin, dan sebuah cincin cantik berlapiskan diamond.

Gadis itu melihat manik mata Mingyu yang sangat serius saat ini. Wonwoo tertegun untuk sementara. Ia tak bisa mencerna dengan baik kalimat Mingyu saat ini.

"Mingyu-ya. Apa kau serius?" Kali ini Wonwoo telah mengerti apa yang dikatakan laki-laki di depannya. Namun, ia masih bingung dengan 3 cincin di depan matanya.

"Aku serius, Wonwoo-ya. Jadi, bagaimana jawabanmu?" Mingyu masih dengan sabar menunggu respon dari gadis di depannya.

"Eum... Sebelumnya, Aku akui, aku menyesal telah menolak dan meninggalkanmu hari itu, Mingyu-ya. Karena... Aku baru tersadar pada beberapa hari setelahnya, bahwa aku mencintaimu juga. E-eum...my answer is...I am yours, Mingyu-ya." Wonwoo menundukkan kepalanya malu. Mingyu bangkit dari simpuhannya. Kembali terduduk di samping Wonwoo. Tak terbayang bagaimana bahagia dirinya saat ini.

Perlahan, Mingyu melingkarkan cincin indah itu pada jari manis gadis itu. Sebuah dekapan hangat Wonwoo dapatkan dari Mingyu, ketika cincin itu sudah terlingkar sempurna pada jarinya itu.

"Terima kasih, Wonwoo-ya." ujar Mingyu di sela-sela dekapannya. Gadis yang telah resmi menjadi milik Mingyu itu, tersenyum sungguh lebar di balik pelukan mereka saat ini.

"Geundae, Mingyu-ya. Ada apa dengan sepasang cincin itu?" tanya Wonwoo dengan polos kepada kekasihnya. Masih dengan pelukan hangat mereka. Laki-laki itu tersenyum, ia membuat mereka berdua berhadapan setelah melepaskan pelukan hangat mereka.

"Aku ingin kau yang menjadi ibu dari anak-anakku, aku ingin melihat wajahmu pertama kali saat aku terbangun, aku ingin kau yang memasak untuk bekal kerjaku kelak. Aku akan membuat cincin ini menjadi saksi cinta kita di depan Tuhan. Aku akan menikahkanmu. Tepat setelah kelulusan kuliah kita nanti. Maka dari itu, kuharap... tetaplah bersamaku selamanya, Wonwoo-ya." Wonwoo menutup mulutnya tak percaya. Benarkah? Mingyu baru saja menembak sekaligus melamarnya? Setruman listrik tak kasat mata tengah ia rasakan, jauh di lubuk hatinya.

Ini kesempatan yang bagus bagi Wonwoo, bukan? Gadis itu juga mencintai Mingyu. Lebih besar dari yang laki-laki itu ketahui.

"N-nde, aku akan selalu bersamamu, uri hitam. Saranghae." Wonwoo membawa sosoknya ke dalam dekapan Mingyu lagi. Tak ingin tubuh hangat itu terlepas dari badan mungilnya.

"Nado saranghae, uri putih." Mingyu mengecup pundak lebar milik kekasihnya. Apa yang mereka alami sekarang, bukanlah sebuah mimpi yang selama ini menghantui mereka.

Hari ini mereka telah menyatakan pada diri masing-masing. Mereka akan selalu bersama dan tak terpisahkan. Mingyu akan selalu menjadi milik Wonwoo, dan Wonwoo tetap menjadi milik Mingyu.

Mereka akan selalu bersama,
Always, Here.

=TBC=

One chapter more.
And then this story will be end.

Thank you for reading this story
Hope you enjoy

Don't forget to vote and comment.
XOXO💕

Continue Reading

You'll Also Like

PHOENIX By

Romance

71.7K 3.2K 17
bagaimana jadinya jika seorang ketua mafia yang paling di takuti di seluruh dunia luluh karna seorang gadis cantik?!
30.1K 2.8K 18
BAGIAN 1 Impian memiliki keluarga hangat hanyalah harapan belaka. Pada kenyataannya, keluarganya hanya terlihat harmonis dan hangat di permukaan saja...
44K 6.2K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
794K 82K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...