Kasmaran

By TimotyJonathan

424 40 5

Suatu pergerakan jiwa yang mendorong pria/wanita menyukai lawan jenisnya, kas-ma-ran. More

Prolog
Thalia dan Galih
satu

dua

90 8 4
By TimotyJonathan

Jatuh Cinta
bukanlah sebuah Kesalahan
💞
- Kasmaran -

-----------------------------------------------------

"LO SERIUS? INI GALIH KAN?" tanya Genta sambil berteriak.

"Maksud lo apa? Gamau, salah. Mau, salah. Bacot lo Gen." cetus Galih.

"Unbelievable sih ini. Cepet dah Thal sebelum dia berubah pikiran." ucap Genta masih tidak percaya.

Bagaimana tidak percaya, Galih tidak pernah mau berbicara dengan perempuan jika tidak benar benar diperlukan, tidak pernah mau membonceng perempuan kecuali mama dan adiknya. Itu semua karna ada, Luka. Tapi dengan mudahnya, Galih setuju untuk mengantarkan Thalia pulang?!

"Ini serius nih?" tanya Thalia masih bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi.

"Yaudah ayok, duluan Gen!" sahut Galih sambil berjalan menuju parkiran belakang.

Thalia yang masih bingung akhirnya memutuskan untuk ikut dengan Galih. Dan Genta yang tertinggal di belakang, masih melongo dan tidak percaya apa yang terjadi.

"Semoga Tuhan berkehendak atas mereka." gumam Genta pelan.

Genta adalah sahabat karib Galih sejak SMP. Genta tau benar semua tentang Galih, dan begitupula sebaliknya. Genta tau apa yang Galih alami, kenangan buruk yang membuat Luka itu masih membekas di hati Galih sampai sekarang. Tentu sebagai sahabat yang baik, Genta selalu ingin Galih move on, tapi apa boleh buat, Luka yang ada di dalam hati Galih, belum bisa tersembuhkan oleh siapapun.

Genta berharap, Thalia bisa jadi orangnya.

**

Hanya suara klakson kendaraan, dan rintik hujan yang menyelimuti kecanggungan yang mulai terjadi. Ya, sekarang hujan. Galih serta Thalia sedang meneduh berharap hujan segera menyelesaikan kunjungannya ke bumi, dan segera menyelesaikan kecanggungan ini.

Flashback On

"Ayo naik." ajak Galih saat sudah naik ke motor ninja hitamnya.

"Umm.. Lo serius?" tanya Thalia masih tidak percaya.

"Lo mau ga? Kalo gamau gua cabut." balas Galih.

"Ehhh iya iya iya." jawabnya dan langsung naik ke motor Galih dengan cepat.

"Cewe unik.." batin Galih

Selama perjalanan, tidak ada satupun diantara Galih dan Thalia yang membuka mulut untuk memulai percakapan.

Canggung. Itu yang sedang melanda keadaan di motor Galih.

Sampai tiba tiba tetesan air hujan mulai jatuh.

"Eh hujan." sahut Thalia sambil menepuk nepuk pundak Galih dari belakang.

"Biasa aja kali. Gua juga tahu ini ujan." ujarnya dingin.

"Yeh kalo tau ya berhenti lah. Cepett!" sahut Thalia panik.

"Kenapa si? Yaudah kita nepi." sahut Galih.

"Cepetan Gal. Cepet!" ucap Thalia terburu buru seperti orang ketakutan.

Akhirnya Galih menepikan motornya ke sebuah Kafe yang tak jauh dari mereka. Kafe tersebut lumayan besar, dan di depannya terdapat teras kecil yang bisa digunakan untuk berteduh.

Flashback off

"Lo kenapa tadi panik banget karna hujan?" tanya Galih memulai percakapan dengan gugup.

"Ummm gapapa." jawab Thalia yang kaget dan super gugup, lebih gugup dari Galih pastinya.

"Serius ga--"

Kata kata Galih terpotong oleh Petir yang sangat besar, dan membuat semua orang kaget, termasuk Galih.

Tiba tiba suara isakan tangis terdengar dari samping Galih, ya, Thalia menangis. Thalia menangis tiba tiba sambil menutup telinga nya dengan kedua tangannya. Wajahnya menampilkan raut wajah ketakutan dan kepanikan.

"Ehh.. Kok lo nangis?" tanya Galih kebingungan.

Tiba tiba petir kedua kembali menyambar, dan kali ini jauh lebih keras.

Galih yang sedari tadi bingung sambil memperhatikan Thalia lebih bingung lagi saat isakan tangis Thalia semakin menjadi jadi setelah petir yang kedua.

Galih sangat bingung, benar benar bingung.

"Lo kenapa, Thal? Jelasin, gue ga ngerti!" tanya Galih penuh kebingungan.

"Gue phobia, petir." sahutnya sambil terisak. Ia pun sekarang terduduk sambil menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya.

"Pantesan.." batin Galih. "Terus sekarang gimana?" batinnya lagi.

Tiba tiba, tanpa kendali dari pikiran Galih, ia melekukkan kakinya, sedikit terduduk dengan bertumpu pada lututnya dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Thalia.

"Lo setakut itu?" tanya nya dingin tapi dengan kesan yang lembut.

"Ngapain sedeket ini, bego lo gal. Berdiri lagi gengsi tapi, emang galih bego." batinnya sambil menahan kegugupannnya saat melihat wajah Thalia lebih dekat.

"Menurut lo?" ketus Thalia.

Tiba tiba Galih berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Thalia berdiri.

"Ya Tuhann, malaikat darimana ini . . . Ganteng pisan." batin Thalia yang melihat Galih dari sisi bawah. Rahangnya yang kokoh dan rambutnya yang berantakkan terpadu menjadi sebuah pemandangan yang indah untuk kaum perempuan.

"Masih lama bengongnya?" sindir Galih sambil masih mengulurkan tangannya yang sudah tak terkendali. Seluruh tubuhnya seperti tidak dikendalikan oleh otaknya lagi, tetapi dengan, hatinya.

Dengan gugup Thalia mengulurkan tangannya untuk bertemu dengan tangan Galih dan Galih membantu Thalia untuk berdiri. Tanpa melepas tangan Thalia, Galih menarik Thalia ke tempat yang tidak terlalu ramai.

"Kita mau ngapain?" tanya Thalia dengan gugup dan kebingungan.

"Tidur." jawab Galih singkat.

"Dihh, serius." sahut Thalia.

Tanpa Galih sadari, sudut bibirnya sedikit naik dan menandakan bahwa ia sudah mulai lepas dari luka lamanya karna cinta.

Setelah sedikit jauh dari keramaian, Galih melepas tautan tangannya dengan tangan Thalia dan mengeluarkan earphone iphone nya dari kantongnya. Galih merapihkan earphone nya yang sedikit kusut dan setelah rapih ia mulai mencoloknya ke lubang earphone di hp nya.

Thalia yang kelihatan penasaran sedikit mengintip apa yang sedang Galih buka di hp nya.

Tetapi dengan cepat Galih menghindar.

"Kepo lo." ketus Galih.

"Dih rese emang." sahut Thalia.

Galih menscroll music library nya dan membuka salah satu playlist favoritnya yang berisi lagu lagu yang ia selalu dengar, hampir setiap hari.

Setelah siap, dengan percaya diri Galih menautkan satu earphone ke telinganya kanannya, Ia rapihkan rambut Thalia ke balik daun telinga Thalia dan menautkan earphone ke telinga kiri Thalia. Semua ia lakukan dengan sangat lembut dan pastinya membuat semua hati perempuan bergetar hebat, termasuk Thalia.

Thalia yang kaget serta bingung hanya bisa diam dan tanpa ia sadari mukanya memerah. Jujur Thalia tidak pernah merasakan rasa yang ia alami saat ini. Ia merasakan hatinya bergetar hebat, bukan karna takut tapi karna ia merasa damai.

Tiba tiba Thalia tersadar dari lamunannya saat ia mendengar alunan musik pop yang ia sukai.

"Lo suka lagu ini?" tanya Thalia perlahan.

"Iya, kenapa? Lo gasuka? Biar gue ganti." jawab Galih.

"Enggak, ini lagu favorit gue selama sebulan ini. Kenapa lo bisa suka sama lagu ini?" tanya Thalia untuk segera mengakhiri kecanggungan ini. Thalia sangat tidak suka yang namanya kecanggungan, tapi ia juga sangat gugup saat ini.

"Alurnya enak, penempatan lirik dan beat nya pas. Musik nya kaya dan gue suka." jawab Galih.

"Lo suka musik?" tanya Thalia.

"Musik udah jadi bagian hidup gue. Gaada sahabat sebaik musik yang bisa nenangin gue." jawab Galih.

Sekali lagi, Galih tak menyadari sudah puluhan kata ia ucapkan untuk seorang perempuan setelah bertahun tahun hatinya tertutup oleh luka yang perih.

"Gue juga suka! Musik itu segalanya buat gue! Gue kira lo cowo dingin yang dinginnya kelewat batas, ternyata lo ga seburuk yang gue kira." sahut Thalia sambil tersenyum.

Kecanggungan pun terjadi lagi. Galih pun memalingkan tatapannya dari mata Thalia, begitu juga sebaliknya.

"Berisik lo, denger aja musiknya, daripada nangis lagi denger petir kaya bocah." ketus Galih.

"Rese."

Keduanya pun terdiam, melihat ratusan butir air hujan turun menimpa bumi. Keduanya pun terlarut dalam alunan musik yang terdengar dari earphone.

-- song --

Hidup adalah tentangmu
Selalu saja tentangmu
Sepertinya kau adalah candu bagiku

Kau buat aku tak mampu
Selalu saja tak mampu
Menahan perasaanku atas dirimu

Pun aku merasakan getaranmu
Mencintaiku seperti ku mencintaimu
Sungguh kasmaran aku kepadamu

Pun aku merasakan getaranmu
Mencintaiku seperti ku mencintaimu
Sungguh kasmaran aku kepadamu

Pun aku merasakan getaranmu
Mencintaiku seperti ku mencintaimu
Sungguh kasmaran aku kepadamu

Kasmaran - Jaz

--

"Udah reda, Gal." sahut Thalia.

"Oh iya? Okey." jawabnya.

Galih meraphikan earphone nya, dan berjalan meninggalkan Thalia menuju ke motornya.

Sejujurnya keduanya sedang nyaman dengan keadaan mereka masing masing, tapi langit sudah mulai gelap menandakan bahwa bulan dan bintang akan mulai menerangi bumi.

"Dih kok gue ditinggal?" teriak Thalia ke arah Galih.

Dalam sekejap Galih berbalik, menarik tangan Thalia dengan lembut menuju ke motor.

Lagi lagi hati Thalia bergetar hebat. Ia hanya bisa memperhatikan tangannya yang sudah tertaut dengan jari jari Galih.

Sesampai mereka di motor, Galih naik ke motor begitu juga dengan Thalia.

Hembusan angin malam yang dingin mengiringi mereka.

"Di depan belok kiri, Gal." sahut Thalia.

Galih hanya mengangguk.

"Yang putih ujung." sahut Thalia.

Mereka pun sampai di depan rumah putih yang besar. Terlihat mewah dan indah dari design luarnya. Ada taman kecil di sebelah garasi rumah tersebut yang dipenuhi bunga bunga hias dengan banyak warna.

"Makasih, Gal. Maaf ngerepotin." Thalia mengembalikan helm Galih.

"Nevermind. Gue duluan." sahut Galih dingin dan langsung menancap gas motornya dan dengan cepat motor Galih sudah tidak kelihatan lagi.

Thalia berjalan masuk ke rumahnya sambil tersenyum.

"THALIA PULANGG!" teriak Thalia gembira.

"Berisik lo, gue kira lo udah gabakal balik lagi ketelen bumi." sahut Ronald.

"Anak mama udah pulang? Kenapa lama banget sayang?" ucap Renata yang muncul dari dapur.

"Udah ma, hujan jadi tadi aku nepi dulu." jelas Thalia antusias.

"Kenapa seneng banget kelihatannya anak mama? Ada apa nihh?" tanya Renata curiga.

"Ada apaan? Gaada apa apa kok maa.." jawab Thalia gugup.

"Paling ketemu first love ma." ejek Ronald.

"Berisik lo. Udah ah Thalia mau mandi tidur. Bai!" ketus Thalia sambil naik ke kamarnya yang terletak di lantai dua sambil terus tersenyum.

Thalia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur kesayangannya, entah apa yang ia rasakan, ia hanya ingin terus tersenyum. Ia terus membayangkan kejadian yang ia alami bersama Galih sedari tadi pagi.

Mulai dari pertemuan pertamanya, sampai tangan Galih yang memegang tangannya, semuanya seperti sebuah awal cerita yang sangat indah.

"Anak mama kenapa senyum senyum terus ini.." sahut Renata yang sudah berada di samping Thalia.

"Ih mama ngagetin aja. Ketuk dulu kek kalo mau masuk." ucap Thalia.

"Mama udah ketuk ribuan kali tapi kamu ga bukain, makanya mama masuk. Eh ternyata kamu sedang ngelamun sambil senyum senyum." jelas Renata sambil tersenyum.

"Oh, iya?" tanya Thalia tidak percaya.

"Iyalah, buat apa mama bohong? Siapa nih yang bikin anak mama senyum senyum kaya gini?!" tanya Renata sambil tersenyum usil.

"Siapa? Gaada siapa siapa kok." ucap Thalia malu malu.

"Serius?" selidik Renata.

"Hmmm, ada sih kayanya." sahut Thalia malu malu.

"Who is that? Let me hear your story." sahut Renata.

"Hmm, namanya, Galih."

--

Yeyyy, akhirnya part 2 kelar yes! Semoga part 3 secepatnya yaa! Semoga suka sama ceritanya! Terus vote and comment! I really need that!!

Kecup hangat dari Galih dan Thalia.

💞💞

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.7M 77.5K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2.7M 132K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
511K 55.1K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...