IT HAS TO BE YOU《JACKSON YI》E...

By mami_anci

13.9K 1.5K 112

Jatuh cinta itu apa? Ya jatuh.... Jatuh begitu saja. 17+ untuk beberapa kata kasar dan eksplisit More

[PART 1] Alvino Putra Rizaldi Hamidjoyo
STORY ABOUT THE PAST #1
[PART 2] 宿敵
STORY ABOUT THE PAST #2
[PART 3] There Is No Way Back
STORY ABOUT THE PAST #3
[PART 4] PERASAAN YANG BELUM BERUBAH
STORY ABOUT THE PAST #4
[PART 5] A SECOND CHANCE
STORY ABOUT THE PAST #5
[PART 6] SORRY
STORY ABOUT THE PAST #6
[PART 7]
STORY ABOUT THE PAST #7
IHTBY
[PART 8]
[PART 9]
[PART 10]
[Part 11]
[Part 12]
[Part 13]
[Part 14]
[Part 16]
[Part 17]
[Part 18] Arkana Putra Rizaldi Hamidjoyo
[Epilog] What Love Has Taught Us
GALERI FOTO BERBAGAI SUMBER

[Part 15]

503 60 6
By mami_anci

"Mama pulaaang...."

Kevin membiarkan Alvin berlari menyongsong ibunya. Sementara ia menyibukkan diri dengan koran pagi dan segelas teh hangat dimeja.

"Papaaaa... Mama pulang."

"Hm."

Ia hanya melirik sekilas. Menghela napas lega karena Alea terlihat lebih segar hari ini. Dengan sudut matanya, Kevin melihat mbok Ina mengambil alih koper Alea.

"Vin."

Alea sudah berdiri disamping sofa yang ia duduki. Wanita itu menyentuh tangan kanan Kevin dengan lembut kemudian menciumnya khidmat. Hati Kevin tersentuh. Ia sangat ingin meraih Alea kedalam pelukannya.

Dia jijik sama kamu, Vin. Gak usah macam-macam.

Akhirnya Kevin hanya bisa berdehem dan menarik tangannya kasar. Alea menunduk.

"Terima kasih karena sudah membatalkan janji dengan dokter Amita."

"Hm... Ya."

Begitu saja. Ia melihat Alea melangkah menjauh seraya menggenggam tangan Alvin.

Setidaknya, aku bisa lihat kamu setiap hari, Aal.

***

Sore ini Kevin pulang dari kantor disambut dengan pemandangan yang menghangatkan hatinya. Alvin tengah tiduran disofa dengan separuh badan berada diatas perut Alea. Kevin meringis ngeri. Membayangkan bayi dalam perut Alea tergencet beratnya badan Alvin. Tapi ia tak bicara. Hanya berharap semoga berat Alvin tidak membuat bayi kecil itu sesak.

"Pa... Diperut mama ada dedek bayi loh."

Alea tersenyum mendengar laporan Alvin.

"Mama bilang nanti makin gede. Kalau udah gede baru deh Alvin bisa ketemu dedek. Andrew pasti iri nih... Dia kan gak punya dedek. Ya gak, pa?"

"Iya."

Kevin berlalu dari hadapan mereka. Tak ingin berlama-lama memandang wajah Alea yang tersenyum penuh harap ke arahnya. Seolah memanggil-manggil Kevin untuk merengkuh tubuh wanita itu.

Kenapa kamu harus bersikap manis sih, Aal? Aku kan jadi baper. Dan baper itu nyesek.

"Vin, tadi aku masak semur ayam. Dimakan ya."

Sebelum ia berlalu sepenuhnya, Alea bersuara.

"Kurasa aku ngidam. Aku pengen lihat kamu makan masakanku."

Kevin terbatuk. Ia hanya mengangkat sebelah tangannya untuk mengiyakan.

***

"Mama kok bisa suka sama papa?"

Alea memainkan rambut Alvin yang terasa halus.

"Mmm... Habis papa keren sih."

"Beneran, ma?"

"Iya."

"Terus terus?" Alvin sangat antusias.

"Ya gak terus."

"Yah, mama...."

Melihat bibir Alvin yang cemberut Alea pun tertawa.

"Papa waktu kuliah lumayan terkenal. Pinter, cakep. Terus ya gitu... Mungkin udah takdir mama bisa nikah sama papa."

"Terus kenapa mama perginya lama banget?"

Alea tertegun.

"Emh.... Mama nikahnya terlalu muda. Jadi harus selesein sekolah dulu. Makanya Alvin ditinggal sama papa."

"Ooh gitu...."

"Kita temenin papa makan yuk."

***

Alea tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Kevin makan dengan lahap tanpa banyak bicara. Alvin ikut makan lagi padahal dia sudah makan siang dengan Alea dan mbok Ina.

"Enak kan pa masakan mama?"

Kevin tersedak. Alea buru-buru menyodorkan gelas air putih padanya.

"Alvin... Papa lagi makan jangan dikagetin gitu," tegur Alea.

"Alvin kan cuma nanya. Papa aja yang lebay."

Kevin tak berniat menjawab pertanyaan itu. Ia tak ingin Alea besar kepala. Dilanjutkannya suapan yang tertunda.

"Thanks," bisik Alea.

"Buat?" Kevin bingung.

"Sudah mau dimakan." Alea mengusap perutnya. "Aku senang lihat kamu makan banyak."

Ada banyak cara untuk mengungkapkan perasaan. Tapi tatapan mata adalah yang paling menakjubkan. Ia tak bersuara tapi seolah berbicara. Kevin teringat ucapan Dewa beberapa bulan yang lalu. Untuk sesaat ia seperti berhalusinasi. Seakan ada cinta yang begitu besar dalam sorot mata Alea kepadanya. Namun detik berikutnya setelah Kevin mengerjap, yang ia tangkap hanyalah kesedihan dan penyesalan.

"Kebetulan aku lapar."

Bukan jawaban yang tepat. Tapi Alea tetap tersenyum. Memandang Kevin sebebas ini rasanya sebuah keajaiban. Dia tidak ngidam. Ini hanya alasannya saja untuk berlama-lama menikmati wajah Kevin yang sedang menyantap masakannya. Merekam proyeksi ini kedalam otaknya.

I love you, Vin. Suamiku.

Alea rela menukar seluruh hidupnya dengan waktu-waktu berharga seperti ini.

Kenapa mengungkapkan perasaan tidak segampang yang dikatakan orang?

***

"Iya... Baik kok, ma. Kevin? Baik. Iya, ma. Tenang aja. Dia perhatian banget kok. Sebulan ini dia care banget sama Alea. Ooh... Iya. Kemarin dia antar Alea ke dokter. Iya, ma..."

Kevin mengurungkan niatnya melangkah ke beranda samping saat melihat Alea duduk berselonjor dikursi panjang. Sesekali tangannya mengusap airmata yang jatuh ke pipi. Jantung Kevin terasa diremas. Untuk apa wanita itu berbohong pada ibunya?

"Jangan, ma. Alea gak mau balik. Alea baik-baik aja kok disini. Oh? Gak. Ini bindeng soalnya agak flu sih. Iya. Sudah ya, ma? Dah, ma.... I love you too."

Wanita itu terperanjat melihat Kevin berdiri dipintu rumah.

"Mma-... Eh, Vin? Sudah pulang?" Ia tersenyum dan berdiri menyambut Kevin. "Bukannya bakal pulang malam?"

"Kamu ke dokter kandungan sama siapa?" Kevin mengabaikan pertanyaannya dan justru balik bertanya.

Alea menggigit bibirnya.

"Kenapa tidak memberitahuku?"

"I-itu.... Aku pergi diantar mang Ujo kok. Gak sendirian." Alea membuat ekspresi ceria diwajahnya.

"Jadi itu anakku atau anak Mang Ujo?"

Kevin pergi dengan kesal. Dibelakangnya Alea berusaha menahan tangis.

"Memangnya kalau aku bilang, kamu bakalan anter? Gak kan?"

Kevin kembali menghadapkan tubuhnya kearah Alea.

"Untuk jadwal selanjutnya dan seterusnya kamu harus pergi sama aku. Siapa yang bisa menjamin kamu tidak macam-macam dengan bayi itu?"

"Terserah kamu aja, Vin!"

Alea mendorong tubuh Kevin yang menghalangi jalannya lalu masuk kedalam rumah. Laki-laki memang tidak pernah peka. Dan Kevin adalah satu lelaki yang ketidakpekaannya sudah mencapai taraf akut. Kenapa dia harus jatuh cinta pada pria itu?

***

Jatuh cinta itu apa?

Ya jatuh... Jatuh begitu saja.

Siapa bilang jatuh cinta menyenangkan

Jatuh tidak pernah menyenangkan.

Jatuh itu sakit.

Sesakit perasaan sesak memendam cinta.

Tapi aku bersedia jatuh berkali-kali.

Walau sakit....

Asal itu kamu.

Tapi bolehkah aku berharap?

Saat aku jatuh...

Ada kamu yang menyambutku.

Berharap perasaanku berbalas.

Berterima.

Suatu hari nanti...

Mungkin.

Alea bertopang dagu. Memperhatikan setiap detail wajah Kevin. Alis, kening, kelopak mata, hidung, bibir, tulang pipi, bahkan rahangnya. Kegiatan itu sudah dilakukannya selama sebulan sejak dia kembali ke rumah Kevin. Kevin memang tidak lagi meninggalkannya sendirian dikamar tapi pria itu selalu memunggunginya ketika tidur. Hanya saja, setiap menjelang pagi, ketika Alea terbangun, Kevin selalu tidur menghadap kearahnya. Mungkin tanpa sadar Kevin berbalik saat tidur dan Alea tidak berniat mengomentari itu. Dia justru senang. Karena dengan begini, dia bisa memandang Kevin sepuasnya tanpa rasa takut.

Pria ini seolah akan menelannya ketika mereka bersitatap. Lalu ia membuang muka. Seakan tidak sudi berlama-lama menatap wajah Alea. Tangan kiri Alea batal menyentuh pipi Kevin. Setiap hari selama sebulan lamanya, ia tidak pernah memiliki keberanian melakukan niatnya. Dia khawatir Kevin terbangun. Disekanya airmata yang mengalir. Sebelum hamil pun Alea sudah cengeng. Apalagi saat hamil. Ia sering menangis tanpa alasan. Terlebih ketika Kevin tak mengacuhkannya. Tapi Alea bisa apa? Tak tahan dengan airmata yang membuatnya hampir terisak, Alea berbalik memunggungi Kevin. Menangis hingga bantalnya basah karena airmata yang tak kunjung berhenti. Dia sangat ingin Kevin memeluknya, mengelus perutnya. Seperti yang selalu dilakukan pria itu saat ia mengandung Alvin. Meski dulu ia selalu menolak dan mendorong pria itu menjauh. Kevin selalu punya cara untuk menyentuhnya sembari tertawa tanpa beban.

Tangisan Alea terhenti ketika sebuah tangan melingkari pinggangnya dan mengelus perutnya pelan. Apakah ini mimpi?

"Ibu hamil dilarang menangis pagi-pagi nanti anaknya jadi cengeng."

Tangisan yang tadi sempat terjeda justru menjadi semakin keras. Tapi Kevin tidak bicara lagi. Ia hanya menarik Alea lebih dekat kedadanya dan mengelus-elus perut Alea dengan lembut.

Sial. Sikap yang tidak bisa ditebak.

***

Entahlah. Kevin merasakan dorongan untuk memeluk Alea ketika melihat tubuh itu sesekali bergetar. Istrinya pasti sedang menangis.

"Mama sering nangis tiap papa pergi."

"Kenapa?"

"Mungkin karena papa gak sayang sama dedek bayi."

"Kok gitu?"

"Papa peluk dan cium Alvin setiap pergi. Tapi gak pernah peluk dan cium mama. Setiap orang pasti bakal sedih kalau gak dipeluk, kan? Alvin aja sedih kalau gak dipeluk papa."

Kenapa ucapan anak kecil berusia enam tahun bisa mempengaruhinya sebesar ini? Kevin menghela napas. Memutuskan untuk memeluk Alea dan mengusap perut istrinya. Usia kandungan Alea sudah empat bulan. Perutnya mulai terasa menonjol. Kevin ingat dulu wanita ini mengidam banyak makanan yang berbahan dasar daging sapi.

"Ibu hamil dilarang menangis pagi-pagi nanti anaknya jadi cengeng," katanya pelan begitu merasakana tubuh Alea menegang dalam pelukannya. Namun isak tangis wanita itu semakin menjadi. Kevin tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia hanya mengusap-usap perut istrinya. Berharap Alea berhenti menangis.

Tiba-tiba ia teringat tekadnya mempertahankan Alea kali ini. Bagaimana Alea mau bertahan dan mencintainya jika sikapnya saja begitu buruk? Selama sebulan setelah meminta Alea kembali kerumah, dia malah menyibukkan diri dengan pekerjaan. Berangkat pagi, pulang sore bahkan malam. Dia semakin sering pergi keluar kota. Mengabaikan Alea demi melindungi hatinya yang lemah karena cinta.

Mendadak, Kevin merasa begitu bodoh. Haruskah ia mulai merubah sikapnya? Apakah tidak terlalu cepat? Apa Alea tidak akan ketakutan dan menjauh? Dipeluk begini saja tubuhnya sudah sekeras tiang penyangga rumah. Apakah wanita ini masih jijik padanya? Kevin menarik tangannya yang melingkari perut Alea. Namun belum sepenuhnya ditarik, tangan Alea sudah menahannya.

"Mau kemana?"

"Kenapa?" Kevin memang punya kebiasaan balik bertanya kepada istrinya ini. Entah kenapa.

"Biar begini aja. Perutku sedikit kram. Lebih rileks waktu kamu pegang."

Kevin justru terkejut. Ia segera duduk.

"Kamu kenapa? Sakit? Kita ke dokter sekarang."

Alea tertawa lirih. "Gak.... Cuma kram biasa. Memang begini. Peluk aku lagi, boleh?" Alea merangsek dalam pelukan Kevin tanpa menunggu jawaban. Ia menarik napas panjang. Lega. Pelukan Kevin menentramkan. Terasa pas. Mungkin pelukan inilah yang sebenarnya ia rindukan selama bertahun-tahun. Ia tersenyum merasakan kecupan ringan Kevin dipuncak kepalanya.

Begini lebih baik. Aku cinta kamu, mas. Mas Kevinku.

Continue Reading

You'll Also Like

120K 8.4K 30
Semua orang tahu Ariana Grande - gadis manis dengan suara yang begitu indah. Semua orang pun mengetahui Justin Bieber - pria tampan dengan suara yang...
6.1M 318K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2.7M 195K 35
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.7M 82.8K 54
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...