Marry You

Door RhaKartika

649K 37.1K 5K

Cerita 21+ Be smart readers please ? Ini cerita klise. Cerita antara tiga orang manusia bernama Alva, Abil... Meer

prolog
MY : part 1
MY : part 2
MY : Part 4
MY : part 3
MY : part 5
MY : Part 6
MY : Part 7
MY : Part 8
MY : Part 10
MY : Part 11
MY : Part 12
MY : Part 13
MY : Part 14
MY : Part 15
MY : Part 16
MY : Part 17
MY : Part 18
MY : Part 19
MY : Part 20
MY : part 21
MY : part 22
MY : part 23
My : part 24
MY : part 25
MY : part 26

MY : Part 9

18.8K 1.4K 164
Door RhaKartika

Kalo baca versi dulu,  gue geli sendiri..  Ya Allah absurd banget kata katanya 😂😂😂😂

So jangan lupa vote sama koment.  Kecuali kalo udah pup,  lo ga pernah cebok ya. Hahhahaha

Happy reading guys

*******

Gerimis baru saja mulai,  saat Alva menumpangi taksi dari Bandara Soekarno Hatta ke arah apartemen yang di sewanya dengan Mia. Aroma berbau hujan di saat subuh seperti ini,  membuat Alva sedikit menggigil.  Belum lagi,  tubuhnya terasa sangat lelah dengan perjalanan Jakarta-Bali,  Bali - Jakarta hanya dalam waktu beberapa jam. Semalaman tadi benar benar hanya dia  habiskan di Bandara,  serta pesawat gara gara ulah Deandra Salsabilla.

Lelaki itu masih sangat kesal dengan kata kata Abil di Crown hotel 6 jam yang lalu itu. Sehingga membuat Alva hilang kesabaran. Padahal sejak melihat Mia yang pulang dengan baju dan rambut yang kotor serta berbau kuah menyengat,  Alva sudah sangat ingin mendatangi Abil, lalu memberi beberapa tamparan keras di pipi wanita itu.

Tapi Alva menahannya,  karena Mia ingin Alva berhasil dengan tujuan mereka untuk merebut perusahaan Rendra.

Dan semua kesabarannya itu sia sia.

For my god sake

Alva bahkan sampai terang terangan mengatakan perasaannya pada Abil.  Dia bahkan melupakan tujuannya untuk berpura pura meminta maaf pada Abil,  agar wanita itu kembali luluh dan memaafkan Alva.

Menurut Alva,  Abil sudah kelewatan.  Dia menghina Mia-nya di saat sebenarnya Alva lah yang salah.

Abil tidak berhak menghina Mia.  Tau apa dia dengan kesulitan Mia sehingga melakukan pekerjaan kotor itu?

Jika Mia terlahir seperti Abil dari keluarga jetset, Mia tidak mungkin melakukan pekerjaan itu.  Takdirnya lah yang membuat wanitanya itu harus bekerja seperti itu. Bahkan Alva bangga,  dalam ketidakmampuan finansial yang cukup,  wanita itu rela membanting tulang seperti itu untuk biaya rumah sakit Ibunya yang sudah terbaring koma lebih dari 5 tahun. Dimana coba,  ada wanita jahat yang masih memikirkan ibu kandungnya sendiri? Jadinya,  menurut Alva Mia adalah malaikat.

Lalu apa haknya mulut medusa itu mengomentari apapun yang dilakukan Mia? Padahal Alva sendiri saja tidak mempermasalahkannya.

Seolah Abil adalah wanita paling sempurna saja. Kalau Abil yang hidup sesulit Mia,  apa dia akan rela menjual tubuhnya demi biaya rumah sakit orang tuanya? Apa dia akan rela bekerja keras,  membanting tulang seperti Mia?

Alva rasa tidak. Wanita egois itu bahkan mungkin akan membuang orang tuanya sendiri.

Lagipula,  Mia melakukan itu jauh sebelum dia mengenal Alva.  Sekarang dia sudah tidak melakukan pekerjaan sampingannya itu,  karena ada Alva yang menyokong kehidupannya serta biaya rumah sakit ibunya Mia.

Tentu saja,  uang gajinya serta uang yang dia curi dari Rendra tidak selalu cukup untuk menopang semua biaya itu.  Makanya Alva selalu berdalih meminta uang tambahan dari Abil,  dan dengan sedikit rayuan Abil selalu tidak pernah lupa untuk mentransfer beberapa puluh juta ke rekening Alva setiap bulannya.

Sayangnya,  semuanya sudah berakhir. Terbongkarnya perselingkuhannya dengan Mia,  serta  kejujurannya pada Abil tentu saja akan menstop semua akses Alva terhadap atm berjalannya itu.

Ahhh..  Sialan.

Mulai sekarang Alva harus memutar otak,  untuk mencari uang tambahan.

Lagi lagi lelaki menggaruk kepalanya yang tidak gatal.  Wajahnya menekuk.

Sesampainya di apartemen,  Alva berjalan pelan pelan ke kamarnya dengan Mia.  Takut penghuni rumah yang mereka tempati terbangun.

Lelaki itu hanya menatap Mia yang tertidur di bawah selimut tebal. Maunya,  Alva segera bergelung di atas ranjang bersama Mia,  menciumi wanita itu lalu melakulan kegiatan seks panas di dinginnya udara hujan.  Tapi,  dia menciumi bau dirinya sendiri.  Berkeringat,  dan lengket.  Jadinya,  lelaki itu berjalan ke arah bathroom,  menyiram tubuhnya dalam waktu kurang dari 5 menit.  Lalu cepat cepat memakai kaos serta boxernya.

Dalam pikirannya,  dia ingin segera mengeyahkan kekesalan serta kelelahannya dengan tubuh Mia.

Lelaki itu berjongkok di sisi ranjang,  menatap Mia yang tertidur dengan lelap. Rasanya dada Alva menghangat. Dia sangat ingin,  setiap malam melihat wajah damai di depannya ini.

Baru menyentuh pipi Mia dengan jemarinya yang dingin,  wanita itu sudah terbangun.  Matanya menyipit menatap wajah Alva yang tersenyum ke arahnya.

"Al? "

Ada nada terkejut dalam suaranya. 

"Hmm."

"Kamu ko disini? Bukannya kamu harusnya di Bali ya? " katanya lagi.  Wanita itu sudah benar benar terbangun.

"Aku kangen kamu," kata Alva.  Lelaki itu berkilah. 

"Terus Abil gimana? "

Alva hanya mengangkat bahu. Wajahnya nampak enggan membicarakan wanita itu, dan Mia langsung bisa menebaknya.

"Dia ga mau maafin kamu? "

"Hemm." Lagi lagi Alva hanya bergumam.

"Kita bicarakan itu nanti ya sayang? " kata Alva lagi.  Lelaki itu sudah mencondongkan wajahnya ke leher Mia,  dan dalam beberapa detik,  bibirnya sukses mendarat di lekukan leher Mia.

"Aku kedinginan dan kelelahan,  8 jam cuma di pakai bulak balik Bali - Jakarta, " gumamnya di atas kulit leher Mia.

Mia langsung mengerti maunya Alva apa.  Di hangatkan,  di buat lupa dengan capenya.  Di beri kenikmatan di atas ranjang.  Jadinya wanita itu hanya diam,  saat Alva menyingkap selimutnya,  lalu merangkak naik ke atas tubuhnya.

Lalu,  menggunakan hidungnya,  Alva menyusuri leher Mia,  hingga ke ujung dagu. Nafasnya menggelitik Mia,  dan menit berikutnya dia menggantinya dengan bibirnya.  Menyicip Mia dari berbagai arah.  Menciumi Mia dengan nafas yang terengah engah.

Suara hujan di luar sana yang semakin lebat, tidak membuat keduanya merasa kedinginan, padahal kini mereka tengah bergelung di atas ranjang tanpa sehelai kain sama sekali.

Jadinya subuh itu mereka nikmati bersama.  Bukan hanya sekali,  tapi beberapa kali ejakulasi.  Alva sampai tertidur lelap setelahnya, dia memeluk Mia dengan penuh kepuasan.

****

Tepat hari ke 8 Alva baru menginjakan kakinya di apartemen yang dia beli bersama Abil.

Alva rasa,  Abil pasti sudah ada disana.  Karena dia tau jadwal kepulangan honeymoon mereka dari Bali harusnya malam tadi.  Itupun, jika Abil benar benar membunuh waktu honeymoon mereka sendirian.

Sepanjang satu minggu itu, Alva pakai untuk memikirkan cara bagaimana membuat hidup Deandra Salsabilla menderita dengan keinginan balas dendamnya itu.

Persoalan uang yang selama ini Ia dapatkan cuma cuma dari Abil,  Alva sudah mendapatkan cara bagaimana menutupi masalah keuangannya itu.  Mungkin,  dia bisa memanipulasi dana dari beberapa proyek yang tengah dia garap.

Alva juga yakin,  karena Abil begitu berhasrat membalas dendam dengan pengkhianatannya selama 7 tahun kebersamaan mereka,  Alva rasa Abil tidak mungkin menceritakan apa yang Alva lakukan terhadap Rendra.

Lagipula,  ujung tujuan balas dendam Deandra Salsabilla adalah membuatnya di tinggalkan Mia bukan?  Yang tidak mungkin Mia lakukan.  Jadinya Alva bertekad untuk membuat Abil yang menderita.

Jika Abil meminta ceraipun,  setidaknya Alva bisa mengajukan gugatan harta gono gini.  Toh,  beberapa aset yang Abil miliki saat ini,  ada beberapa puluh juta uang Alva di dalamnya.  Meski tidak setengahnya bahkan tidak sampai seperempatan dari harga belinya, uang tambahannya itu. Tapi mereka sudah meneken kontrak di atas kertas bermaterai di hadapan notaris,  jika itu milik mereka berdua.

Alva tidak rugi rugi amatlah ya. 

Namun bagi Alva,  harta segitu belum cukup untuk membuatnya puas membalas dendam terhadap Rendra. Alva hanya akan puas,  saat melihat seluruh milik Rendra berpindah tangan padanya.

Tunggu saja,  sampai akhir Alva tidak akan menyerah. Nantinya dialah yang akan membuat Rendra dan Abil memohon mohon terhadapnya.

Saat memasuki apartemen,  suara komentator televisi acara pertandingan voli mengomentari sorak sorai penonton yang menyambut Alva.

Lelaki itu berjalan santai,  tangannya menarik koper yang dulu Ia bawa ke Bali bersama Abil, lalu dia bawa pulang ke Jakarta pada hari itu juga.

Dia menatap Abil sebentar,  wanita itu tidak tergugah untuk menatap ke arah Alva.  Dia masih anteung menatap TV layar datar mereka.

Sampai akhirnya,  sebuah sindiran membuat langkah Alva berhenti.

"Ternyata kamu masih tau jalan ke apartemen ini! "

Suara itu terdengar datar.  Sangat menyebalkan di telinga Alva.

Harusnya Alva mengacuhkannya saja,  tapi entah kenapa dia malah balik menyindir Abil. Tanpa sadar,  lelaki iti membuka suara

"Menikmati honeymoonmu sendirian hmm?  Kasian.  Kau tidak menangis setiap hari karena aku meninggalkan kamu kan? "

Kata kata itu mencuri atensi Abil. Wanita itu melirik ke arah Alva yang masih berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk.

Lalu, Abil tersenyum separuh.  Wajahnya nampak tenang.  Alva bahkan sampai bergidik melihat bagaimana Abil menanggapi semua perkataan Alva tanpa amarah.

"Aku menikmatinya, justru aku ingin berterimakasih padamu Kak," katanya

"Seandainya kau tidak meninggalkanku,  mungkin aku hanya akan menjadi orang yang tolol. "

Alva tersenyum miring,  dia memutar matanya dramatis. Sangat melodrama sekali kalimat Deandra Salsabilla barusan.

"Kau sendiri,  bagaimana, menikmati tubuh jalangmu itu Kak? "

Senyum Alva menghilang,  dia terlihat geram.

"Kau tidak ingin berterimakasih padaku? " dia bertanya acuh

"Well,  aku sudah memberimu waktu selama satu minggu untuk bercinta dengan pelacur itu. " katanya lagi

"Kau--" Alva terlihat marah.  Tapi Abil menanggapinya dengan wajah datar.  Wanita itu bahkan tidak mengalihkan tatapannya,  saat Alva jelas jelas membelalakan mata yang berkilat amarah itu pada Abil.

Abil sangat santai.

Tapi Alva tiba tiba terkekeh, dengan cara tertawa yang meremehkan.  Lelaki itu memperbaiki letak rambut bagian depannya,  yang jatuh menutupi seperempat mata.

"Iya aku menikmatinya. Sangat menikmatinya.  Jelas sekali,  kalau tubuh Mia 100 kali lipat lebih baik,  dari pada aku harus menghabiskan malam pertama kita itu dengan menikmati seongok daging di balut tulang sepertimu. " Alva bersungguh sungguh.

Dari kata katanya itu,  Abil sampai menahan nafas.  Jelas, Alva serius.  Jadi malam pertama yang harusnya menjadi milik Abil,  malah di lewati suaminya dengan wanita lain? Dengan pelacur?

Hebat...

"Tubuhmu,  benar benar tidak membuatku tertarik Deandra.  Wake up,  kalau kau menjual tubuhmu,  tidak akan ada yang sudi membelinya. "

"Oh ya?  Kau berpikiran begitu?  Kalau tubuhku tidak bisa membuat mu serta lelaki di luar sana berselera? "

"Haruskah kita buktikan itu? "

Abil menantang.  Di depannya Alva hanya menaikan satu alis.  Bertanya lewat tatapan matanya. Lalu detik selanjutnya Abil sudah berdiri,  berjalan ke arah Alva,  dan berhenti tepat tiga langkah di depan suaminya itu.

"Diam disitu,  jangan bergerak!! " katanya lagi.

"Apa yang kau lakukan? "

Alva tiba tiba panik,  saat Abil membuka kancing piamanya satu persatu.  Mata wanita itu menetap di wajah Alva.

"Membuktikan kata kata mu,  bahwa aku tidak akan membuat mu berselera. "

"Jangan lalukan hal yang hanya akan membuatmu malu Abil. "

"Kenapa aku harus malu? " dia bertanya. Seluruh kancing piamanya sudah terbuka. Lalu dengan satu gerakan tegas,  Abil melepaskan atasan piama itu dari tubuhnya.  Menyisakan bra hitam berenda,  yang nampak kontras di kulitnya.

Demi Tuhan, tanpa sadar Alva bahkam sampai meneguk ludah.

"Toh aku memperlihatkannya pada suamiku sendiri," lanjutnya lagi

Lalu ini wanita itu sudah menurunkan celana piamanya.  Hingga akhinya,  tubuhnya itu hanya di balut celana berenda tipis serta bra berenda berwarna senada.

Dan saat itu Alva sudah menahan nafas. Degupnya tiba tiba mengencang,  berdetak sangat norak.  Dia bahkan berusaha mengalihkan tatapan matanya,  tapi entah kenapa kepalanya terasa sulit di gerakan.

Sungguh Alva tidak mengira,  darahnya berdesir melihat tubuh Deandra Salsabilla yang nyaris telanjang. Kulit mulus itu,  seolah minta di sentuh tangan Alva. Payudara mungil yang menyembul dari bra itu, nyaris membuat Alva hilang akal. Dan Alva tidak sanggup,  menurunkan pandangannya ke arah sensitif istrinya itu. Karena jika begitu, Alva tidak tau apa dia masih akan tahan atau tidak.

Lalu,  saat Abil membuka branya dengan gerakan super lambat,  Alva memaki

"Sinting! " katanya. Dia berdalih.

Dan sebelum Alva ikut ikutan sinting,  lelaki itu segera berjalan ke arah kamarnya.  Dalam hati,  dia mengutuk dirinya sendiri,  bagaimana bisa dia menikmati pemandangan itu dengan degup yang tak karuan?

Oh God..

Alva gila.

Dan yang Alva baru sadari,  bahwa Abil berbahaya.  Sangat berbahaya.  Dulu Alva pikir,  dia tidak ingin menyentuh Abil karena tidak tergugah dengan tubuh wanita itu. Tapi kini,  pemikiran itu salah besar. Alva rasa,  alasannya adalah karena dia enggan menyentuh tubuh dari makhluk yang tercipta dari sperma Rendra.

Di ruang TV,  Abil hanya tersenyum miring.  Dia tidak merasa terhina dengan penolakan Alva.  Justru dia merasa menang,  melihat Alva yang panik,  jelas sebenarnya lelaki itu yang telah kalah.

*****

TBC

Nih kalau gini kan masuk akal,  udah ada mulai tanda tanda gimana Alva beberapa kali deg degan karena Abil.  Kalau yang dulu mah,  apa tiba tiba cemburu kagak jelas. Wkwkwkkwkwk


Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

150K 7.1K 29
π™π™Šπ™‡π™‡π™Šπ™’ π™Žπ™€π˜½π™€π™‡π™π™ˆ 𝘽𝘼𝘾𝘼~ ____________πŸ•³οΈ____________ Jika ditanya apakah perpindahan jiwa keraga lain, kalian percaya? Menurut saya perc...
593K 56.9K 126
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
350K 40.8K 30
Plot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yan...
1.2M 56.2K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...