Melody Potter and the Deathly...

By Melody_Warsionts

24.9K 1.9K 276

Melody harus menyelesaikan misinya yang diberikan Dumbledore. Dia juga harus membantu Harry berburu horcrux... More

Niall and 7 Potter
Melody's Trip
Necklake
Party (sambungan chapter Necklake)
Looking
Ministry of Magic
Start
Finding
Bukan Chapter Baru, Tapi Please Baca :"v
Ngobrol
The End-Real Life
Gemma's Friend
Godric Hollow
Special Chapter (biodata)
Dumbledore and His Lies
REMAKE

Back to Wizard World

1K 103 31
By Melody_Warsionts

Gadis berambut kecoklatan itu membuka kedua matanya dalam kertekejutan. Tubuh dan wajahnya banjir oleh keringat. Tubuhnya kaku dan nyeri di beberapa bagian saat dia hendak mengangkat tangannya untuk memegang kepalanya yang pusing.

Kemudian dia terdiam saat menemukan langit – langit kayu sebuah rumah di hadapannya. Sebuah langt – langit kayu keemasan dengan lampu kecil di tengahnya yang menerangi seluruh ruangan.

Gadis itu pun memandang sekeliling. Rupanya dia berada di sebuah ruangan kecil yang hampir semuanya serba kayu. Di sebelah barat ruangan ada sebuah meja yang merapat pada tembok dengan beberapa hiasan seperti bunga, mangkuk buah, dan akesoris di atasnya.

Lalu pada dinding di dekat pintu ada sebuah gantungan baju, di sana tergantung beberapa jaket dan pakaian. Di samping ranjang ada sebuah laci kecil yang di atasnya terdapat sebuah termos dan gelas serta sebuah jam waker.

Dengan susah payah, gadis itu mengangkat tubuhnya. Dia mengerang kecil merasa sakit pada punggung dan bahunya. Rasanya seperti tubuhnya baru saja dijatuhkan dari ketinggian seratus meter, sakit sekali.

"Kau sudah bangun ? bagaimana perasaanmu ?"

Melody menoleh dengan terkejut ke arah pintu begitu mendengar kalimat tersebut. Dia mengerjap beberapa kali saat melihat seorang gadis berdiri di ambang pintu dengan sebuah nampan di tangannya. Gadis itu memiliki warna rambut coklat tua dengan mata hijau yang terasa familiar untuk Melody. Da tersenyum pada Melody sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Um... si-siapa kau ? ini d-di mana ?"

Gadis itu menoleh dengan senyum di wajahnya saat Melody bertanya padanya dengan suara serak dan terbata – bata.

"Tenang saja, kau aman. Kau ada di rumah pohonku. Oh ya, namaku Gemma Styles, panggil saja Gemma," katanya. Melody tak langsung menimpali, dia menatap gadis bernama Gemma itu selama beberapa saat sampai Gemma kembali membuka mulutnya dan berkata,

"Temanmu juga ada di sini. Dua sudah bangun tiga hari yang lalu, mau aku memanggilkan dia untukmu ?"

"Teman ?" ulang Melody dengan dahi berkerut, "ya, temanmu... Liana ?" kata Gemma. Melody terdiam selama beberapa saat lalu dia terkesiap, "ya! Liana! Bagaimana keadaannya ?" katanya kaget. "Seperti yang kukatakan dia sudah bangun beberapa hari yang lalu. Kau akan tahu keadaannya saat kau melihat dia, tunggu biar kupanggilkan dia sebentar." Kata Gemma.

Gadis itu meletakkan nampan berisi perban dan botol – botol obat di atas laci lalu berjalan keluar dari ruangan. Melody menunduk menatap tangannya, banyak sekali perban yang melilit tangannya, bahkan ada bagian baru yang dipasangi perban.

Tapi anehnya, melihat semua perban itu Melody malah tersenyum. Sebuah senyum lega nan haru. Dia mendengus lega lalu memeluk tangannya sendiri. Untuk pertama kalinya merasa bersyukur mendapatkan semua itu.

Kenapa ?

Karena semua itu nyata. Inilah dia yang sebenarnya. Seorang gadis aneh dan bodoh yang rela terluka demi melihat senyum teman – temannya. Setidaknya, meskipun dunia yang dia tinggali saat ini tidak bisa dibilang sebuah hidup yang menyenangkan, Melody bahagia menjadi dirinya sendiri. Karena ini adalah hidup yang telah dia perjuangkan.

Duk! Duk! Duk!

"Melody!"

Melody mendongak dan melihat Liana berdiri di ambang pintu, mengambil nafas banyak – banyak dengan kedua mata melebar melihat gadis itu.

"Liana!" sahut Melody, Liana tersenyum kemudian berlari kecil menuju Melody lalu memeluknya dengan erat. "Oh syukurlah Tuhan! Aku khawatir kau tidak akan pernah bangun lagi... syukurlah..." Kata Liana.

Melody tersenyum kemudian membalas pelukan Liana, "maaf membuatmu khawatir," katanya. Liana melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu Melody, "kau terlihat pucat. Apa kau lapar ? kami baru saja akan membuat makan malam." Katanya.

Melody mengangguk kecil, "ya, aku lapar," katanya. "Baiklah! Bisa berdiri ?" tanya Liana, "kurasa bisa," jawab Melody. "Bagus, ayo kita ke ruang makan! Masakan Gemma sangat enak, kau tahu ?" kata Liana.

Melody mengekeh sembari menurunkan kakinya dari ranjang kemudian berdiri dengan bantuan Liana. "Gemma Styles, aku merasa familiar dengan nama itu," katanya. "Tentu, dia kakaknya Hazza." Kata Liana.

"Hooo... calon kakak iparmu~?"

"Melody!"

.

.

"Itu adalah sebuah gua yang cukup berbahaya, terletak di lautan Wales—ngomong – ngomong kita sudah tidak Wales. Gua itu adalah gua dengan sihir hitam, orang – orang biasanya menyimpan barang berharga mereka di sana agar tidak ada yang berani mencurinya. Jika ada orang yang datang ke sana, akan ada sebuah gelombang besar yang menghantam mereka, mantra apapun tak akan berfungsi. Ada suatu makhluk di dalamnya, makhluk yang mengirimkan ilusi padamu. Harus pakai ramuan tertentu untuk menghilangkan ilusinya, karena jika tidak dihilangkan dan orang yang terkena makin terlena dengan ilusi itu... dia... akan mati... Jenis ilusinya bermacam – macam tergantung orang yang terkena ilusinya. Aku cukup yakin kalau kalian terkena ilusi yang berbeda."

"Jadi di sana bukan tempat di mana hocrux berada..." gumam Melody. "Ya, dan setelah melakukan berbagai pencarian lagi kurasa akan sulit menemukan hocrux yang disembunyikan Riddle," kata Liana. "Sudah berapa lama aku pingsan ?" tanya Melody, "hampir satu minggu," jawab Gemma.

Melody menghela nafas panjang, "apa yang harus kita lakukan sekarang ? aku kehabisan ide," katanya. Melody menunduk menatap makan malamnya, mengerutkan dahi guna berpikir. "Aku juga hampir kehabisan ide. Satu – satunya hal yang bisa kupikirkan adalah mengirimi Hermione surat, atau mungkin menemuinya. Tapi rasanya mustahil, aku takut suratku disadap." Kata Liana.

"Um... tentang hocrux ini..." kata Gemma perlahan membuat Melody dan Liana menoleh padanya. "Kurasa aku punya beberapa tebakan tentang itu," kata Gemma. "Tebakan ?" tanya Liana, Gemma mengangguk, "menurut ceritamu, kau-tahu-siapa selalu memakai barang – barang mewah atau bersejarah sebagai hocruxnya dan kebetulan sekali aku tahu satu barang bersejarah. Aku tahu tentang barang ini karena dulu aku di Hufflepuff." Katanya.

"Apa itu Gemma ?" tanya Melody. "Piala Helga Hufflepuff. Tapi itu sudah lama hilang, aku tidak tahu di mana keberadaannya," kata Gemma. Melody dan Liana menghela nafas kecewa, "piala itu bisa ada di mana saja tapi—ah! Aku punya seorang teman yang penuh dengan informasi!" kata Gemma.

"Teman ?" ulang Liana, Gemma mengangguk, "dia bersembunyi di dekat desa muggle tak jauh dari sini. Dia juga lulusan Hogwarts dan dia baru akan pergi dari tempat persembunyiannya lusa besok. Dia anggota Orde Phoenix!" kata Gemma antusias.

Melody dan Liana bertukar pandang senang, "anggota orde phoenix ?!" tanya Melody. Gemma mengangguk, "kita bisa menemuinya besok! Aku akan mengirim surat padanya kalau kita akan berkunjung! Aku yakin kalian ingin bertemu dengan anggota orde phoenix bukan ?" katanya. Melody dan Liana langsung saja mengangguk penuh kesenangan.

Gemma tersenyum lalu bangkit dari duduknya, "kalau begitu aku akan mengirim surat padanya sekarang, kalian tunggulah di sini," katanya, kemudian gadis itu pun pergi ke kamarnya, meninggalkan Melody dan Liana berdua di ruang makan.

"Kira – kira, siapa anggota orde phoenix yang Gemma maksud ?" tanya Liana, Melody mengedikkan bahunya, "dia bilang, anggota yang ini lulusan Hogwarts dan kalau melihat Gemma yang masih muda, pasti kenalannya masih muda juga... Louis ?" katanya. "Hmmm... mungkin saja..." gumam Liana.

Tiba – tiba saja keadaan menjadi hening di antara keduanya. Melody mengambil sendoknya lalu kembali memakan makan malamnya sementara Liana mengelus – elus mug hangat di tangannya. Keduanya terdiam, tenggelam dalam pemikiran masing – masing.

Melody kembali memikirkan apa yang terjadi pada ilusinya. Hal – hal yang terjadi padanya terasa begitu nyata dan sejujurnya menyenangkan. Kalau dibandingkan dengan kehidupan nyatanya, tentu anak kecil pun akan lebih memilih kehidupan dalam ilusinya. Tapi, seperti yang telah disebutkan, Melody sudah cukup bahagia dengan kehidupan nyatanya.

"Melody," panggil Liana tiba – tiba, "hm ?" kata Melody sembari menoleh padanya. "Mungkin pertanyaan ini agak frontal... tapi... apa yang kau lihat di dalam ilusi ?" tanya Liana ragu – ragu sembari menatap Melody.

Melody terdiam selama beberapa saat, bertukar pandang dengan gadis itu. Kemudian dia mendengus-tertawa, Melody menunduk menatap makan malamnya dan menjawab,

"Kehidupan normal,"

"Kehidupan normal ?" ulang Liana. Melody mengangguk, "di sana, kita semua muggle. Tak ada pertempuran, hidup damai. Kau ada di sana, teman satu SMA-ku. Lalu, Niall, Hazza, Zayn, Louis, dan Liam tergabung dalam sebuah grup menyanyi—ini bagian yang agak menggelikan menurutku. Harry ada bersamaku, di rumah kami... aku bahkan masih punya orangtua..." kata Melody. "Oh... aku mengerti..." kata Liana, "bagaimana denganmu ?" tanya Melody kemudian.

Liana mengekeh, "hampir sama. Kehidupan normal, sekolah muggle... orangtua kandung..." katanya perlahan. "Orangtua kandung ? apa maksudmu ?" tanya Melody bingung. Liana tersenyum miring, dia menghela nafasnya, "kurasa sudah saatnya kau tahu..." katanya sembari menatap Melody. "Tahu apa ?" kata Melody.

"Melody... Aku ini... bukan sepupu kandung Hermione." Jawab Liana.

Melody terdiam, otaknya memproses dengan lambat. Setelah akhirnya mengerti, gadis itu terkesiap, "bagaimana bisa..." gumamnya. "Bisa saja. Jadi, orangtua yang selama ini mengurusku bukanlah orangtua kandungku. Aku sudah tahu tentang ini sejak dua tahun yang lalu. Aku anak adopsi, sejak aku kecil jadi aku tak ingat. Aku tak tahu di mana orangtua kandungku, aku tak punya minat untuk menanyakannya. Aku sayang pada keluargaku yang sekarang, meskipun aku yakin suatu hari nanti... aku harus mencari orangtua kandungku." Kata Liana.

"Oh Liana, aku ikut sedih..." kata Melody, Liana tersenyum, "terimakasih. Tapi aku sungguh tak apa, orangtuaku yang sekarang baik padaku, aku senang bisa bersama mereka. Lagi pula, jika aku tidak ada di keluarga itu, aku tidak akan bertemu denganmu dan yang lain." Kata Liana.

Melody tersenyum, "ya kau benar," katanya. "Yah... sekarang aku tak mau memikirkannya," kata Liana. "Tapi Liana," kata Melody, "apa ?" tanya Liana. "Bukan maksudku menghina hanya saja... meskipun kau tidak bertemu dengan keluargamu yang sekarang, kupikir kita akan tetap bertemu. Darah penyihir sudah mengalir di dalam dirimu, dan mau bagaimana pun caranya kau akan tetap masuk ke Hogwarts." Kata Melody.

Liana tertawa, "yeah... aku tak terpikir tentang hal itu," katanya. Melody tersenyum, "dan karena kau bukan sepupu kandung Hermione... jika suatu hari Hermione akan bersama Ron, lalu Harry bersama Ginny dan kau bersama Hazza... aku bisa menjodohkan anakku dengan anakmu karena kita tak akan terikat hubungan saudara jauh! Yah aku tahu kalau dulunya Mr dan Mrs Weasley saudara jauh tapi kalau kita menjodohkan anak kita itu benar – benar akan menyatukan keluargamu dan keluarga Hermione!" khayal Melody.

Liana tertawa, "kau ini ada – ada saja. Tapi, untuk mewujudkan semua itu... yang pertama kali harus kita lakukan adalah... keluar dari masalah ini, mengalahkan Riddle!" katanya. Melody mengangguk, "yeah! Kita harus mencari piala itu sampai dapat!" katanya.

.

.

Author's Note :

Oke, Mel tau apa yang ada dipikiran kalian,

"Pendek banget!"

"Kenapa baru update sekarang ?"

Lol, sumpah Mel pengen update cepet tapi ternyata nggak bisa. Terus tadinya chapter ini tuh panjang, cuman file aslinya ada di laptop Mel, sementara laptop lagi dipinjem sekolah buat persiapan UN. 
Jadi chapter yang ini di publish seadanya yang kebetulan Mel simpen di hp.

Setelah ini mungkin Mel bakal lebih susah update lagi soalnya UN dan kawan kawan udah dadah - dadah ngajak belajar :'v
Mohon dimaklumi yang kawan - kawan.

Oh ya, terimakasih loh ya udah baca cerita ini, apalagi buat kalian yang baca dari ff Melody Potter yang pertama. I LOVE YOU GUYS~

Do'akan laptopnya cepet balik ya guys~
Do'akan UN Mel lulus :'v


Oke, sekian dan terimakasih. See you next chapter~

Melody,


p.s : Mel sama temen - temen bikin cerita kolaborasi nih!
Isinya oneshoot semua, kalau tertarik silahkan liat liat pekerjaan Mel ya.

Judul cerita barunya : TALES (dongeng)

Continue Reading

You'll Also Like

250K 299 4
21+
2.2K 122 16
Ada sebuah undangan tur detektif yang diselenggarakan oleh orang misterius! Muncul seorang pemuda berkacamata yang mampu mengalahkan Zuan dalam berba...
905K 67.1K 71
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
74.5K 3.7K 16
Seorang hantu yang datang atas panggilan seorang gadis,kisah cinta mereka terhalang oleh banyak musibah. Akankah mereka bisa bertahan menghadapi musi...