Back to Wizard World

1K 103 31
                                    

Gadis berambut kecoklatan itu membuka kedua matanya dalam kertekejutan. Tubuh dan wajahnya banjir oleh keringat. Tubuhnya kaku dan nyeri di beberapa bagian saat dia hendak mengangkat tangannya untuk memegang kepalanya yang pusing.

Kemudian dia terdiam saat menemukan langit – langit kayu sebuah rumah di hadapannya. Sebuah langt – langit kayu keemasan dengan lampu kecil di tengahnya yang menerangi seluruh ruangan.

Gadis itu pun memandang sekeliling. Rupanya dia berada di sebuah ruangan kecil yang hampir semuanya serba kayu. Di sebelah barat ruangan ada sebuah meja yang merapat pada tembok dengan beberapa hiasan seperti bunga, mangkuk buah, dan akesoris di atasnya.

Lalu pada dinding di dekat pintu ada sebuah gantungan baju, di sana tergantung beberapa jaket dan pakaian. Di samping ranjang ada sebuah laci kecil yang di atasnya terdapat sebuah termos dan gelas serta sebuah jam waker.

Dengan susah payah, gadis itu mengangkat tubuhnya. Dia mengerang kecil merasa sakit pada punggung dan bahunya. Rasanya seperti tubuhnya baru saja dijatuhkan dari ketinggian seratus meter, sakit sekali.

"Kau sudah bangun ? bagaimana perasaanmu ?"

Melody menoleh dengan terkejut ke arah pintu begitu mendengar kalimat tersebut. Dia mengerjap beberapa kali saat melihat seorang gadis berdiri di ambang pintu dengan sebuah nampan di tangannya. Gadis itu memiliki warna rambut coklat tua dengan mata hijau yang terasa familiar untuk Melody. Da tersenyum pada Melody sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Um... si-siapa kau ? ini d-di mana ?"

Gadis itu menoleh dengan senyum di wajahnya saat Melody bertanya padanya dengan suara serak dan terbata – bata.

"Tenang saja, kau aman. Kau ada di rumah pohonku. Oh ya, namaku Gemma Styles, panggil saja Gemma," katanya. Melody tak langsung menimpali, dia menatap gadis bernama Gemma itu selama beberapa saat sampai Gemma kembali membuka mulutnya dan berkata,

"Temanmu juga ada di sini. Dua sudah bangun tiga hari yang lalu, mau aku memanggilkan dia untukmu ?"

"Teman ?" ulang Melody dengan dahi berkerut, "ya, temanmu... Liana ?" kata Gemma. Melody terdiam selama beberapa saat lalu dia terkesiap, "ya! Liana! Bagaimana keadaannya ?" katanya kaget. "Seperti yang kukatakan dia sudah bangun beberapa hari yang lalu. Kau akan tahu keadaannya saat kau melihat dia, tunggu biar kupanggilkan dia sebentar." Kata Gemma.

Gadis itu meletakkan nampan berisi perban dan botol – botol obat di atas laci lalu berjalan keluar dari ruangan. Melody menunduk menatap tangannya, banyak sekali perban yang melilit tangannya, bahkan ada bagian baru yang dipasangi perban.

Tapi anehnya, melihat semua perban itu Melody malah tersenyum. Sebuah senyum lega nan haru. Dia mendengus lega lalu memeluk tangannya sendiri. Untuk pertama kalinya merasa bersyukur mendapatkan semua itu.

Kenapa ?

Karena semua itu nyata. Inilah dia yang sebenarnya. Seorang gadis aneh dan bodoh yang rela terluka demi melihat senyum teman – temannya. Setidaknya, meskipun dunia yang dia tinggali saat ini tidak bisa dibilang sebuah hidup yang menyenangkan, Melody bahagia menjadi dirinya sendiri. Karena ini adalah hidup yang telah dia perjuangkan.

Duk! Duk! Duk!

"Melody!"

Melody mendongak dan melihat Liana berdiri di ambang pintu, mengambil nafas banyak – banyak dengan kedua mata melebar melihat gadis itu.

"Liana!" sahut Melody, Liana tersenyum kemudian berlari kecil menuju Melody lalu memeluknya dengan erat. "Oh syukurlah Tuhan! Aku khawatir kau tidak akan pernah bangun lagi... syukurlah..." Kata Liana.

Melody Potter and the Deathly HallowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang