Pangeran Kelas

By henputra

13.5M 340K 15K

#1 in Teen Fiction [09-05-2017] Berjuta cerita cinta terukir di dalam dunia. Akan ada setiap harinya tetesan... More

PANGERAN KELAS
SATU: GAGA
DUA: ASHILA
TIGA: ANTARA GAGA DAN ASHILA
EMPAT: GAGA ON THE RACE
LIMA: GAGA MINTA MAAF
ENAM: THE FLASH AND DANGER
TUJUH: LAGU UNTUK ASHILA
DELAPAN: PERLINDUNGAN GAGA
SEMBILAN: ALEX
SEPULUH: KEBAHAGIAAN GAGA
SEBELAS: MOMMY ASHILA
TIGA BELAS: SQUISHY UNTUK RAFA
EMPAT BELAS: GAGA UNTUK ASHILA
LIMA BELAS: GEMASNYA GAGA DAN ASHILA
ENAM BELAS: STATUS BARU GAGA DAN ASHILA
TUJUH BELAS: KEKECEWAAN ASHILA
DELAPAN BELAS: KEDATANGAN NICO
SEMBILAN BELAS: NICO MASIH SAYANG

DUA BELAS: UNGKAPAN RASA GAGA

178K 11.3K 358
By henputra

HALO, APA KABAR?

SELAMAT MEMBACA YA AYANG 😍

KOMENTAR SETIAP PARAGRAF YA 😘

ABSEN DULU SEBELUM MEMBACA 👋

***

Seulas senyum tergambar jelas di wajah Gaga, sekarang dia sedang menikmati udara segar malam dari balkon. Kedua tangannya menggenggam pembatas pagar yang terbuat dari stainless. Balkon lantai dua rumah Gaga dipenuhi pot-pot hias yang diisi bunga anggrek dan bunga berwana-warnai yang selalu tampak segar, membuat gedung berwana putih itu terlihat asri.

Gaga memandang langit yang enggan menampilkan hiasannya. Udara yang dingin membawa pikirannya ke mana-mana. Cowok yang sedang mengenakan baju kaus berwana hitam itu mengingat-ingat kembali pertemuan pertama kalinya dengan Ashila di sekolah. Tidak mudah bagi Gaga tertawa sendiri saat memikirkan seseorang seperti saat ini.

Di saat seperti ini, Gaga sepenuhnya mengerti ada yang berbeda dari Ashila. Tidak tahu kenapa dia bisa sampai memiliki rasa ketertarikan pada perempuan itu. Gaga tidak pernah menyangka sebelumnya jika perempuan yang menurutnya di awal pertemuan itu sangat menyebalkan, kini terus saja bersarang di pikirannya. Perempuan itu selalu melayang-melayang di benak Gaga. Perasaan Gaga kini susah untuk dijelaskan. Tidak sesederhana orang-orang katakan selama ini, yaitu benci jadi cinta.

Gaga menghela napas panjang, gerimis datang membasahi jalanan perlahan-lahan. Bulir-bulir yang jatuh dari langit membuat Gaga memutuskan untuk berpindah tempat, meninggalkan balkon menuju kamarnya. Untuk ukuran seorang laki-laki, kamar Gaga terbilang sangat rapi, belum lagi warna yang didonimasi putih pun membuat kesan itu tak dapat didustakan.

Gaga membaringkan tubuhnya di ranjang. Kedua matanya menatap langit-langit kamar. Sunyi. Tidak ada suara kecuali tetesan air hujan yang jatuh ke atap rumahnya. Suasana seperti ini membuat Gaga bertanya pada dirinya sendiri. Sebuah pertanyaan naruliah seorang laki-laki yang sedang kasmaran. Apakah Ashila sudah memiliki pacar?

***

Gaga bersandar di depan kelas menatap Ashila yang berjalan di koridor. Semenjak tadi malam Gaga selalu memikirkan perempuan itu. Gaga memperhatikan senyum merah muda itu dari ambang pintu. Gaga menarik napas panjang, seorang cowok baru saja menghalau langkah Ashila. Gaga bergeming mencoba menebak apa gelagat cowok di kelas sebelah.

"Hai, cantik... anak baru yah?" goda cowok tersebut ketika Ashila baru saja ingin melintasi kelasnya.

Siapa yang tidak mengenal Riski, seorang siswa yang tidak lulus sekolah hingga harus mengulang kembali pelajaran kelas dua belas sekali lagi. Posturnya yang besar membuat Riski menjadi salah satu orang yang ditakuti di sekolah. Bisa dibilang dia adalah premannya SMA Nusa Bangsa. Banyak siswa yang tidak mau berurusan dengan dirinya. Namun, Gaga tidak mau memikirkan rapor Riski yang tidak pernah terkalahkan itu.

"Eh?" Ashila terkejut.

Riski mencolek dagu Ashila. "Kenalan bisa kali."

"Gak usah jual mahal sama gue." lanjutnya lalu memegang tangan Ashila.

Ashila menarik tangannya, mencoba melepaskan pegangan erat itu. "Apaan sih?"

"Tangannya mulus banget." info Riski ke segerombolan temannya yang berdiri di belakang tubuhnya.

Gaga yang terus memperhatikan dari ambang pintu kelas akhirnya tidak tahan lagi. Ini sudah melewati batas. Gaga berjalan untuk ikut campur. "Dasar kampungan lo semua!"

"Wih... ada pahlawan kesiangan nih." Cowok berbadan besar itu mendorong Gaga.

Riski mencengkeram kerah baju Gaga. "Mau apa lo?"

"Lo berani sama gue?" Cowok itu terkekeh meremehkan kemampuan Gaga. Mentang-mentang badannya berbobot lebih besar dari lawannya.

Gaga berhasil melepaskan gumpalan tangan yang mencengkeram kasar kerah bajunya, lalu mendorong Riski masuk ke dalam kelas. Gaga tidak mau ada guru yang melihat mereka ribut di luar kelas seperti ini. Gaga ingin menyelesaikan masalah ini sekarang juga, tanpa ada yang memisahkan. Gaga perlu memberi cowok itu pelajaran. "Gue gak suka lo pegang tangan dia."

"Tutup pintu kelas. Biar gak ada guru yang liat." ucap salah satu anggota Riski.

Ini adalah kesenangan Riski. Dia gemar berkelahi. Apalagi sekarang musuhnya cukup oke untuk mengukur kekuatannya. Sudah lama dia penasaran dengan kekuatan seorang Gaga yang dia ketahui pandai bela diri. "Memangnya lo mau apa kalau gue pegang-pegang dia? Gue rasa, ini cewek kalau gue peluk gak bakal nolak kok." Riski mencolek dagu Ashila untuk kedua kalinya.

Melihat kekurangajaran Riski, Gaga langsung mendorong tubuh besar cowok itu ke meja hingga membuat susunan meja berantakan. " Sekali lagi lo berani sentuh dia, lo gue habisin!"

"Gue bakal hajar lo sekarang juga!" Tangan Gaga terkepal tak bisa lagi menahan desakan untuk segera menghajar Riski.

Riski dengan sigap membenarkan posisinya untuk kembali berdiri. "Gak usah sok jagoan lo! Memangnya ada hubungan apa lo sama ini cewek?"

Hening. Satu detik, dua detik, tiga detik.

"Gue pacarnya." ungkap Gaga yang membuat Riski tambah terpancing ingin terus membuat Gaga emosi. Tak kalah, kondisi kelas pun menjadi riuh mendengar pengumuman tegas Gaga.

"Oh.... pacar. Gue mau cium pacar lo boleh, kan?" Riski tergelak angkuh.

"Bangke lo!" Gaga melesatkan pukulan terbaiknya tepat ke rahang sebelah kanan Riski namun cowok berbadan besar itu dengan lihai menghindar.

Ashila memegang bahu Gaga dan dari tatapan mata Ashila, terlihat sekali sangat memohon agar tidak perlu lagi melanjutkan perkelahian ini. "Sudah, Ga. Cukup." Suara Ashila membuat Gaga meredam emosinya untuk sesaat.

Riski terus tertawa. "Ayo hajar gue lagi!"

"Gue tantang lo pulang sekolah berantem di halaman belakang." Gaga mendengus panas, melengos keluar kelas setelah mengucapkan itu.

Gaga dan Ashila pergi ke taman sekolah. Ashila menarik tangannya dari pegangan Gaga. Gaga tahu, perempuan itu pasti meminta dirinya menjelaskan atas ucapannya beberapa saat lalu. Setelah sampai di taman, benar saja Ashila langsung memprotes ucapan Gaga. "Maksud lo apa sih tadi bilang gue pacar lo?"

"Gue tadi cuma belain lo aja. Gak ada maksud apa-apa." Gaga berusaha menjelaskan.

"Bilang makasih kek." sambungnya, membuat Ashila menggeleng tidak mengerti.

"Tapi mereka kira kita pacaran beneran, Ga." Suara Ashila meninggi. "Lagi pula gue bisa jaga diri gue sendiri."

Gaga tidak ada niat sama sekali untuk bertengkar dengan Ashila seperti ini. Sekarang entah mengapa semuanya menjadi serba salah. Gaga hanya ingin menolong saja. "Tangan lo dipegang-pegang kayak tadi, lo bilang bisa jaga diri?" tatap Gaga serius. "Gue cuma gak mau lo digangguin kayak tadi."

"Masalahnya sekarang mereka pikir kita pacaran." Ashila membalikkan badan tidak mau menatap mata Gaga.

"Gue gak pernah peduli apa yang orang-orang pikirkan." Suara itu membuat Ashila kembali melihat Gaga.

Ashila menggeleng lalu berjalan mendekati Gaga. "Lo egois, Ga. Gue benci sama lo." Setelah mengucapkan itu, Ashila pergi meninggalkan Gaga sendiri di taman sekolah.

"Gue jatuh cinta sama lo." ungkap Gaga membuat langkah kaki Ashila terhenti bagai terpaku, sementara hatinya bergetar kuat. Perempuan itu tidak percaya dengan apa yang didengarnya saat ini.

"Semua yang gue lakukan tadi karena gue suka sama lo." Suara Gaga lagi-lagi membuat perasaan Ashila tak keruan. Dia tidak tahu apa yang dia harus lakukan sekarang. Dia tidak mengerti apa yang dia rasakan kini. Dia harus cepat-cepat pergi dari taman ini. Ashila tidak mau lagi mendengar perkataan yang keluar dari bibir Gaga. Saat ini Gaga hanya bisa menatap kepergian Ashila. Meninggalkan dirinya.

***

"Itu kan anak baru. Masa sih pacarnya Gaga?"

"Apa sih istimewanya dia?"

"Apa sih kelebihan ini cewek?"

"Beruntung banget yah dia bisa pacaran sama Gaga."

"Baru tahu gue! Sejak kapan yah mereka pacaran?"

"Kok Gaga bisa suka sama dia sih?"

"Pakai pelet kali!"

Kabar itu menyebar ke seantero sekolah bahkan semakin lama semakin liar. Ashila mendengar bisikan antar mulut dan telinga itu saat berjalan meninggalkan taman. Siapa yang tidak mengenal Gaga di sekolah itu. Beberapa gosip bahkan menambahkan kalau Ashila diperebutkan Gaga dan Riski. Kabar burung itu tidak benar. Ashila terus berlari di koridor menuju kelasnya. Ashila berharap memiliki semacam kekuatan agar bisa mengulang waktu. Sehingga semua ini tidak akan terjadi.

"Lo pacaran sama Gaga?" tanya Kinta dan Rina bersamaan saat Ashila baru saja tiba di kelas.

Ashila hanya membisu. Ashila tidak tahu harus menjawab apa. Semua mata sekarang seperti melihatnya. Begitu besarkah pengaruh seorang Gaga hingga membuatnya sekarang menjadi pusat perhatian?

Rasa gelisah menghampiri hati Ashila. Dia teringat ucapan Gaga yang menyatakan kalau cowok itu suka dengan dirinya. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya bisa berlari meninggalkan Gaga. Ashila tidak tahu apakah dia bisa mengontrol dirinya agar tetap tenang ketika Gaga berada di kelas nanti. Ada apa dengan hatinya? Apakah Ashila telah mengingkari kata hatinya? Benci tapi tak ingin jauh dari Gaga.

Pelajaran pertama sudah dimulai. Gaga belum juga masuk ke dalam kelas. Pikiran Ashila terus saja terganggu oleh bayang Gaga. Ashila hanya memikirkan di mana sekarang Gaga berada. Cowok yang membuat perasaannya tidak keruan itu.

Hingga jam istirahat berbunyi Gaga masih belum juga menampakkan batang hidungnya. Sebenarnya Ashila sangat ingin keluar kelas untuk mencari cowok itu. Namun, langsung Ashila urungkan niat itu karena dia tidak ingin mendengar pertanyaan-pertanyaan atau lebih buruknya lagi ada yang berbicara asal tentang statusnya dengan Gaga.

Lengkap sudah Gaga membuat Ashila tidak tenang karena hingga jam pelajaran terakhir selesai cowok berambut gelap itu tidak juga masuk ke dalam kelas. Gaga bolos di semua jam pelajaran.

"Ashila, Gaga mau berantem sama Riski di halaman belakang sekolah!" info Kinta dan Rina buru-buru. Ashila memasukkan buku-buku ke dalam ransel dengan cepat lalu ikut berlari ke halaman belakang sekolah dengan perasaan sangat takut.

Ashila menerobos kerumunan murid yang ikut menyaksikan pertarungan Gaga dan Riski. Dan ada beberapa murid yang menjaga situasi agar tidak ketahuan guru. Semua sudah aman dan terkendali. Perkelahian ini tidak akan dibubarkan.

Ashila berhasil melihat Gaga yang sedari tadi ada dipikirannya. Ashila sudah berteriak untuk mencegah Gaga namun suaranya kalah kencang dengan suara anak-anak yang memberi dukungan kepada Gaga dan Riski.

"Gue mau kasih tahu peraturannya. Jika lawan sudah terjatuh gak boleh lagi menyerang. Paham?" jelas Roy yang berdiri di antara Gaga dan Riski.

Gaga mengangguk setuju sambil membuka satu kancing paling atas seragamnya. Dari matanya yang berkilat, Gaga sudah tidak sabar ingin menyelesaikan perkelahian yang tertunda tadi.

Senyum meremehkan terlukis jelas di wajah Riski. Dia juga sudah sangat tidak sabar ingin cepat-cepat menghabisi Gaga.

Ketika Roy memulai pertarungan itu, Ashila tidak sanggup melihat. Perempuan itu hanya menutup matanya dengan kedua tangan. Ashila mendengar suara murid-murid berteriak.

"Hajar!"

"Sikat!"

"Habisi sekarang juga!"

Sudut bibir Gaga berdarah. Seragamnya sobek dan dipenuhi bekas tendangan Riski di tubuhnya. Gaga masih mencoba mengimbangi Riski yang posturnya lebih besar dari dirinya. Terlihat beberapa kali Gaga membalas serangan Riski dengan pukulan yang secepat kilat. Mereka terlihat imbang. Karena ketika Ashila membuka mata, Gaga dan Riski sama-sama terjatuh. Namun Gaga masih ingin mencoba bangkit lalu kembali menghajar Riski. Gaga tidak peduli betapa sakit luka yang membekas di sudut bibir dan dahinya sekarang. Gaga berhasil mengalahkan Riski dengan sisa tenaganya.

"Sudah, Ga. Cukup." Ashila berdiri di hadapan Gaga. Matanya tertutup karena tangan Gaga yang melayang hampir mengenai wajahnya. Gaga menghentikan gerakan tangannya. Napasnya tersengal-sengal.

"Gue bilang cukup, Ga." Mata Ashila berkaca-kaca. Dia tidak sanggup melihat cowok di hadapannya itu terluka seperti ini.

"Jangan bikin gue takut." Setetes bulir air mata Ashila terjatuh.

Pertarungan ini telah selesai. Melihat Riski tersungkur di lantai, Roy berseru. "Pemenangnya, Gaga."

"Sial." umpat Riski sambil memegang tulang rusuknya yang sakit. Dia menjauh dari tempat itu dengan terpincang-pincang.

Semua murid yang menyaksikan pertarungan itu, bahkan ada yang membuatnya sebagai taruhan pun bubar serentak. Ashila membawa Gaga ke salah satu warung di luar sekolah. Mereka duduk di kursi panjang yang warung itu sediakan. Gaga membeli air mineral untuk membasuh wajahnya. Ashila melihat Gaga terlihat menahan perih.

Ashila menarik kembali tangannya yang ingin memegang sudut bibir Gaga. "Lo luka, Ga." Ashila terlihat sangat khawatir sekarang. "Sakit gak?"

Gaga terkekeh, seolah tidak peduli rasa sakit di sudut bibir dan dahinya. "Lo gak perlu khawatirin gue, Shil."

Gaga menatap Ashila sungguh-sungguh. "Gue gak kenapa-napa kok. Mending lo pulang aja sekarang."

Dada Ashila terasa sesak. "Ya sudah. Gue pulang."

Gaga menghela napas berat ketika Ashila berdiri dan berjalan meninggalkannya. "Gue suka sama lo, Shil."

Mendengar itu Ashila lantas berbalik lalu menatap mata Gaga. Cowok itu kini memegang tangannya, hingga membuat Ashila bisa merasakan detak jantung Gaga yang tidak beraturan. Gaga memandang Ashila lekat-lekat. "Lo mau gak jadi pacar gue?"

Ashila merasakan dinginnya tangan seorang Gaga hingga membuat perempuan itu sampai menarik tangannya dari genggaman Gaga.

"Setidaknya beri gue jawaban, Shil."

Ashila melihat wajah Gaga, mencari ekspresi bercanda. Ashila menggeleng karena tak menemukan yang dia cari. "Jawaban apa sih, Ga?"

"Gue suka sama lo, Shil. Gue gak tahu kapan tepatnya. Yang jelas makin ke sini gue selalu kepikiran lo."

Ashila memberanikan diri untuk menatap mata Gaga sekali lagi. "Kita baru kenal, Ga. Nggak bisa secepat ini. Maaf... gue gak bisa kasih jawaban sekarang, Ga."

"Masih ada harapan kalau jawaban lo itu mau jadi pacar gue, Shil?" lirih Gaga.

"Oh iya... kompres luka lo biar lebamnya berkurang." Ashila tidak menjawab apa-apa. Perempuan itu sekarang setengah berlari ketika ada angkot mendekat.

Gaga mengejar Ashila yang sudah di dalam angkot. "Ashila, tunggu... ini gue ada squishy buat adek lo." Ketika Ashila memandangnya dengan tatapan penuh damba, Gaga melanjutkan ucapannya. "Makasih tadi lo sudah khawatir sama gue, Shil."

Ashila mengangguk. Gaga tidak lagi berlari mengejar angkotnya. Ashila melihat Gaga dari kaca belakang. Cowok itu mengacak pinggang dengan napasnya yang tersengal-sengal. Sekarang tentu saja Ashila tidak dapat menahan bibirnya untuk tersenyum. Ada sisi seorang Gaga yang membuat Ashila harus mengakui kalau Gaga layak untuk dijadikan pacar. Namun, Ashila masih ingin melihat kesungguhan dari Gaga.

***

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPAD AKU YA. BIAR JADI AYANG AKU 🥰

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI BIAR BAPER BERJAMAAH!

TERTANDA, HENDRA PUTRA ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

26.9M 1.1M 47
[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA] 'Tentang lara yang lebur dalam tawa.' Bagi Sheila, menyukai Aland adalah sesuatu yang m...
5.6M 85.6K 10
[DIPRIVATE! FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Di dunia ini gak ada yang mustahil." "Ada." "Apa?" "Lo." "Gue?" "Lo mustahil untuk jadi milik gue." Tentang mere...
550K 1.4K 1
Di hari pertama kelas 10, Rama heran mendapati ada seorang siswi bernama Ajeng yang selalu memakai celana olahraga meski bukan pelajaran penjaskes. A...
1.9K 173 12
Menceritakan tentang seorang gadis bernama Huang Renjun yang suka kepada sahabat nya nya di kampus yang bernama Lee Jeno tapi, Jeno malah menyukai se...