Beberapa saat yang melegakan. tapi tiba lagi saat menegangkan, untuk seseorang yang sedang duduk didalam mobil sendiri, mengetahui apa semuanya sudah baik-baik saja. Apa dia tidak terlambat. Fayola menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukan pukul tujuh lewat lima.
Fayola fikir dia akan aman karna jam belum menunjukan pukul 7.15 saat acara di mulai, namun sebenarnya Ia tak sepenuhnya ingat. Informasi yang lengkap adalah sebelum jam 7.15 acara di mulai, semua peserta MOS harus sudah berada di lapangan.
Fayola... satu-satunya siswa datang pukul 7, dan saat itu juga semua siswa sudah kumpul di lapangan semua untuk mendengar arahan dari Osis.
Sampai di depan gerbang. Jantungnya berdebar kencang, tapi Ia berusaha untuk tidak menampakannya Ia sangat yakin semua akan baik-baik saja. Ia melangkahkan kaki dengan santai, matanya melirik kesekeliling halaman sekolah tak ada siswa yang berpakaian sama dengan dia. Tanpa pikir panjang Ia bergegas, berlari-lari kecil untuk segera bertemu teman seperjuangan, namun langkahnya terhenti. Seseorang meneriakinya? habislah dia.
"Hei Lo peserta MOS, baru datang?"ujar perempuan salah satu pembina OSIS, nadanya santai. tapi mampu membuat jantungnya memompa seperti ingin meledak.
Mampus lo! Kenapa dia ngomong ke arah gue. Batinnya
Fayola menoleh ke arah suara itu, dengan takut-takut.
Ia tersadar kalo perempuan itu bicara padanya, Fayola melirik kanan-kiri menyakinkan dirinya, bahwa Ia tidak terlambat sendiri pasti masih ada siswa lain yang berkeliaran disitu. Tapi kosong. Dengan metatih langkahnya Ia berjalan ke kaka osis itu. Dan berkata dengan polosnya, walaupun Ia tahu itu terlalu bodoh.
"Kaka panggil saya?"tanyanya dengan polos, sudah di bilang Fayola benar-benar tolol.
"Emang ada orang lain selain lo,Hah!" nadanya meninggi, membuat Fayola tercengang, kaka itu terlihat marah.
Fayola menunduk, "Gak ada kak,"sahutnya pelan, Ia berusaha tidak melawan.
"Nggak usah pasang muka munafik Lo! Ikut gue sekarang!"
Fayola mengikutinya, berjalan di belakang kaka itu, dengan wajah yang was-was.
Perjalanan panjang menyusuri koridor sekolah yang tak asing lagi baginya. Pikirannya di penuhi tentang hukuman apa yang akan Ia terima? Ia sangat ketakutan, karna dirinya satu-satunya peserta yang terlambat. Sendiri. Semakin membuatnya ingin menangis saja, Ia ingin pulang. Ia tidak mau mendapat hukuman.
*****
Sampainya di lapangan. Tampak anak-anak lainnya sudah berbaris dengan atribut lengkap yang mereka gunakan, dan mengikuti acara pembukaan Mos sekolah Kebangsaan Timur. Huuu! Ia sedih, seharusnya Ia juga ada di sana bukannya malah berdiri sendiri di lapangan tempat yang berbeda dari mereka, juga harus siap menerima hukuman.
Fayola berdecak kesal, kesialan dirinya pagi ini, di hari pertama masuk sekolah. Ia menatap Ketua osis tinggi menjulang, berparas bak aktor jefri nichol itu sedang berbicara dengan lantangnya. Tiba-tiba mata Ketos itu tak sengaja menangkap Fayola yang sedang berdiri sendiri.
"YANG TERLAMBAT TOLONG JANGAN GABUNG, DAN SELAMAT MENUNGGU HUKUMAN DARI GUE!"
Fayola hanya menunduk pasrah. Semua mata kini tertuju padanya, Ia benar-benar ingin pulang sekarang, atau pura-pura pinsan aja ya? Sayang Fayola Ia paling tak suka berpura-pura, bakat jadi artis tak ada sama sekali di dirinya.
Oh Tuhan tolong hamba mu ini!
Perasaannya tidak karuan sekarang, takut, sedih, malu. Semakin malu karna mereka semua menatap Fayola menggosip tentang dia, gadis malang.
"Kasian banget sih!"ucap salah satu peserta Mos
"Untung aja gue nggak terlambat , kalo nggak gue juga akan dihukum juga kayak dia."
"Ra itu Fayola kok bisa sih dia telambat"ucap Zalha sahabat Fayola.
"Di hari penting gini dia terlambat, gue jamin dia nggak akan selamat sama ketos itu,"
Mau taruh dimana mukannya sekarang. Suasana jadi riuh, banyak orang membicarakannya.
Ingatan tentang Informasi seakan kembali di ingatanya tentang pengumuman lengkap tentang informasi mos, jangan sampai tidak di ikuti. Kalo nggak tamatlah riwayat kalian. Baru saja Ia memikirkannya ketos itu kembali mengingatkan.
"Jangan coba-coba terlambat akan berakibat fatal!"ucap ketos itu dengan lantang
Teriknya cahaya mentari, mampu membuat keringatnya bercucuran memenuhi wajahnya. Ia benar-benar tak kuat harus menahan panas matahari. Namun, itu bukan hukuman yang sebenarnya Ia baru menerima the real hukuman setelah acara pembukaan selesai.
Rasanya Ia tak akan kuat menahannya. Kepalanya pusing, pandangannya samar-samar, mungkin akan pingsan sebentar lagi.pikirnya kalo dia pingsan mungkin dirinya tak jadi di hukum, ya kali setega itu kan, Namun itu tak akan pernah terjadi. Karna Ia keburu di panggil dengan kaka Osis.
Ia berdecak kesal.
Lagi-lagi Ia harus berjalan di belakang kaka osis di depannya seperti anak ayam mengikuti induknya. Entah mau di bawa kemana lagi sekarang. Perjalanan panjang menyusuri koridor membuat kakinya pegal, abis di jemur lalu di suruh berjalan sejauh ini.
Kaka itu berhenti, dimana sekarang ruangannya gelap hanya ada cahaya dari lampu yang setengah redup, Ia sedikit takut. Ruangan ini memang belum pernah Ia liat sebelumnya dan disana Ia melihat seseorang berjalan menunju dirinya. Ketua osis. Mata Faylola membulat, Jantungnya seperti ingin copot, Ia tampan tapi terlihat seram baginya.
"Ini peserta mos yang terlambat Vin,"ucapnya pada ketua osis, lalu berlalu pergi dan memberikan senyuman jahat pada Fayola.
"Lo tau dong apa resikonya orang terlambat,"Gavin menunjuk Fayola, membuat gadis itu bergedik ketakutan. Ganteng-ganteng seram.
"Iya kak saya tahu, saya akan mendapat hukuman yang sangat fatal,"ujarnya patah-patah, Ia begitu takut sekarang berhadapan dengan ketua osis.
"Jangan buat wajah kasian di depan gue, karna gue gak punya hati untuk orang yang sudah melanggar peraturan"tegas Gavin
"Kira-kira apa yah, hukuman yang cocok buat lo, biar lo kapok,"lanjutnya
"Vin, gue boleh kasih saran nggak,"lontar seseorang di samping Gavin, yang sedari tadi Fayola tidak menyadari keberadaan orang itu. Ia membisikan Gavin sesuatu, Fayola bisa dengan jelas melihat Ia tersenyum ada sesuatu di baliknya.
Perasaannya nggak enak.
"Lo ikut gue, mau gue kasih hukuman"ujarnya sambil tersenyum jahat
Mau tidak mau Fayola harus mengikuti ketos itu, Ia di bawa ke tempat yang lebih sepi tak ada seseorang sama sekali disana, rasanya Ia ingin berteriak kenapa harus di bawa ketempat yang sepi sih.
Kayaknya gue mau di bunuh kali yah, sepi amat tempatnya.batinnya
"Kak ini tempat sepi amat,"gumamnya
Tiba-tiba ketos itu mendorong Fayola ke dinding dan dngan cepat menyergap tangan Fayola , sekarang tubuh mereka sangat dekat hanya tinggal beberapa jengkal saja
Ia tak bisa bergerak. Ketos itu benar-benar menguncinya Fayola mengeram memenjam matanya, karna ini sudah tak wajar. Hukuman macam apa inu.
"Kak lepasin saya, apa yang sebenarnya yang kaka mau lakuin sama saya?"lirihnya, nafasnya terengah-engah
"Ini hukuman lo! Jangan mengelak ataupun berusaha lari dari gue, tenangnya aja akan sakit, malah akan buat li ketagihan,"ucap Gavin dengan penuh nafsu.
Fayola sangat takut. Ini pelecehan terhadap dirinya, Ia tak peduli ini hukuman, Fayola pun berusaha lepas dari ketos mesum itu.
"Berani kaka ngapa-nagapain saya, saya akan laporin kaka ke polisi dan akan membeci kaka seumur hidup saya"serunya, dengan mata tertutup. Terlihat gemas.
"Terserah lo mau ngadu sama siapa tapi yang penting lo harus nerima hukuman lo dulu, dan gue nggak peduli lo mau benci gue atau apapun itu"
Dia memulai mendekati wajahnya ke wajah Fayola, tapi Fayola terus-terus memalingkan wajahnya berusaha menghidar dari apa yang akan dilakukan lelaki ini padanya, Gavin pun tidak mau kalah dari Fayola dia pun semakin mendekatkan wajahnya kepada Fayola semakin dekat hampir bersentuhan Fayola, Fayola semakin mengeram berusaha melepaskan diri.
Tiba-tiba ada yang menariknya.
"Hah! Gue di selamatin, Gue akan berterima kasih sama dia,"ucapnya dalam hati.
Setelah selamat Fayola yang masih memenjamkan mata sambil berjalan mengikuti seseorang yang sedang menarik tangannya sedangkan ketos yang bernama Gavin itu kesal, lihat seseorang yang telah memanggil mangsanya darinya.
"Sialan banjingan lo, berani yah lo ambil dia dari gue,"gumam Gavin kesal
Gavin langsung mengikuti mereka, tetapi tiba-tiba saja Gavin di hentikan dengan seseorang yang memanggil dia "Gavin" ucap salah satu guru, Ibu Karin
"Kamu di panggil kepala sekolah "Ucap Ibu karin
Kesal. Tapi, Ia harus pergi. Kepala sekolah lebih penting baginya. Langkahnya di percepat mengingat hal yang baru saja buat dirinya kesal.
Ia harus membalas dendam.
Next part🔜