HURT ENOUGH [COMPLETE] [Love...

Από diana-w

794K 34.1K 747

"when it hurts to look back and you scared to look ahead you can look beside you and someone who really loves... Περισσότερα

HURT ENOUGH
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8 "Kyle"
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14 (Kyle)
Chapter 15 (epilog)

Chapter 10

45.2K 2K 60
Από diana-w

Aku melihat dari kejauhan, dua anak kecil berlarian sambil tertawa geli. Aku mendekati mereka yang sedang saling mengejar satu sama lain.

Anak laki laki dengan rambut cokelat gelap yang dipotong pendek meraih tangan anak perempuan dengan rambut berwarna merah panjang bergelombang, si anak perempuan yang awalnya tertawa riang berubah menangis didepan anak laki laki yang memegangnya.

Badannya tiba tiba tampak seperti butiran butiran pasir yang diterbangkan angin terlepas dari genggaman si anak laki laki yang berusaha menggenggam pasir pasir yang dengan cepat menghilang.

Anak laki laki itu meraung, menangis terduduk memukul mukul tanah. Aku hanya diam tak bisa menggerakkan kakiku ketika kejadian itu terjadi.

Tiba tiba pemandangan hijau perbukitan berubah menjadi tanah tandus. Aku bergidik saat melihat rumput rumput dikakiku dengan cepat layu kemudian mati tanpa bekas.

Udara yang awalnya sejuk dan segar berubah menjadi sesak dan panas. Anak laki laki itu bangkit memunggungiku berdiri di tepian tanah yang menuju jurang.

Aku ingin mendekatinya tapi kaki ku sama sekali tak mau bergerak dari tempatnya seperti dilem dengan kuat membuatku putus asa.

"Kyle...?" suaraku yang pelan menggema. Anak laki laki itu berbalik memandangiku. Wajahnya penuh dengan air mata. Tanganku terangkat berusaha menggapainya, memintanya untuk tidak melakukan sesuatu yang kutakutkan akan dilakukannya.

"Kemarilah Kyle" pintaku, Kyle hanya tersenyum kemudian menjatuhkan tubuhnya kedalam jurang. Aku terbangun dalam keadaan basah kuyup karna keringat dingin akibat mimpi buruk. Tenggorokanku terasa kering dan panas. Aku mencoba mengontrol nafasku yang terengah engah seperti habis berlari.

Aku berjalan terhuyung huyung keluar dari kamar menuju dapur, mencari segelas air untuk melepas dahagaku. Setelah selesai menegak satu gelas besar air, aku berjalan menuju kamar Kyle ingin melihat keadaannya. Aku benar benar takut dengan apa yang ku impikan tadi akan terjadi.

Kyle tidak ada dikamarnya membuatku menjadi panik. Aku mencarinya dengan cemas dan bernafas lega setelah menemukannya duduk di sofa dekat perapian sambil memegang sebuah buku di pangkuannya.

Jari jari Kyle menyentuh buku tersebut dengan eksperesi sayang dan sedih yang menyayat hatiku yang melihatnya. Kyle tersadar dari lamunannya dan melihatku yang berdiri tak jauh darinya.

*****

Aku menatap tubuh Joanna yang meringkuk dalam tidur. Kusampirkan selimut ketubuhnya yang hanya ditutupi kemeja besarku.

Malam sudah semakin gelap dan dingin tapi mataku tidak ingin beristirahat, aku sudah mulai terbiasa tidur dengan tubuhnya dalam dekapanku dan ketika dia tidak ada disampingku rasanya ada yang kosong.

Aku keluar meninggalkannya pulas dalam tidur, tidak ingin membangunkannya. Aku berjalan menuju ruang kerja grandpa, tempat dimana beliau mengajari aku dan Nora mengenai pengelolaan keuangan peternakan di umur kami yang masih muda dan granny akan datang dan mengeluh dengan kegiatan kami diruang kerjanya kemudian menyuruh kami keluar untuk bermain.

Aku tersenyum mengingat wajah galak grandpa yang tak bisa berkutik kalau sudah berdebat dengan granny. aku membawa album foto keruangan perapian dimana lukisan mereka berada.

"Aku benar benar merindukan kalian" bisikku sambil mengelus foto mereka berdua.

Aku begitu rindu dengan mereka, merekalah yang membuatku dan Nora bisa kembali tersenyum. Satu persatu halaman kubuka dan menampilkan wajah mereka yang begitu bahagia.

Aku tersadar dari lamunan melihat Joanna begitu pucat dan berkeringat berdiri didepanku. Entah kenapa ada rasa lega saat melihat wajahnya. Aku memintanya duduk disampingku.

"Kau terbangun?" aku bertanya padanya yang berjalan terhuyung kemudian duduk disampingku. Aku mengelap keringat di keningnya yang dingin dengan tanganku.

"Kau habis bermimpi buruk?" tanyaku lagi sambil merapikan rambutnya kebelakang telinga. Tiba tiba matanya berair dan menangis menatapku.

"Sssh... Joanna, kenapa menangis?" Joanna langsung memelukku, tubuhnya bergetar karna terisak isak. aku mengelus punggungnya tak tahu harus berbuat apa. Pipiku bersandar dipuncak kepalanya. tubuh mungilnya selalu pas saat berada dalam dekapanku membuatku tak ingin melepaskannya.

Dia menangis cukup lama, sampai akhirnya tangisan mulai berhenti digantikan sesegukan kecil.

"Kyle, maukah kau berjanji padaku."

"iya?"

"Berjanjilah. Apapun yang terjadi kau tidak akan menjatuhkan dirimu kedalam jurang. Berjanjilah." Joanna semakin erat memeluk tubuhku. Aku hanya diam bingung dengan perkataannya. Kepalanya mendongak menatapku.

"Kumohon, berjanjilah" pintanya. Air mata masih bergenang dimatanya.

"Apa kau baru bermimpi aku terjun ke jurang?" tanyaku menatap heran padanya. Kepalanya mengangguk lemah dengan dahinya merengut

"Baiklah, aku berjanji" Aku tersenyum menghadapi kekonyolannya. "kau butuh istirahat.Tidurlah" ibu jariku mengelus airmata dari pipinya.

"Maukah kau tidur bersamaku?" kedua alisku naik mendengar permintaannya.

"Maksudku tidur, tanpa ada sentuh menyentuh.. eh, maksudku kau dan aku tetap memakai baju hanya tidur berdampingan.. eh, tidak melakukan apapun.."

Joanna tergagap menjelaskan maksud perkataannya. Hatiku senang melihat tingkahnya yang kelagapan, terlihat manis saat pipi chubbynya memerah. Aku mencium bibirnya untuk menghentikan kata katanya yang semakin tidak jelas.

"Aku mengerti."

******

Kepalaku bersandar dilengannya yang terbentang menjadi bantal tidurku. Kami hanya diam menyaksikan jari jariku yang mengait jari jarinya diatas perut Kyle. Ibu jarinya mengusap punggung tanganku. Rasanya begitu nyaman berada dalam dekapan Kyle yang hangat.

"Joanna?"

"Hmm?" aku bergumam memandangnya.

"Kau mau mendengar sebuah cerita?"

"Cerita pengantar tidur?" tanyaku dengan senyum senang

"Ya, bisa dibilang seperti itu" jawab Kyle ragu.

"Ceritakan" dada Kyle naik saat dia menghirup nafas kemudian mengehembuskannya. Berusaha tenang saat menyampaikan ceritanya.

"Dahulu kala, disebuah perkebunan kecil yang begitu jauh dari pusat kota hiduplah seorang gadis kecil yang cantik jelita. Dia adalah satu satunya permata dimata orang tuanya yang membuatnya begitu disayang dan dimanja. Gadis kecil yang selalu berada dalam perlindungan orang tuanya penasaran akan dunia luar. Sampai suatu hari dia jatuh cinta dengan laki laki yang datang dari luar wilayahnya. Begitu tampan dan gagah. Laki laki itu menawarkan kebahagiaan padanya dan dia menerimanya tapi kedua orang tuanya tidak ingin permata mereka yang berharga direnggut orang lain maka mereka mengurungnya dan itu membuat sigadis semakin ingin keluar dan meneguk kebebasan." Kyle berhenti sejenak, matanya masih memandang jari jarinya yang mengait dengan jariku.

"Maka si laki laki datang mengeluarkan si permata dan membawanya lari. Si gadis begitu bahagia dan bersemangat menentang semua rintangan didepannya hanya untuk berada disamping prianya. Tapi si gadis lupa dia hanyalah gadis cantik yang manja dan belum mengenal dunia dengan baik. Dunia dan pria yang di cintainya merenggut permata-permata dihatinya dan dia hanya menjadi sebuah batu tanpa kilauan." aku menatap Kyle yang larut dalam ceritanya.

"Setelah mengetahui bagaimana dunia luar, dia kembali kerumah orang tuanya dengan membawa dua permata ditangannya yang rapuh. Si ayah menolak dengan keras dan mengusirnya. Si gadis pun terombang ambing, dia bukan permata lagi dan dia bukan si gadis cantik jelita lagi, dia menjadi batu hitam yang kejam menyalahkan kedua permata ditangannya, menyalahkan mereka karna merenggut permata darinya. Salah satu permata yang paling kecil hampir kehilangan cahaya kilauannya saat sigadis berusaha menghilangkannya. permata yang lain tak bisa berbuat apa apa karna kilauannya pun mulai meredup sampai si ibu peri datang menyelamatkan kedua permata itu ke istananya." sudut bibir kyle naik saat mengucapkan nama ibu peri.

"Si ayah pemilik istana masih tak mengizinkan kedatangan Kedua permata itu tapi cahaya kilauan si permata kecil merubahnya. Sejak saat itu si permata pertama berjanji akan menjaga kilauan si permata kecil" Kyle menarik jari jariku untuk memeluk pinggangnya. Kyle memelukku agar aku tidak bisa melihat wajahnya. tidak bisa melihat raut mukanya saat dia menceritakan kisah ibunya.

"Apa yang terjadi dengan sigadis?" bisikku di relung lehernya.

"Sigadis menjadi gila." jawab Kyle dengan suara datar membuatku hanya bisa diam tak tahu harus mengatakan apa.

"Kau mau aku melanjutkan?" Kyle bertanya sambil mencium puncak kepalaku.

"Iya"

"Baiklah, sekarang aku akan menceritakan mengenai si permata pertama, kristal dan mutiara." kyle berhenti berbicara, aku mendongakkan kepala menatapnya yang tersenyum lemah menatapku.

"Setelah ibu peri dan si ayah gadis pergi untuk selamanya menuju tempat yang bersinar dilangit. Si permata pertama mengajak si permata kecil untuk melihat dunia dan meninggalkan istananya. Si permata pertama begitu takjub dengan dunia luar yang begitu berkilauan. Cahayanya hanya seonggok cahaya diantara ribuan cahaya yang sama dengannya membuat dirinya tak lagi menjadi spesial. Sampai dia menemukan sebuah kristal yang memantulkan cahaya pelangi. Semua mata terhipnotis dengan pendaran cahaya pelangi begitu juga dengannya." kyle berdeham kemudian melanjutkan lagi ceritanya.

"Si permata pertama begitu terkejut mendapati seonggok kerang disebelah kristal yang bahkan hampir tak terlihat karna tertutup sinar pelangi kristal. Terbersit rasa penasaran saat melihat sikerang berbeda dari yang lain, tak bersinar dan tak berkilauan tapi sikerang hanya duduk tenang tak peduli sedangkan si permata berusaha menggosok dirinya untuk lebih berkilauan dari yang lain tapi tetap usahanya sia sia. Diapun mendekati si kerang dan terkejut mendapati sinar polos keluar dari dalam kerang, saat dia hampir melihat mutiara polos dan cantik itu cahaya pelangi kristal datang dan membuat sikerang mengatupkan lagi dirinya sehingga cahaya mutiranya kembali bersembunyi." kyle berhenti bicara untuk mencium dahiku.

"Saat si permata berada disamping kristal, dia bisa merasakan cahayanya kembali bersinar terang. semua orang melihat dan berbicara padanya, mengelu elukannya. cahayanya yang makin bersinar akibat cahaya pelangi kristal membuatnya lupa akan cahaya permata kecil yang hampir redup dan cahaya polos si mutiara yang semakin tertutup. Dia begitu senang dan mulai serakah, dia tidak ingin cahaya pelangi kristal menjauh darinya, dia ketakutan setiap hari akan cahaya pelangi yang akan pergi meninggalkannya dan membuatnya seperti cahaya sigadis yang menghilang dan berubah hitam. Diapun melakukan segala cara asalkan cahayanya tak menghilang tapi apa yang paling ditakutinya terjadi cahaya semakin hilang dari dirinya setelah kristal mencampakkannya. Dia bingung, marah dan kesal pada dirinya yang tamak dan lupa kalau ada cahaya sipermata kecil yang selalu disampingnya dan membuat dirinya tampak berharga tapi penyesalan datang terlambat, cahaya permata kecil sudah meredup dan menghilang karna kelalaiannya. Cahaya menghilang total dari permata pertama dan kini dia hanya menjadi sebuah bongkahan batu" kyle kembali berdeham mencoba menghentikan suaranya yang mulai bergetar.

"You know Kyle? sometime our light goes out, but is blown again into instant flame by an ecounter with another human." bisikku direlung lehernya.

"I know. I'm just afraid that when the light began to glow and disappear again. The remaining then just pain"

"Just because you fail once. Doesn't mean you're gonna fail at everything, Kyle." aku melepaskan pelukanku dan duduk disamping tubuhnya. "please, keep trying. don't give up" bisikku

Kyle mengangkat tubuhku untuk duduk diatasnya. tangannya menarik kepalaku mendekat kewajahnya.

"I'm trying to not give up because i know you didn't give up on me" kyle mencium bibirku lembut. aku begitu senang mendengar pengakuan kyle. walaupun dia tidak mengatakan dia mencintaiku tapi ini sudah cukup bagiku. ini sudah lebih dari cukup bagiku. aku memeluk tubuhnya erat dan benar benar tak ingin melepaskannya lagi.

*****

Badan Joanna semakin panas, aku terus melap keringatnya yang tak berhenti bercucuran membasahi kemeja yang dipakainya. Aku mengompres dahinya dengan kain yang sudah dibasahi dengan air es.

Padahal tangannya begitu dingin saat dia tidur disebelahku kemudian tiba tiba menjadi panas. Matanya tertutup dengan dahi mengernyit karna kesakitan. nafasnya menjadi tak teratur. aku merendam kain kompresan Joanna kedalam air es, memerasnya kemudian menaruhnya lagi didahi Joanna yang semakin panas.

Tanganku terus memijat tangan dan kakinya untuk mengurangi rasa sakitnya. aku memanggil namanya untuk mengingatkannya aku ada disampingnya menjaganya. beban dipundakku mulai menghilang setelah aku menceritakan seluruh kisah hidupku pada mutiara kecilku dan dia tetap mencintai dan menerimaku apa adanya yang membuat seluruh dinding yang kubangun runtuh sempurna tanpa sisa.

"Kyle?" Joanna memanggilku, suaranya begitu lemah. Punggung tanganku mengelus pipinya yang semakin memerah karna demam.

"Aku disini joanna, aku tidak akan kemana-mana. Tidurlah"

"Janji?" tangannya yang panas menagkup tanganku yang berada dipipinya.

"Aku berjanji." ku kaitkan tanganku dengan tangannya dan membawa punggung tangannya kebibirku. Diapun memjamkan matanya dan tertidur.

Aku terus terjaga disampingnya memperhatikan joanna yang mulai tenang dalam tidurnya. Matahari mulai keluar dari peraduannya, menyinari langit yang gelap. Kain kompres berkali kali kurendam dan kuperas untuk menyejukkan tubuhnya yang masih panas.

Aku turun dari tempat tidur untuk mengambil es dan air putih untuk Joanna. Langkah ku berhenti saat mendapati lima orang polisi mengacungkan pistol didepanku.

"Angkat tangan!" teriak salah satu polisi yang berada paling dekat denganku. Aku mengikuti perintah mereka dan mengangkat tangan keatas kepala. salah satu polisi langsung memelintir kedua tanganku kebelakang punggung dan memborgolnya.

"Anda, Mr. Kyle kami tahan karna telah melakukan penculikan dan penyekapan" polisi itu menunjukkan selembar kertas kehadapanku. Aku hanya diam tak melawan saat tubuhku dibawa keluar dari rumah. 

"Dimana Joanna?!" Helena berdiri didepan pintu berteriak padaku .

___________________________________________________________________

oke oke segini dulu ya lanjutannya...

semoga bisa di update secepatnya

beribu ribu terimakasih buat semua yang udah mau vote dan memberikan kritik dan saran yang membangun buat cerita gaje saya ... (>.<)

selamat membaca

diana-w

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

904K 69.5K 35
WARNING : MATURE CONTENT 21+ In collaboration with Andien Wintari. ***** "Kalau ada yang nanya sama gue tentang apa yang membuat hidup ini berarti. G...
18.3K 1.3K 46
[18++] Karya ini di lindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 19 tahun 2002). Setiap...
1.2M 70.6K 40
This is Kim Hyun and Ashley's story : ***** Kim-Hyun, adalah seorang pengacara dengan kesan dingin yang sukses membuat para seniornya -Nadine Natasha...
1.2M 1.6K 1
[Mature Part] Teruntuk setiap bagian eksplisit part yang ada.