Twin Sisters

By Chantiqe

421K 7.4K 248

Dua saudara yang terpisah oleh keadaan, dan membawa mereka menemukan cinta mereka. Celina wanita angkuh dan s... More

Part 1
Part 2
Part 4
Part 5
Part 6

Part 3

30K 1.2K 5
By Chantiqe

Pagi itu dengan tergesa-gesa Celin melangkah menuju gedung perkantoran Greyson, Jesse atasannya di Pub menyuruhnya bertemu dengan pemilik Pub yang berkantor di gedung ini, entah apa kesalahan yang sudah ia perbuat. Jesse dengan tegang memerintahkannya untuk datang. Apa ini ada hubungannya dengan Jayden? Tanyanya dalam hati. Malam itu dia pergi lebih awal dari klub karena tidak ingin melihat Jayden, tapi sialnya jayden justru mengikutinya ke tempat kontrakannya. Dan lebih sialnya lagi keesokan harinya ia terbangun dan lagi-lagi dalam pelukan Jayden. Ia membenci pria itu, tapi jauh di dalam hatinya ia meragukan itu, karena setiap berdekatan dengan Jayden hatinya selalu menghangat, bahkan ia selalu ingin berdekatan dengan Jayden. Celin melangkah menuju sebuah ruangan di lantai 17 dengan tulisan Presiden Director.

"Kau lagi??". Celin terkejut melihat Pria yang kini berdiri dengan angkuhnya di depannya tersenyum padanya dengan manis, jika saja tidak diliputi harga diri, mungkin saja Celin sudah lemas dan jatuh di lantai melihat Jayden yang tampan dengan senyumnya.

"Tristan Greyson itu kau?". Tanyanya lagi.

"sebenarnya ayahku tapi itu juga nama belakangku, jadi FO di bawah sana pasti akan menuntunmu kemari, karena ayahku sudah lama mengundurkan diri dari urusan bisnis". Jayden melangkah mendekati Celin, Celin mundur selangkah.

"Jadi apa yang kau inginkan dariku?"

"Aku ingin kau bekerja disini, Aku tidak suka kau bekerja di Pub apalagi harus bekerja dua shift setiap harinya".

"Aku hanya seorang pencuri, apa kau tidak takut, aku akan mencuri darimu". Suara Celin bergetar, hatinya sakit mendengar kata-katanya sendiri.

"aku tidak mau bertengkar lagi denganmu, kau bekerja disini dan aku akan membantumu mencari adikmu, bagaimana?" tawaran yang menarik dari jayden, Celin terpaku memikirkan tawaran Jayden, dia bimbang antara harga diri dan kebutuhannya.

"Aku akan menyewa seseorang untuk mencarinya". Lanjut Jayden melihat kebimbangan di wajah Celin.

"Baiklah...Aku terima tawaranmu, kapan aku harus mulau bekerja?" Celin berusaha untuk berpikir rasional sekarang. Adiknya lebih penting daripada harga dirinya.

"Bagus, kau bisa mulai sekarang, menjadi sekretaris pribadiku". Jayden tersenyum penuh kemenangan.

"Jay...!!". Jayden dan Celin serentak menoleh menuju asal suara. Jayden langsung memijat alisnya begitu tahu siapa yang datang.

"Jelaskan padaku, siapa wanita yang kau ajak kerumah, tega sekali kau tidak menceritakannya padaku!". Mata wanita itu melotot tajam memandangnya.

"hey... bukankah ini orangnya". Wanita itu tersenyum girang saat melihat Celin, Celin memandangnya dengan heran.

"Halo sayang, aku Lizbeth ibu jayden, mengapa kau harus datang disaat yang tidak tepat, waktu itu aku sedang bulan madu bersama suamiku, ayah Jayden, oh ya siapa namamu". Lizbeth memandang Celin dengan mata berbinar.

"Saya Celina dan maaf...saya tidak mengerti kata-kata anda nyonya".

"Apa yang kau tidak mengerti sayang, seharusnya kau berkunjung ke rumah calon mertuamu ketika mertuamu dirumah dan jangan memanggilku nyonya, kau bisa memanggilku Mom seperti Jay....oh Lihat betapa cantiknya dirimu, lebih cantik dari foto yang aku terima". Lizbeth terus saja mengoceh tidak tentu.

"Mom...sudah hentikan, kejadiannya tidak seperti itu".Jayden menghela nafas frustasi.

"Dan darimana kau mendapatkan fotonya, aku sendiri tidak mempunyainya". Lanjut Jayden Kemudian.

"Jangan mengelak lagi Jayden Tristan Greyson, kau bahkan mengambil salah satu bajuku padanya, aku melihat bajuku dipakai Celina dalam foto, lihat ini aku mengambilnya dari kamera cctv, Leona menceritakannya padaku, kau membawa pulang seorang gadis dan menginap di kamarmu". Ucap Lizbeth lantang tangannya menunjukkan selembar foto, yang memperlihatkan Celin tengah digendong oleh Jayden. Wajah Celin memerah mendengar kata-kata Lizbeth. Dia malu sekali, dia terdengar seperti wanita liar yang biasa melakukan one night stand.

"Bu..bukan ... begitu nyonya, kami samasekali tidak berbuat apa-apa". Ucap Celin dengan gugup.

"Aku tidak peduli apa yang kalian lakukan tapi aku akan mengurus pernikahan kalian segera, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dan satu lagi MOM, aku tidak suka dipanggil nyonya oleh menantuku sendiri". Ucapnya, membuat Jayden dan Celin menganga karena terkejut.

"sampai bertemu dirumah nak, aku mencintaimu". Lizbeth mencium pipi Jayden yang tengah terdiam karena kaget. Kemudian ia melangkah mendekati Celin dan melakukan hal serupa.

"Aku akan menunggumu datang lagi sayang, sampai jumpa". Lizbeth menuju pintu keluar ruangan Jayden. Sesaat hening diantara mereka memikirkan yang tengah terjadi.

"Beritahu pada ibumu, kalau tidak ada apa-apa diantara kita". Ucap Celin memecah kebisuan diantara mereka.

"dan baju itu, aku tidak mungkin mengembalikannya lagi pada Ibumu tapi aku akan membayarnya dengan mencicil, kau bisa memotong gajiku setiap bulan, aku tahu baju itu mahal dan dari perancang ternama, aku mempunyai salah satu dari koleksinya dulu".

"Kau masih saja bermimpi, dan kau tidak perlu merisaukan baju itu, aku yang mengambilnya dari lemari Ibuku bukan kau".

"Maaf aku lupa aku berada di kehidupan nyata sekarang". Sahut Celin sinis.

"boleh aku tahu siapa yang mengganti pakaianku malam itu?" Tanyanya kemudian Jayden menelan ludah mendengar pertanyaan yang samasekali tidak ingin didengarnya.

"hmmm.....Aku ....sendiri....".

"Apa????". Wajah Celin langsung memerah dan Jayden hanya tersenyum tanpa rasa bersalah sedikitpun.

***

Verin Pov

Sudah dua minggu aku bekerja pada Nathan, dan selama dua minggu ini Nathan menyiksaku dengan sikap dinginnya dan terkadang dengan kemarahannya yang tidak jelas.

"Apa kau tidak bisa mengerjakan segalanya dengan benar!". Dia membentakku lagi, ketika aku memberinya laporan mingguan perusahaan. Aku sudah mencoba membuat rekonsiliasi antar departemen, aku sudah mengeceknya berulangkali, aku yakin tidak ada kesalahan, tapi tetap saja aku salah.

"Maaf, saya akan memperbaikinya, sir". Sahutku, aku hanya bisa menundukkan kepalaku, aku takut melihat kemarahannya.

"pergilah!!". Perintahnya, cepat-cepat aku beranjak dari ruangannya sebelum kemarahannya lebih buruk lagi.

Di luar ruangannya aku hanya menghela nafas. Ingin sekali aku berteriak dan menangis, Nathanku berubah. Dia bukan Nathan yang penyayang lagi, apa waktu bisa mengubah orang seburuk itu? Pertanyaan itu selalu muncul di otakku.

Aku berjalan menuju cafetaria, saat ini aku perlu segelas kopi untuk menenangkan syarafku.

"sepertinya kau cukup tertekan bekerja dengan mr. Nathan?". Seseorang disebelahku mencoba memulai pembicaraan denganku, aku menoleh seorang pria yang cukup tampan tersenyum padaku.

"Iya, ini karena memang kebodohanku, sepertinya aku tidak cukup mempunyai kualifikasi sebagai asisitennya". Sahutku lemah.

"Aku Leo". Pria itu menjulurkan tangannya padaku.

"Aku Verin". Balasku.

"kalau sedikit tertekan cobalah menuju atap gedung, kau bisa menikmati pemandangan gedung-gedung di sekitar sini, mungkin bisa sedikit menenangkanmu".

"benarkah? Sepertinya aku tertarik, apa kau sibuk? Bisakah kau mengantarku kesana?". Tanyaku penuh harap, dan ia menganggukkan kepalanya.

Seperti kata Leo, pemandangan dari atas sini sungguh menakjubkan, aku tidak akan pernah bosan memandanginya. Aku harus berterima kasih pada Leo karena memperkenalkan tempat ini.

"terima kasih, ini sungguh luar biasa".

"tidak masalah, kau bisa datang kemari sesukamu".

Tidak terasa aku menghabiskan waktu yang cukup lama dengan Leo diatas gedung, membuatku takut, apa Nathan mencariku, tapi untung saja ia mempunyai jadwal pertemuan dengan seseorang membuatku lega. Sisa waktu hari ini aku terbebas dari tekanan Nathan.

Celin Pov

Aku tidak tahu bagaimana lagi harus menghadapi Nyonya Lizbeth, dia sangat perhatian padaku, dia membelikanku begitu banyak barang-barang, aku merasa kehidupanku yang dulu sedikit demi sedikit kembali, aku kembali mengenakan pakaian dari desainer ternama, dan saat ini aku tinggal di apartemen yang Jayden belikan untukku. Hidupku lebih baik sekarang, entah bagaimana dengan Verin, aku merindukannya....

"hi seksi...". Sapa Jayden begitu aku masuk ke dalam ruangannya, dia mengerling nakal padaku, Jayden seringkali menatap nakal ke arahku, tatapannya seakan menelanjangi tubuhku, membuatku merasa seksi, dan gairahku bangkit hanya melihat tatapannya pada tubuhku, sepertinya aku sudah tertular virus kemesuman Jayden. Tidak jarang ia bicara begitu dekat padaku, membuatku merinding, nafasnya berhembus di leherku mengalirkan sensasi panas. Oh tuhan Celina, ini dikantor dan kau berpikir begitu kotornya!! Aku mengutuk diriku sendiriku.

"berhentilah memanggilku seperti itu". Sahutku sinis tanpa menoleh padanya lalu melangkah menuju sofa dan membuka layar notebookku. Aku menutupi kegugupanku dengan sibuk pada layar di depanku. Aku merasa dia bangkit dari tempat duduknya dan datang menghampiriku.

"Kau memang seksi, aku pernah melihatmu tanpa busana, kau lupa itu". Wajahku mendadak merah dan panas, bagaimana bisa ia mengungkit hal itu lagi, saat aku mengetahui dia mengganti bajuku, aku mengamuk dikantornya aku melemparnya dengan barang-barang yang ada disekitarku, tapi sepertinya Tuhan sangat sayang padanya, tidak ada satupun barang-barang itu yang mengenainya, bahkan ia hanya tertawa melihat reaksiku, jadi kusimpulkan hanya akan membuang energi jika harus berdebat dengannya.

"aku tidak ingin membahasnya lagi, menjauhlah dariku". Ucapku sinis seperti biasanya.

"nanti malam aku akan menjemputmu, aku ingin kau menemaniku menghadiri bazaar amal". Ucapnya kemudian seperti perintah lalu mengecup leherku. Jantungku bergemuruh, sentuhan kecilnya di leherku membuat tubuhku panas. Nafasnya seperti menggelitik leherku, aku terdiam tanpa bisa melawan. Tangannya mengarahkan daguku mendekat padanya, sedetik kemudian bibirnya sudah menempel lembut di bibirku, ia mempermainkannya dengan begitu lihainya, dia menghisap bibir bawahku, lidahnya masuk menjelajahinya mulutku, aku mengerang tanpa bisa kutahan. Gairah itu muncul lagi, bagian bawahku berdenyut meminta sentuhan. Dan sepertinya terkabulkan, tangannya mengelus lipatan diantara pahaku, dan tangannya yang satu sudah bergerak dengan liar di dadaku. Aku menyukai sensasi ini, begitu memabukkan. Sekarang mulutnya pun sudah menggantikan posisi tangannya yang berada di dadaku, entah kapan dia membuka kemejaku, payudaraku menyembul keluar dari balik bra, dia mempermainkan, melumatnya tanpa ampun, kembali aku mendesah, tangannya pada bagian bawahku sudah menyingkirkan pantyku dan bergerak masuk menjelajahi kewanitaanku, membuatnya basah, dia dengan liarnya menyerang kewanitaanku, gesekkan tangannya yang secara bertubi tubi membawakan kenikmatan yang baru pertama kali ini kurasakannya. Semakin lama gerakannya semakin cepat, dan aku merasa sesuatu keluar dari sana, apakah ini namanya orgasme? Mengapa begitu hebat.

"sir, Mr. Tristan saat ini sedang menuju ruangan anda". Suara intercom dari FO membuatku melonjak kaget. Malu.. aku benar-benar malu, bahkan aku menyerahkan diriku pada pria yang sudah membuatku terpisah dengan Verin, cepat-cepat aku merapikan pakaianku.

"lebih baik aku kembali ke ruanganku". Sahutku gugup, tanpa menoleh padanya. Baru saja aku melangkah, Jayden menahan pinggangku dari belakang.

"Kita belum selesai sayang". bisiknya, aku tidak mampu menjawab, dan memilih melepaskan diri darinya. Ketika aku keluar pintu aku berpapasan dengan Mr. Tristan Ayah Jayden, ia sama ramah dan baiknya seperti istrinya. Membuatku penasaran darimana Jayden memperoleh gen yang begitu menyebalkan.

"hi sayang, maaf aku menganggumu dan Jayden". Sapanya ramah begitu dia melihatku.

"tidak sir, anda tidak menganggu, dan Jayden sudah menunggu anda di dalam"

"aku tidak suka mendengar panggilan itu, aku akan menghukummu jika aku mendengar kau memanggil sir padaku lagi". Sahutnya memandang tajam ke arahku, aku hanya tersenyum menanggapinya.

"sampai bertemu lagi sayang". dia mencium keningku dan berlalu ke dalam ruangan, kehangatan menjalari seluruh tubuhku, beginikah rasanya mempuyai ayah? Aku bahkan tidak mempunyai sedikit ingatanpun pada ayahku, ia meninggal ketika usiaku baru 2 tahun dalam kecelakaan pesawat yang juga menewaskan ibuku, sejak itu aku hanya mempunyai kakek yang membesarkanku.

Nathan Pov

Setiap melihatnya bersedih hatiku sakit, tapi aku belum bisa melupakan kata-kata tajam yang ia lontarkan padaku malam itu. aku benar-benar pria jahat. Tapi aku sudah berjanji, aku akan berusaha melupakannya, tentu saja kau harus melupakannya Nathan! Tidakkah kau ingat umurnya saat itu baru 15 tahun, Hati kecilku meneriakiku. Tanpa sepengetahuannya aku menyelidiki apa yang tengah terjadi padanya, mengapa tiba-tiba ia menjadi gelandangan, rencanaku semula ingin merebut perusahaanya yang saat ini dikendalikan oleh kerabat tiri kakekknya, jika aku sudah mendapatkannya maka aku akan membuat Verin bertekuk lutut padaku, tapi itu dulu ketika aku pertama kali melihatnya lagi di kantorku. Justru sekarang aku benar-benar ingin membantunya mengembalikan perusahaannya kembali ke tangannya. Aku tidak sanggup melihat penderitaan dari matanya. dan saat ini aku merindukannya baru beberapa jam aku tidak melihatnya, aku sangat merindukannya, dan aku berharap aku tidak melontarkan kata-kata kejamku padanya.

Aku melangkah memasuki ruangannya tapi kosong, kemana ia pergi, aku khawatir dan kesal disaat yang sama.

"kemana Verin". Tanyaku pada Alina sekretarisku.

"sepertinya dia berada di atap gedung sir".

"Atap gedung??". Aku bertanya-tanya sejak kapan ia mempunyai kebiasaan berdiam diri di atap gedung.

"itulah kebiasaannya sekarang, semenjak ia dekat dengan Leo, bagian produksi, gossip kantor mengatakan, mereka berdua tengah dekat..". Alina terus saja mengoceh tanpa ia sadari kata-katanya membangkitkan amarah dalam diriku, segera saja aku beranjak keluar dari ruangan itu dan menuju lantai teratas kemudian naik menuju atap gedung.

Aku melihat dua pasang sejoli tengah asyik berbincang tanpa mereka sadari aku menatap mereka dengan dingin, kepalaku panas, seakan siap meledak, tidak ada yang boleh mendekati Verinku, Verin hanya milikku!

"Membolos di jam kerja! Sepertinya kalian berdua ingin aku memecat kalian". Ucapku dengan sinis, membuat mereka melonjak kaget. Aku mendekati mereka, Leo terlihat mengeluarkan keringat dingin dan Verin gemetaran.

"Maaf sir, kami hanya istirahat sebentar, kami tidak bermaksud".

"Leo, kembali ke ruanganmu, aku akan menyuruh HRD untuk mengurusimu!". Potongku sebelum Leo memberikanku berbagai macam alasan yang hanya akan membuatku bertambah marah. Leo pun tidak berkomentar lagi, ia pergi meninggalkanku dan Verin berdua.

"kau sangat senang membuatku marah! Tidak bisakah kalian menunggu jam pulang kerja untuk berpacaran!!" amarahku menggelegar tanpa bisa aku bendung. Verin menundukkan wajahnya, terlihat sekali ia menangis, lagi-lagi aku dilemahkan oleh tangisannya.

"sudah berapa kali aku katakan aku tidak suka melihatmu menangis didepanku".

"Maaf..". hanya itu sahutannya membuatku bersalah.

"kembali ke ruanganmu dan selesaikan apa yang kuperintahkan". Akhirnya suaraku sedikit melembut, aku tidak akan pernah bisa marah dengannya.

Mendengar kata-kataku dia segera melangkah, dia berjalan melewati, menusukkan aroma harum tubuhnya pada hidungku, memabukkan semua sarafku, mengacaukan pikirannku. Tanpa bisa aku kendalikan, tanganku dengan cepat meraih pinggangnya mendekatkannya padaku, dia terlihat terkejut, ia mendonggakkan kepalanya memandangku, lagi-lagi aku disihir oleh sorot matanya yang meneduhkan, mata bulat besar yang indah yang selalu membuatku tenang. Tanpa meminta persetujuannya, aku menempelkan bibirku pada bibirnya yang mungil, sangat lembut, kelembutan bibirnya membuatku lebih rakus lagi untuk mencicipinya, aku melumat bibirnya, menggigit bibir bawahnya, lidahku masuk menjelajahi mulutnya, tanganku bergerak memeluknya merapatkan tubuhnya pada tubuhku. Sudah lama aku menginginkan ini terjadi.

"Nath....aku ti..dak..bisa...bernafas". Suaranya tersengal-sengal, aku lupa kita juga perlu bernafas untuk hidup, aku terlalu bersemangat menciumnya, bahkan gairahku muncul karena ciuman itu. aku melepaskan dirinya dari pelukanku dan juga ciumanku. Aku kembali ke bumi!! Menyadari apa yang telah kuperbuat, pasti akan membuatnya bertanya padaku, tidak mungkin aku katakan padanya kalau aku sangat merindukannnya bagaimana juga aku adalah pria yang hanya dipenuhi harga diri dan kebodohan. Yah aku mengakui kebodohanku, permasalahanku cukup mudah, lupakan kata-katanya di masa lalu, dan kembali mengejar cintanya sekarang, tapi semuanya lagi-lagi terbentur dengan harga diri.

Tanpa berkata apapun aku pergi meninggalkan Verin yang tengah mematung dan kebingungan.

Continue Reading

You'll Also Like

7.6K 77 35
Betapa bahagianya Melani ketika seorang pemuda tampan menembaknya. Namun, ia sama sekali tidak menduga jika pemuda itu ternyata hanya berpura-pura me...
2.9M 204K 36
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
649K 42.2K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
8.5K 1.6K 29
Apa jadinya jika seorang gadis berdarah Sunda terpaksa menjalani rutinitas baru dengan hidup di ibukota dan bertemu dengan orang-orang baru termasuk...